Oleh : Ludger S
|
Rega, Cino, Dino, Ecclesia di kampung Wolondopo |
Nuaone merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Detusoko, kabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan kodepos 86371. Desa ini memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar beragama Katolik tetapi ada juga yang sebagian Islam dan penduduknya sebagian besar bersuku Lio daerah Flores.
Seperti kampung - kampung adat lainnya yang ada di suku Lio Ende Flores NTT, pemukiman tradisional adalah asset kawasan yang dapat memberikan ciri ataupun identitas lingkungan,
identitas kawasan tersebut terbentuk dari pola lingkungan, tatanan lingkungan binaan, ciri aktifitas sosial
budaya dan aktifitas ekonomi yang akan yang khas. Pola tata ruang pemukiman mengandung tiga elemen, yaitu
ruang dengan elemen penyusunnya (bangunan dan ruang di sekitarnya), tatanan (formasion) yang mempunyai
makna komposisi secara paten atau model dari suatu komposisi.Arsitektur Suku Ende Lio merupakan ungkapan
dan cerminan sosial budaya masyarakatnya, sebagaimana dijelaskan di dalam bagian-bagian permukiman
yang ada di permukiman Suku Ende Lio. Setiap hasil karya yang diciptakan benar-benar mempunyai landasan
yang kuat dan khas, baik struktur, bentuk, tata ruang, dan juga pemakaian ornamen-ornamennya.
Kunjungi Youtube : Rega Tarewazi
Bentuk yang
khas dan spesifik tersebut mampu menampilkan bentuk yang selaras dengan lingkungannya. Walaupun ada
kontradiksi bentuk yang ditemukan tetapi ada keserasian antara alam dan lingkungan binaan yang diciptakan
sehingga bentuk yang mempunyai dasar yang kuat dan ciri khas tersebut mudah diingat dan dikenal orang atau
pengamat karena elemen-elemen yang ditampilkannya mempunyai satu kesatuan yang membentuk satu
permukiman adat.
Baca juga 👉 Wanda Pa'u Tarian Khas Ende
Keberadaan permukiman tradisional Suku Ende Lio adalah jawaban atas tuntutan kebutuhan
akan rumah dan kampung tempat tinggal bersama. Nenek moyang etnis ini dalam membangun rumah
dan permukiman adat telah menggunakan teknologi dan arsitektur tersendiri sebagai manifestasi hasil
cipta, karsa dan karya seni budaya di zamannya.
Sejarah membuktikan bahwa jauh sebelum peradaban modern, wilayah Ende Lio memiliki
kemampuan dalam mengekspresikan seni budayanya yaitu, dalam bentuk karya sebuah permukiman
tradisional yang bernilai tinggi arsitekturnya,hal ini merupakan sebuah tradisi turun temurun dalam
masyarakat Suku Ende Lio.
Rumah tradisional Suku Ende Lio yang lazimnya disebut dengan Sao Ria (Rumah besar),
merupakan suatu bangunan rumah adat yang bagian luar dan dalamnya mengandung arti dan makna
tersendiri, serta secara keseluruhan merupakan cermin dari sistem kekerabatan. Selain Sao Ria ada
juga bangunan pendukung lainnya adalah "Keda" merupakan tempat
dilaksanakan musyawarah adat beserta upacara-upacara adat, Kanga (arena lingkaran) adalah
pelataran yang berbentuk bulat dan berpagar batu merupakan tempat suci dan simbol kekuatan di
situlah para moyang dikuburkan dan diberi persembahan serta tempat untuk melangsungkan upacara
adat, Tubu Musu (Tugu batu) yang letaknya pada bagian tengah kanga atau arena lingkaran,
perletakannya ditangani oleh seorang Ibu atau orang lainnya yang ditunjuk. Tubu Musu sebagai
lambang kekuasaan yang dianggap tempat sakral. Tubu mbusu biasa terbuat dari batu lempeng atau
sejenis batu lonjong yang di anggap sakral oleh Suku Ende Lio merupakan warisan leluhur, walaupun
di beberapa tempat sudah mengalami perubahan dan kepunahan dari bentuk aslinya akibat proses
alam, perjalanan waktu, dan ulah manusia, namun demikian tetap mempunyai nilai sejarah.
Arsitektur Suku Lio Ende merupakan ungkapan dan cerminan sosial budaya masyarakatnya,
sebagaimana dijelaskan di dalam bagian-bagian permukiman yang ada di permukiman Suku Ende Lio.
Setiap hasil karya yang diciptakan benar-benar mempunyai landasan yang kuat dan khas, baik
struktur, bentuk, tata ruang, dan juga pemakaian ornamen-ornamennya. Bentuk yang khas dan
spesifik tersebut mampu menampilkan bentuk yang selaras dengan lingkungannya. Walaupun ada
kontradiksi bentuk yang ditemukan tetapi ada keserasian antara alam dan lingkungan binaan yang diciptakan sehingga bentuk yang mempunyai dasar yang kuat dan ciri khas tersebut mudah diingat
dan dikenal orang atau pengamat karena elemen-elemen yang ditampilkannya mempunyai satu
kesatuan yang membentuk satu permukiman adat.
Karakteristik permukiman tradisional Suku Ende Lio memiliki kekhasannya tersendiri. Hal ini
bisa dilihat dari pola permukimannya yang memiliki berbagai macam bentuk lansekap tradisional
sesuai dengan karakter yang saling berkaitan dengan nilai-nilai budaya Suku Lio Ende. Permukiman
tradisional Suku Lio Ende saat ini masih banyak dijumpai keberadaannya. Bisa dilihat dari
permukiman adat Desa Wolotopo di Kecamatan Ndona, permukiman Adat Desa Wolotolo di
Kecamatan Detusoko, permukiman adat Wologai di Kecamatan Detusoko, permukiman Adat Desa
Ko’a Nara di Kecamatan Kelimutu, permukiman Adat Desa Mbuli di Kecamatan Wolowaru dan
permukiman adat Desa Wololele A di Kecamatan Wolowaru yang semuanya masih memegang teguh
adat istiadatnya serta bangunan tradisionalnya.
Kunjungi YouTube : Gerunion Creator
Permukiman tradisional sering dipresentasikan sebagai tempat yang masih memegang nilainilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat khusus
atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi
sejarah (Sasongko 2005).
Menurut Sasongko (2005), bahwa struktur ruang permukiman digambarkan melalui
pengidentifikasian tempat, lintasan, batas sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan
melalui hirarki dan jaringan atau lintasan yang muncul dalam suatu lingkungan binaan mungkin
secara fisik ataupun non fisik yang tidak hanya mementingkan orientasi saja tetapi juga objek nyata
dari identifikasi.
Bangunan tradisional juga memiliki bagian dan fungsinya tersendiri dan merupakan faktor
yang dinilai sangat penting dalam perencanaan dan pembangunan arsitektur tradisional adalah skala
dan ukuran bangunan yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selain skala, ketepatan jumlah hitungan dari ukuran masing-masing unit rumah juga menjadi perhatian utama, karena dipercaya ada
pengaruhnya terhadap kehidupan penghuninya yang menyangkut keselamatan, kabahagiaan,
kemujuran, rejeki dan lain sebagainya.
Menurut Doxiadis (1968), bahwa terbentuknya sebuah pemukiman dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang secara keseluruhan dapat di lihat unsur-unsur ekistiknya yaitu Natural (fisik alami), Man
(Manusia), Society, Shell, dan Network.
Desa Nuaone
Desa Nuaone memiliki dua kampung adat ; Kampung adat Wolojita dan Kampung Adat Wolondopo. Seperti kampung - kampung lain di Lio Ende, kedua kampung adat ini menyimpan sejarah tersendiri. Di desa inilah terdapat "Mumi" dan merupakan satu - satunya mumi yang dimiliki oleh kabupaten Ende.
Yang penasaran dengan Mumi di Desa Nuaone, silahkan ke lokasinya. Dari Ende ke arah timur, kurang lebih 35KM anda akan memasuki area persawahan Ekoleta, anda akan melihat jalan ke kiri. Masyarakat Ekoleta santun dan ramah 😊 silahkan ditanya. Pasti ditunjuk kemana arahnya,