Episode "SARAFUA"
Ndange dan saudaranya Ngenda adalah anak dari seorang mosalaki bernama Beke. Mereka berdua adalah anak kesayangan Beke, karena kepada mereka berdualah semua warisan leluhur akan diteruskan. Beke memiliki satu kebiasaan mengkonsumsi sambal "sarafua". Suatu ketika...
Nak.... Persediaan sambal sarafua bapakmu besok pagi habis. Hari ini kamu ke padang Wolo Ekoleta mencari bebapa sarafua. Iya bapak, jawab Ndange dan Ngenda kompak.
Matahari mulai menanjak menyinari alam sekitar Wologai. Ndange dan Ngenda menelusuri jalan setapak menuju Wolo Ekoleta. Sambil bermain, Ndange dan Ngenda mengamati diantara rindangan pohon kalau - kalau ada "sarafua". Sambil makan jambu yang tumbuh liar di seputaran Wolo Ekoleta. Tiba - tiba, "kak, itu sarafua" kata Ngenda.
Owh iya... Lumayan besar dan banyak isinya, timpal Ndange. Kira - kira 15 cm diameternya. Dik, kamu tunggu disini, biar kakakmu ini yang menjoloknya. Ndange segera mengambil bambu jolokan yang telah mereka siapkan. Jangan lupa ya dik, saat kakak menjolok sarafua adik lakukan apa yang sudah bapak ajarkan. Perlahan Ndange mendekat ke sebuah pohon jambu liar yang lumayan tinggi. Sambil melangkah Ndange berucap dalam desisan susuku...susuku...susuku....seraya memegang puting susunya. Ngenda berdiam ditempat tetapi sambil mendesiskan kata - kata yang sama sambil memegang puting susunya.
Susuku...susuku...susuku...perlahan Ndange mulai mengarahkan bambu jolok ke pangkal sarafua. Ndange menggoyangkan sarafua untuk mengusir tawon yang masih dalam sarafua. Disaat semua tawon beterbangan, Ndange mendorong tangkai sarafua hingga terlepas. Sarafua jatuh ketanah. Tetap mendesiskan kata susuku, Ndange mendekat sarafua untuk mengambilnya. Ndange berhasil, dik...sa sara (satu sarang) sudah kita dapatkan. Segera diserahkan ke adiknya untuk dimasukan ke dalam "rembi" atau tas anyaman. Selanjutnya mereka mencari sarafua ke tempat lainnya. Kakak beradik mencarinya hingga matahari mencondong ke barat. 15 sarafua sudah ada dalam rembi.
Mereka bergegas pulang. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang nenek yang juga masih kerabat mereka. Nalu nama nenek itu. Orang sekampung memanggilnya nene Nalu. Ndange....Ngenda...dari mana kamu berdua? Tanya nene Nalu. Kami mencari sarafua, jawab mereka. Sudah ada sarafua yang kamu dapatkan? Iya nek! Jawab kakak beradik kompak. Lanjut nene Nalu, boleh saya meminta satu? Ndange dan Ngenda saling menatap seakan membutuhkan jawaban boleh atau tidak? Ndange menjawab, boleh nek. Ndange mengambil satu dari rembi yang dipakainya.
Sambil menerima pemberian Ndange, Nene Nalu berkata, simo gemi". Mereka segera berpamitan ke tempat tujuan mereka masing - masing. Sesampainya di rumah, Ndange dan Ngenda tidak bertemu siapa - siapa. Rumah sepi. Beberapa saat kemudian ema Beke, ine Mbere dan adik mereka Laka muncul dari belakang rumah. Rupanya mereka dari "maro moke" (tempat memasak tuak lokal atau moke). Ndange dan Ngenda segera menyambut kedatangan bapak, ibu dan adik mereka. Bapak, kami sudah pulang dari Wolo Ekoleta.
Kami dapat sarafua 15 sarang. Tapi dalam perjalanan pulang, nene Nalu meminta 1 sarafua. Kamu memberinya atau....? Belum selesai Ame Beke bertanya Ngenda menjawab, kami berikan 1 sarafua pada nene Nalu. Ame Beke tersenyum, bangga terhadap putra - putranya.