berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Hicking di desa Wologai Tengah

oleh : Ludger S



Sekilas perbedaan hiking dan trekking yaitu hiking atau dalam bahasa pendakian merupakan kegiatan di luar ruangan dengan berjalan kaki di lingkungan alam yang mana jalur yang akan dilewati telah terpetakan atau disebut rute pendakian. Ada pendakian pada siang hari dan pendakian malam hari. Ilmu pramuka waktu SMP jadi terbawa hahaahaha
Sedangkan trekking adalah sebuah perjalanan yang panjang, dilakukan dengan berjalan kaki. Kegiatan ini biasanya mengambil tempat atau daerah di mana tidak ada sarana transportasi yang tersedia. Medan trekking tidak hanya daerahn pegunungan, berjalan kaki dalam waktu beberapa hari pada jalur yang belum terpetakan dan lingkungan yang menantang seperti perbukitan atau pegunungan. 
Melihat defenisi singkat hiking dan trekking diatas, banyak daerah di Nusantara memiliki tempat yang bisa kita hiking dan trekking. Di desa Wologai Tengah pun mempunyai hiking dan trekking. 

Hiking di Wologai Tengah
Bagi yang suka berpetualangan dengan berjalan kaki, dengan jalur yang sudah di tentukan anda bisa menjelajah beberapa tempat diseputaran kampung adat Wologai. 

Muru Kune
Ketika anda berada di kampung ada Wologai letak Muru Kune berada di bagian utara kampung. Dari kejuahan sudah terlihat sebuah tebing tinggi dibawah kaki gunung Lepembusu. Muru Kune merupakan mata air utama yang mengalir sampai ke Ende. Sepanjang tahun air tetap mengaliri sungai sampai ke Ende.

Logoweki 

Baca 👉 Logoweki 

Lowo Po’o
Lowo artinya sungai, Po’o artinya memasak nasi dari bambu. Lowo Po’o adalah sebuah tempat seremonial adat Po’o Are, dipinggir sungai. 


Poke Gaku Watu Doa, Tiwu Fai Kaki, Gomo Wulu, Lia Lela Nggewa, Lia Meo, Muru Logo Leta, Muru Lowo Sobe, Kolo Kamba dan beberapa tempat lainnya. Tempat – tempat yang masih sangat natural. 

Sudah dulu ya....detilnya nanti setelah anda berada di kampung ada Wologai.


#wologai
#budayawologai
#ludgerwologai

#puskesmaspeibenga

Share: Youtube

Dusun Resetlemen

Oleh : Ludger S





Dusun Resetlemen atau yang sering disebut pemukiman oleh masyarakat setempat merupakan bagian dari Desa Wologai Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Letak dusunnya yang terkesan terisolasi, akses masuk harus melewati desa tetangga tetapi jalan masuknya sudah tergolong bagus. Beberapa waktu lalu telah didengungkan kalau akses jalan tersebut akan ditingkatkan menjadi jalur alternatif jalur utama Ende - Maumere dengan rute masuk melalui jalan masuk Polsek Detusoko sampai ke desa Wologai Timur dusun Sokolo'o atau sebaliknya. 

Dusun Resetlemen terbentuk sejak bantuan pemerintah atas gempa flores tahun 1992. Oleh Mosalakai Wologai tanah adat diserahkan ke pemerintah untuk membangun perumahan darurat untuk masyarakat yang dilanda bencana gempa. Ada beberapa masyarakat desa tetangga yang mempunyai ikatan emosional yang mendapat bantuan perumahan tersebut. Awalnya semua masyarakat menempatinya. Setelah beberapa tahun, yang lain kembali ke rumah / dusun sebelumnya. Tinggalah beberpa Kepala Keluarga yang berdomisili di dusun Resetlemen. 

Tanah yang luas dan subur menjadikan dusun Resetlemen menjadi area pertanian dan perkebunan. Kearah selatan, langsung berbatasan dengan area hutan lindung. Semua jenis tanaman pasti tumbuh subur disana. Kopi, beberapa jenis sayur - sayuran, singkong, jahe / halia, menjadi andalan komoditinya. Asyiknya lagi, masyarakatnya yang ramah dan memegang teguh budaya ketimuran (adat Wologai). 

Dusun resetlemen menjadi pintu masuk jalur "Trekking" ke danau Kelimutu. Di dusun Resetlemen juga, terdapat area "kemping pramuka". Pernah dilaksanakan kemping pramuka tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di dusun Resetlemen juga terdapat Embung Tani yang cukup luas. Yah!! Bisa mancing deh 😊

Bagi anda yang hobby "trekking" dengan jalur Resetlemen - Danau Kelimutu silahkan menghubungi melalui handphone saudara : 


Arnoldus Yansen Moda atau Arnol atau Ano 

👉+62812-3859-7945


atau hubungi saudara 


Stephanus Wempi atau Wempi

👉+62822-3668-2925


Embung Resetlemen capt1


Embung Resetlemen capt2

Embung Resetlemen capt3

Embung Resetlemen capt4

Embung Resetlemen capt5
#wologai
#budayawologai
#ludgerwologai
#puskesmaspeibenga
Share: Youtube

Back to Village part1

Oleh Ludger S





Slogan orang kampung "ele re'e ta nua du'a ngara" untuk mempromosikan kampung halamannya dari dampak migrasi sebagian warganya yang konon katanya hijrah dengan alasan perubahan ekonomi. Hijrah untuk mencari pekerjaan, hijrah untuk menjadi nasib de el el. Namun apa yang terjadi? Banyak yang pulang kampung dan biasa - biasa saja. Beberapa orang mungkin "sukses". Ada cerita nih, 15 tahun yang lalu Kanga seorang pemuda dari kampung Muru pamit mau merantau ke kota besar, kota modern. Kanga dibekali izajah SMP di sebuah desa tetangga. Bermodalkan "nekat" berbekal ijazah seadanya, dengan bawaan pakaian kumalnya, dengan uang seadanya Kanga menggunakan kapal laut komersial kelas ekonomi. Akhirnya Kanga tiba juga di tempat tujuannya denga selamat. Hari - hari awal kehidupan di kota, keraguan mulai muncul. Bisakah dia menyesuaikan diri dengan "hidup pola kota"???? Hari berlalu, bermodalkan tampang yang garang, otot yang kekar, Kanga diterima disebuah perusahaan sebagai security. Kanga sangat menikmati kehidupannya. Semula yang numpang dengan saudara sekampung, Kanga mulai nge-kost sendiri. Perlahan hidupnya mulai berubah. Kanga membentuk rumah tangga kecil dengan harapan bahagia. Anak pertama lahir, selanjutnya anak kedua dan anak ketiga pun hadir membahagiakan keluarga kecilnya. Namun sesuatu terjadi diluar kehendak dan dugaannya. Perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar alias bangkrut. 

Kanga bingung. Dengan status baru "pencari kerja" Kanga menelusuri lorong, jalan - jalan untuk mencari lahan kerja yang baru. Kanga putus asa. Suatu waktu di meja makannya, Kanga mengumpulkan semua anak - anaknya dan juga istrinya tercinta. Pa, ada apa? Kok tiba - tiba serius amat? Anak bungsunya membuka kesenyapan. Kanga mulai mengutarakan tujuan mengumpulkan anggota keluarganya. Begini, papa mau sampaikan kalau kita harus segera pulang kampung. Sejak papa tidak bekerja, sudah banyak perusahan dan lowongan pekerjaan yang papa datangi tapi tidak satupun yang menerima lamaran papa. Jadi kita harus "back to village". Semua barang yang bisa dibawa, dikemas. Yang lain via paket kiriman, yang separuhnya ditengteng masing - masing. Seminggu kemudian Kanga tiba di kampung Muru. Sejak merantau, Kanga baru sekali ini menginjak lagi kampung halamannya. Apa yang terlihat oleh Kanga? Kampungnya yang dulu usil, sekarang sudah jauh berubah. Jauh dengan apa yang Kanga bayangkan. Kanga disambut oleh orang tua, sahabat, saudara dan handai taulannya. Awal kehidupan baru di desa, banyak hal yang sangat susah disesuaikan oleh keluarga Kanga. Kemana harus mendapatkan modal untuk usaha kecil - kecilan dan untuk kebutuhan hidup. Kanga berdiskusi dengan kepala desa setempat yang masih saudara jauhnya. Kepala desa menjelaskan panjang lebar tentang kebijakan pembangunan desanya. Salah satu yang menarik dan Kanga mendengarkannya dengan penuh konsentrasi adalah bagaiman pemerintah desa menyiapkan dana untuk masyarakatnya dalam hal meningkatkan ekonomi. Ada unit Simpan Pinjam denga bunga yang sangat rendah. Ada dana bantuan hibah pemerintah tanpa jaminan. Ada keuangan kelompok tani yang juga siap mensuplai dana untuk keperluan anggota kelompoknya. Dengan penuh semangat Kanga kembali kerumah dan berdiskusi dengan istrinya. Ma, kita buka kios kecil - kecilan ya. Sambil papa kerja kebun, mama menunggu jajanan kios kita. Panik istrinya, pa....mau ambil dari mana? Sisa bawaan kemarin tinggal 500 ribu. Apa itu cukup? Kanga menjelaskan hasil disukainya denga kepala desa. Akhirnya istrinya menyetujui untuk meminjam ke salah satu dana desa yang tersedia. Atas kesepakatan bersama, Kanga mengajukan pinjaman 10 juta. Mulailah membangun kios kecilnya. Anak - anaknya berhenti lanjutkan pendidikan sementara waktu. Kesehariannya Kanga ke kebun untuk menanam kopi, kemiri dan jenis tanaman lainnya. Perasaan minder selalu ada, karena semua saudara sudah pada panen hasilnya Kanga masih sibuk menanam. Tahun berlalu, akhirnya kehidupan Kanga mulai berubah. 


Semua cicilan pinjaman sudah lunas, kios kecilnya makin berkembang, anak - anaknya mulai sekolah di kota kabupaten terdekat. Kanga yang pesimis saat kembali ke kampung telah menjadi Kanga yang optimis akan kehidupan kampung. Kepada saudaranya yang merantau Kanga mengirim pesan, "back to village"

Itulah desa, yang dulu dan sekarang. Dulu orang melihat desa dengan sebelah mata. Sekarang banyak dana masuk desa. Seirama dengan program pemerintah "membangun dari desa" diharapkan banyak desa akan mandiri dalam segala hal

Simo gemi yang sudah baca dan berkomentar.






Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook

Gerunion Creator

Wikipedia

Hasil penelusuran

Adsense

Recent Posts

Pepatah Lio

  • Ni Sariphi Tau Wini, Tuke Sawole ngara du nggonde.
  • Lowo Jawu Ae Ngenda.
  • Ndange Beke dan Ngenda Beke.