Oleh : Ludger S
Suatu ketika hiduplah satu keluarga yang juga sebagai tuan tanah atau sebagai mosalaki (tua adat). Sebut saja namanya, Beke. Dia mempunya tiga orang anak, dua putra dan satu putri. Kedua putra bernama "Ndange dan Ngenda. Sedangkan yang putri sebut saja "Kibhi". Ketiga anaknya masing - masing sudah berkeluarga.
Menjadi kebiasaan yang wajib bahwa setiap tahun dikmapung Beke harus melaksanakan seremonial adat tahunan yang disebut "Nggua". Ini dilakukan sebagai simbol syukuran atas keberhasilan dalam kehidupan mereka. Keberhasilan itu berupa hasil panen yang melimpah, kehidupan mereka yang diberkati oleh Tuhan dan leluhur. Nggua juga sebagai simbol bahwa setelah acara seremonial tersebut dimulainya musim tanam untuk tahun berikutnya.
Baca Juga : Bulan dalam Bahasa Lio
Sebelum dimulainya acara Nggua mereka harus menyiapkan daging dari binatang atau hewan yang didapati dari hutan atau dalam bahasa Lio disebut, "nake oto". Suatu malam Beke menginstruksikan kepada kedua putranya untuk berburu daging hutan. Besok setelah ada daging hutan akan dimulainya seremonial adat atau "nggua".
Pagi - pagi benar berangkatlah Ndange dan Ngenda untuk berburu. Dengan beberapa ekor anjing piaraan mereka mulai menyusuri hutan terdekat. Akhirnya sebelum matahari tepat diatas kepala mereka sudah mendapat tiga ekor musang. Sambil beristirahat dipinggir kali kedua kakak beradik mulai memikirkan bagaimana cara membagi hasil buruan mereka.
Ndange, sebagai kakak mulai membagi musang tersebut. Ini kamu, ini saya lalu yang ini siapa? Dicobanya hal yang sama beberapa kali. Ini kamu, ini saya lalu yang ini untuk siapa? Dalam bahasa Lio, ina kau, ina aku na eo ina sai?
Sudah beberapa kali sang kakak Ndange membagi itu, tetap tidak terbagikan yang satu ekornya. Akhirnya sang adik Ngenda mengambil alih dan berkata, Kak, coba saya bagi. Sang adik mulai membagikan hasil buruan. "ina kae, ina aku ina sai? Dilakukannya berulang - ulang beberapa kali. Tetapi tidak ada hasilnya. Yang satu ekornya tetap tidak terbagikan.
Sementara itu dikampung sang bapak, Beke sudah mulai gelisah. Matahari sudah condong kebarat sudah mendekati bibir gunung di belakang kampung. Bapak Beke bertanya ke orang - orang yang ada, apakah kamu melihat Ndange dan Ngenda? Semua menjawab tidak tau dan tidak ketemu dengan kedua anaknya. Dalam kegelisahan akhirnya Bapak Beke meninta bantuan kepada suami anaknya untuk mencari sampai ketemu kedua putranya.
Baca Juga : Hukum Adat Lio
Dengan semangat sang suang dari anak putrinya pergi mencari kedua iparnya. Ip[ar dalam bahasa Lio dipanggil dengan sebutan "Eja". Akhirnya sambil menyusuri daerah hujan dia berinisiatif untuk memanggil kedua ejanya. Ejaaaaa....... eja......eja.... Beberapa saat kemudian dia menemukan kedua ejanya dipinggi kali. Kedua ejanya langsung menyambut dengan pertanyaan. "ngere emba ai? (bagaimana?) Sambil terengah - engah sang eja menjawab, "aku eo ema si'i gae miu ga. leja leu rewa na miu iwa tei rewo". (saya disuruh bapak untuk mencari kamu. Matahari sudah condong kebarat tetapi kamu belum muncul kekampung).
Ndange, "ngere ina eja, kami na rewa senea dapa luwu. ta,... dapa luwu eko telu, kami menga imu rua we". (begini eja, kami sudah dapat jatah sejak tadi tetapi yang didapat 3 ekor sedangkan kami hanya 2 orang). Sambung ejanya. Nah coba bagi diantara kamu dua. Ndange langsung ambil alih untuk membaginya. Kembali dengan rumusan yang sama, ini kamu, ini saya ini siapa? Berulang kali Ndange lakukan itu. Ganti dengan sang adik Ngenda. Ina kae, ina aku ina sai? Ngenda juga mengalami hal yang sama, tidak bisa membagi ketiga ekor musang untuk dau orang.
Akhirnya sang eja meminta untuk membagikan hasil buruan kakak beradik itu. Sang eja duduk bersila dikedua kakak beradik lalu lakukan pembagian buruan itu. Ini eja Ndange, ini eja Ngenda ini saya. Akhirnya dengan senyum puas kedua kakak beradik berkata, mesi kau mai si nenea na deki rewa ghea nua ga kita na. (coba saja kamu datang sedari dati pasti kita sudah sampai dikampung). Akhirnya dengan senyum puas mereka bertiga meninggalkan hutan menuju kampung. Bapak Beke yang sudah dari awal menunggu akhirnya puas dengan kedatangan 2 putra dan anak menantunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar