Oleh : Ludger S
Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda saat ini,
adalah sebuah realita yaitu mulai menurunnya rasa kecintaan dan rasa
keinginan yang dimilki oleh generasi muda untuk memajukan budaya daerah
yang merupakan warisan leluhurnya sendiri. Dalam tulisan sebelumnya saya
menyebutkan “Penyakit Dekadensi Moral”
kini menyerang generasi tanpa kendali. Kondisi seperti ini bisa kita temui
dalam kehidupan sehari-hari di mana generasi muda sebagai cikal bakal harapan
masa depan, kian akan pudar. Kondisi seperti ini apabia dibiarkan, cepat atau
lambat akan berdampak luas dalam kehidupan masa depan baik generasi tua maupun
muda. Kurangnya kesadaran untuk memahami budayanya sendiri akan berdampak
besar, yakni hilangnya jatidiri. Fenomena ini akan menjadi bahaya laten bagi
kita semua. Pemuda adalah harapan masa depan, calon pemimpin masa depan,
olehnya itu di pundak generasi mudalah nasib suatu bangsa
dipertaruhkan . Suatu bangsa apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang
unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari
dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar.
Bapak Bangsa Indonesia Soekarno mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan
dunia” – Soekarno”. Kata Bijak
Soekarno diatas mengartikan bahwa pemuda merupakan bibit – bibit
atau calon calon yang akan mampu membuat negara ini terus berkembang menjadi
negara yang besar. negara yang bisa dihormati oleh negara lainnya. Kata-kata Soekarna
tentang 10 pemuda itu merupakan kata kata yang sangat terkenal dan merupakan
bagian dari sejarah Indonesia.
Sesungguhnya, “ Seorang pemuda ibarat matahari
yang tengah memancarkan cahaya terang dan cahaya yang paling panas” .
Dari ungakapan ini kita dapat mengatakan, bahwa masa
muda adalah masa kekuatan atau masa keemasan. Namun Saat ini
kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan
melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa kita lihat, bahwa
pemuda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada
budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.
- Budaya dan Kearifan Lokal
Secara umum
budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seniserta
bahasa. Kearifan Lokal secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan,
nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
Ciri-cirinya adalah:
1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
4. memunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Dengan
demikian budaya dan kearifan lokal adalah hal yang saling berkaitan satu sama
lain.
B.
“Nggua Bapu” sebagai unsur kearifan lokal
“Nggua Bapu” bisa diartikan pesta adat dengan
seremonial dan susunan acaranya. Arti yang sama dengan Nggua Bapu, disebagian
wilayah mengenal “Mbama” di seputaran Lise, Joka Ju di seputaran Lio bagian
selatan, dan sebagainya lainnya. Dalam bahasa Lio amanah yang menjadi pegangan
turun menurun dari generasi ke generasi “susu
ma’e du’u nama ma’e dute, susu nggua ma’e du’u raka tana noko nama bapu ma’e
dute raka watu konggo”. atau “ laksanakan seremonial adat jangan berhenti,
lakukan seremonial adat sampai tanah kurus batu mengecil”. Petuah ini mengajak
semua generasi penerus “nggua bapu” untuk melaksanakan seremonial sampai
kiamat.
Dalam
seremonial “nggua bapu” semua “ana kalo fai walu” atau masyarakat adat diajak
untuk selalu mengingat kembali beberapa hal :
1. Ngga’e : Tuhan : yang menjadikan alam
semesta. Ini terlihat dalam ungkapan – ungkapan dalam melakukan seremonial adat
“Ngga’e eo we’ti tana ne’na watu”
atau Tuhan yang menciptakan tanah dan batu.
2. Du’a : Penguasa yang diwujudnyatakan
dalam benda-benda pusaka (tetapi tidak
semua benda pusaka dapat disebut du’a). Kata du’a sering dilafalkan dalam
pelaksanaan seremonial “du’a gheta lulu wula”atau penguasa dibelakang bulan.
Secara lurus dapat diartikan seperti diatas. Maksud dari ucapan ini menerangkan
penguasa yang jauh dari jamahan masyarakat umum, hanya dijamah oleh orang yang
berhak disaat-saat melaksanakan seremonial adat. Lantunan syair dan doa khusus
sering didahulukan untuk menghargai “du’a”.
3. Tana : tanah merupakan tempat berpijak
semua makluk dibumi. Ucapan “koe kolu
paki te’do” atau “gali isi pacul tanam” merupakan ucapan yang sering
dilafalkan saat permulaan musim tanam. ................. Mempunyai watak TANAH,
yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Artinya,
Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai penyubur kehidupan rakyatnya
dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya
4. Watu : batu, perumpaan tentang sesuatu
kekuatan yang hakiki. “tu’a ngere su’a maku ngere watu”. Ungkapan ini sering
dilafalkan saat anak-anak sedang sakit juga ketika sedang dalam masa
peperangan.
5. Liru : Langit. Dalam sejarah peradaban
“liru” menjadi catatan sejarah, “nebu liru me’nga sa siku, tana menga sa paga”.
P’se lika momo ngara liru mera”. Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai
keluasan yang tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan pengendalian diri yang
kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang
bermacam-macam
6. Wula : bulan. Mempunyai watak BULAN,
yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan
harapan sejuk yang indah mempesona. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya sanggup
dan dapat memberikan dorongan serta mampu membangkitkan semangat rakyatnya,
ketika rakyat sedang menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka
pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di
belakang
7. Leja : matahari. Mempunyai watak
MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala kehidupan, yang membuat
semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong
dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya untuk membangun negara dengan memberikan
bekal lahir dan batin untuk dapat berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan
karsanya
8. Angi : angin. Mempunyai watak ANGIN,
yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa membedakan daratan tinggi dan
daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan
rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, hingga secara langsung
mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya
9. Medi Sia : Bintang. Mempunyai watak BINTANG,
yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat
menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan
rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak
mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan
10. Api : api. Mempunyai watak API, yaitu
api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancurleburkan segala
sesuatu yang bersentuhan dengannya. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya
berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas dan tuntas
tanpa pandang bulu
11. Pu’u kaju : Mempunyai watak TUMBUHAN, yaitu
tumbuhan/tanaman memberikan hasil yang bermamfaat dan rela dirinya dipetik baik
daun,dan buahnya maupun bunganya demi kepentingan mahluk lainnya
12. Ae mesi :Lautan. Mempunyai watak SAMUDERA,
yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai permukaan yang rata dan bersifat
sejuk menyegarkan. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua
rakyatnya pada derajat dan martabat yang sama di hatinya. Dengan demikian ia
dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya
13. Sa’o : rumah. Mempunyai watak RUMAH,
yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh
baik siang maupun malam. Artinya, Seorang pemimpin harus memayungi dan
melindungi seluruh rakyatnya
C.
Peran pemuda dalam kebudayaan dan Kearifan Lokal
Pemuda
memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks
keberlanjutan budaya apabila pemuda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya
daerahnya maka budaya tersebut akan mati. Namun jika pemudanya memilki
kecintaan dan mau ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya budaya
tersebut akan tetap ada disetiap generasi. Pemuda juga harus menjadi aktor
terdepan dalam memajukan budaya daerah, sehingga budaya asing yang masuk
yang ke daerah tidak merusak atau mematikan budaya daerah
tersebut.
Besarnya
pengaruh budaya asing terhadap budaya daerah ini yang membuat para pemuda yang
peduli terhadap budaya daerahnya harus bekerja keras dan memfilter setiap
budaya yang masuk ke daerah. Jangan sampai pemuda lengah dan bahkan mengikuti
budaya budaya yang bertentangan dengan budaya daerahnya.
Setidaknya ada beberapa peran pemuda
dalam memajukan budaya daerah, diantaranya:
a.
Memperkuat Akidah
Akidah
merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh para pemuda untuk meneruskan
nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasih ini juga akan
menetukan seberapa kuat character suatu bangsa. Bila para pemudanya sudah tidak
memiliki jatidiri yang kuat maka budaya asing pun akan mudah dengan leluasanya
menggeser budaya suatu daerah.dan sebaliknya jika suatu daerah memiliki
jatidiri yang kuat maka akan sangat sulit budaya asing untuk bisa masuk,
apalagi mengantikan buadaya daerah tersebut. Maka dari itu pemuda seharusnya
lebih menguatkan jatidiri dan kecintaanya pada suatu budaya yang akan mereka
warisi nantinya.
b.
Meningkatkan Intelektualitas
Intelektualitas
menjadi sesuatu yang di anggap penting karena melalui intelektualitas ini para
pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah di mana mereka tinggal dan
melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi
nilai nilai suatu budaya. Keluasan ilmu pengetahuan juga bisa dijadikan sebagai
jalan untuk mebangun negeri ini , sehingga dengan keluasan ilmu tersebut para
pemuda bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat dan menjadi
pilter masuknya budaya asing ke daerah masing-masing.
Penyebaran
budaya asing yang semakin hari semakin memprihatinkan saat ini, yang mulai
mengikis nilai-nilai budaya daerah seharusnya menjadi perhatian yang serius
bagi kalangan intelektual muda. Kecenderungan
kepada budaya asing yang melanda generasi muda indonesia
mestinya bisa di tanggulangi dengan ilmu dan pembelajaran budaya daerah yang
mengadung nilai-nilai luhur dimasanya termasuk penerapan muatan
lokal di tingkat pendidikan..
c.
Pemuda sebagai aset masa depan
Sudah
selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus
berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang
kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah.
Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi
dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian
besar sudah tergeserkan oleh nilai budaya asing yang secara
nyata bertentangan dengan budaya dasar daerah kita.
Pemuda
sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya
untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian
sudah hamper punah, sehingga kebudayaan yang hampir punah itu bisa
dibangkitkan lagi. Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok
kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk
membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya
daerah tersebut.
Dengan
berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya
daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan
pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya.
Sehingga apa
yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa
lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi
penerusnya kelak.
d.
Kesadaran Melestarikan Budaya
Sesungguhnya,
“Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”,
demikian ungkpan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi
kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri.
Konsisi seperti ini bisa kita lihat begitu banyak anak muda kita yang lebih
hapal lagu lagu barat ketimbang lagu daerah seperti lagu Ongkona Bone, Ininnawa
sabbarae, dan lain sebagainya, Nah disinilah peran penting para
pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai
ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.
Sejatinya,
kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai
dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat
motivasi dari berbagai pihak