Di Wologai, sepanjang tahun semua masyarakat sibuk bekerja sawah dan ladang. Selama musim panen ladang berupa kopi, kemiri, cengkeh semua "dhawe jughu" di ladang. Selama musim panen sawah semua "dhawe jughu" di sawah. Musim panen sawah dikenal dengan istilah "pare uja" dan "pare le'ja".
Pare uja adalah musim panen yang ditanam musim kemarau dan panen musim hujan.
Pare le'ja adalah musim panen yang ditanam musim hujan. Pare le'ja, panenan padi yang ditanam bulan januari sampai februari dan dipanen pada bulan juni sampai juli.
Pare uja, panenan padi yang ditanam bulan juli agustus dan dipanen bulan november sampai desember. Selesai kerja sawah, masyarakat ramai - ramai jughu di ladang. Sawah, ladang, sawah, ladang, seterusnya menjadi kalender kerja para petani di Wologai.
Apa yang khas dan unik dari menanam dan panen di Wologai?
Kita sudah mengetahui "pare uja dan pare le'ja", dua musim panen sawah di Wologai. Saat panen pare uja semua masyarakat silahkan panen dan melakukan pembibitan padi. Tetapi saat musim "pare le'ja" masyarakat tidak boleh mendahului hak molalaki untuk panen dan pembibitan. Baik panen atau pembibitan harus didahului oleh mosalaki yang mempunyai peran untuk duluan panen dan duluan bibit. Siapa saja yang mendahului panen dari mosalaki yang berhak duluan panen dan duluan semai bibit padi dikenakan sanksi adat berupa "poi".
Apa yang akan dilakukan mosalaki?
Saat memulai pembibitan pare le'ja, ada mosalaki yang berperan sebagai "paki te'do". Dimana mosalaki tersebut yang akan melakukan semai bibit padi yang pertama.
Saat musim panen tiba, "pare le'ja" ada mosalaki yang berperan sebagai "ngowi". Dimana mosalaki tersebut yang akan melakukan panen padi yang pertama dikebun siapa saja yang padinya sudah siap dipanen.
Maaf untuk upacara adat "paki te'do dan ngowi" tidak dijelaskan disini. Yang penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut silahkan ke mosalaki yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar