berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Tampilkan postingan dengan label About. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label About. Tampilkan semua postingan

UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

Oleh : Ludger S. 


Mari Berkunjung ke Kampung Wologai



Dalam rangka melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, pemerintah bersama dengan Komisi X DPR RI akhirnya mengeluarkan UU Pemajuan Kebudayaan RI.

UU Pemajuan Kebudayaan merupakan gagasan antarkementerian, yang dipimpin oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Penunjukan Kemendikbud sebagai koordinator atau pimpinan antar-kementerian tersebut berdasarkan surat Presiden RI nomor R.12/Pres/02/2016, tanggal 12 Februari 2016, perihal Penunjukan Wakil untuk Membahas RUU tentang Kebudayaan. Kementerian lain yang masuk dalam tim tersebut adalah Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Agama, dan Kementerian Hukum dan HAM.
Produk hukum Pemajuan Kebudayaan ini berisi IX Bab dan 61 Pasal, ditetapkan tanggal 24 Maret 2017 dan diundangkan 29 Mei 2017 di Jakarta. Produk hukum ini tercatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 No 104. Penjelasannya tercatat dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6055.

Download  disini 👉 UU RI No 5 Tahun 2017

Bahwa Negara memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjadikan Kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa
depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bahwa keberagaman Kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia; Bahwa untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia, diperlukan langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan; bahwa selama ini belum terdapat peraturan perundangundangan yang memadai sebagai pedoman dalam Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu;


Di Wologai khususnya, dengan adanya UU RI Pemajuan Kebudayaan yang bertujuan untuk : 1. mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; 2. memperkaya keberagaman budaya; 3. memperteguh jati diri bangsa; 4. memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa; 5. mencerdaskan kehidupan bangsa; 6. meningkatkan citra bangsa; 7. mewujudkan masyarakat madani; 8. meningkatkan kesejahteraan rakyat; 9. melestarikan warisan budaya bangsa; dan 10. mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, memberikan peluang besar kepada pemerintah setempat dalam hal ini Desa Wologai Tengah untuk mengembangkannya menjadi wisata budaya. 
Sejalan dengan pengembangan Kampung Adat Wologai menjadi Kampung Wisata atau Desa Wisata, telah dibentuk Kelompok oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, “POKDARWIS” dan Kelompok “SPKP (Sentra Penyuluhan Kehuatan Pedesaan” oleh TNK Cabang Ende. 
Dua Kelompok ini diharapkan bisa mengembangkan potensi wisata budaya di Wologai desa Wologai Tengah. 

Share: Youtube

UGD RS TC Hillers Dihantam Evergreen

Oleh : Ludger S




Rabu, 26 Desember 2018 sekitar pukul 23.15, pohon evergreen di area parkiran UGD RSUD TC Hillers Maumere of Flores (mof) tumbang menghantam tanah. Pohon yang tumbuh di antara warung makan depan UGD tersebut menyenggol sebuah warung disampingnya. Tidak ada korban baik manusia maupun kendaraan yang menjadi korban tumbangnya evergreen tersebut. Seorang saksi mata menjelaskan sebelum evergreen tumbang beberapa mobil dan sepeda motor terlihat parkir dibawah rindangannya. Saat bunyi gedebuk semua berhamburan keluar, ternyata sudah tidak ada kendaraan yang parkir dibawah pohon evergreen tersebut. 

Pagi - pagi benar banyak yang mengerumuni pohon tersebut. Serasa ada hiburan untuk ditontoni. Salah er seorang warga Danga kabupaten Nagekeo yang mendampingi adiknya yang kecelakaan lalu lintas dan di rawat di RS tersebut nampak mengurut dada dan berkata syukurrrrr, semalam pickup miliknya sudah dipindahkan. Beberapa keluarga pasien lainnya juga mengatakan hal yang sama. Seorang bapak sempat berkomentar, begini nih kalau menanam pohon bukan dari anakan yang disemai dan didahului dengan pembibitan tetapi ditanam dari stek batangan. Tidak ada ibu akar yang menjadi kekuatan kedalam tanah. 
Pengunjung lainnya yang bernama Rega Tarewazi mengatakan, hujan terlalu lama dan tanah menjadi lembek sehingga pohon tidak kuat dan tumbang. 
Kalau saya sih dengerin saja apa komentar mereka. Biar ada catatan, hahahaha
Share: Youtube

Embung Kaleraga

Oleh Ludger S


Embung atau tandon air merupakan waduk yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber air di musim kemarau. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata.  embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumberair irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau.

Embung Kaleraga yang terletak di desa Nggumbelaka Kecamatan Lepembusu Kelisoke Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur, merupakan sebuah embung yang dibangun diatas tanah warga yang dihibahkan kepada pemerintah desa Nggumbelaka melalui mosalaki (tua adat) Peibenga. 

Stefanus Reku Nggela K
epala Desa Nggumbelaka
 

Kepala Desa Nggumbelaka bapak Stefanus Reku Nggela yang sering di sapa kades Fanus menjelaskan sejak penjaringan aspirasi masyarakat melalui proses perencanaan partisipatif, telah disepakati untuk pembangunan sebuah embung desa yang berlokasi di Kaleraga. Embung tersebut dibangun dengan dana Bantuan Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, sambung Fanus. Diharapkan dengan dibangunnya embung desa Kaleraga, kedepannya warga masyarakat yang mempunyai lahan disekitar embung tidak mengalami kekurangan air untuk mengolah lahan pertanian yang ada juga untuk keperluan peternakan. Kades Fanus juga berharap setelah diserah terimakan embung Kaleraga kepada Bumdes Ndopo Lamba melaui manager Bumdes bapak Silvester Lopi, dapat dikelola dengan baik selain untuk para petani setempat, kiranya dapat menjadi salah satu aset desa yang bermafaat juga untuk pariwisata. Karena letak embung Kaleraga sangat dekat dengan wisata alam "Muru Dhe Kale". 

Baca juga : Lepembusu Kelisoke 

Embung memang salah satu pembangunan yang langsung dirasakan oleh masyarakaat desa. Secara tidak langsung embung selain bermanfaat sebagai sumber tersedianya air dimusim hujan, diharapkan akan meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan dampak meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Dens Djandet,
Pendamping Desa Pemberdayaan

Dens Djandet, Pendamping Desa Pemberdayaan Nggumbelaka menjelaskan sesuai perencanaan awal embung Kaleraga memiliki 2 fungsi yakni ; sebagai sarana untuk menyuplai air menuju lahan pertanian warga / mengairi areal tanaman pertanian dan juga akan difungsikan sebagai kolam mancing karena akan ditaburi benih ikan. 

Menyadari akan pentingnya embung bagi masyarakat desa khususnya di Nggumbelaka lanjut Dens Djandet yang bernama lengkap Gaudensius Dupdu Jandet mengatakan untuk mengatasi kekurangan air di musim kemarau yang sering terjadi di dataran tinggi seperti di wilayah desa Nggumbelaka dan sekitarnya dalam pemenuhan kebutuhan akan air kepada lahan pertanian warga dan peternakan warna Embung Kaleraga merupakan solusi yang tepat. 

Sebagai Pendamping Desa Pemberdayaan, kedepannya Dens berharap pengelolaan embung tidak hanya sebatas pemenuhan akan kebutuhan air, tetapi juga sebagai lokasi pariwisata. Karena letak embung Kaleraga sangat dekat dengan "Muru Dhe Kale" (air terjun).

Silverter Lopi,
Manager Bumdes

Bapak Silvester Lopi, sebagai manager Bumdes Ndopo Lamba menyambut baik pembangunan Embung Kaleraga. Lopi mengatakan masih banyak hal yang harus ditata disekitar embung. Harus ada pengaman berupa pagar, harus ada lopo - lopo peristirahatan. Sejalan dengan pendapat Kades Fanus dan Pendamping Desa Dens Djandet, untuk mengembangkan embung Kaleraga menjadi lokasi pariwisata, sebagai kolam pemancingan dan memungkinkan untuk dijadikan sarana olahraga. 

Baik kades Fanus, Dens dan sdr Lopi mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang telah memberikan sejumlah dana untuk desa Nggumbelaka guna membangun embung Kaleraga. Terima kasih juga kepada Pemerintah Provinsi NTT, kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Ende dalam hal ini Bupati Ende melalui Dinas Pertanian Ende dan DPMPD Ende yang telah memberikan Rekomendasi kepada desa Nggumbelaka untuk pembangunan embung Kaleraga. 

Khususnya kepada kepala Dinas DPMPD bapak Yohanis Neslaka, S.Sos.Msi, kades Fanus menceritakan, bersama tim kabupaten, tim kecamatan dan pendamping desa selalu memantau pembangunan embung Kaleraga baik melalui telepon maupun pantauan langsung ke lokasi. 

Semangat Kebersamaan untuk membangun desa. 
Share: Youtube

Nduaria

Oleh : Ludger S



Bpk Hendrikus Bu
Sebuah kampung dengan nama desanya juga sama, “Nduaria”. Letaknya tidak jauh dari ibukota  kabupaten Ende. Kira – kira satu setengah jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 50 KM arah timur dari Ende kita akan memasuki desa atau kampung Nduaria. Iklimnya yang khas burrrr dinginnya, menambah pesona Nduaria untuk dikunjungi. Yah! Setidaknya kita bisa berbagi cerita dengan orang Nduaria, merasakan keramahtamaan orang Nduaria dan menikmati hasil panenan yang ada di Nduaria.

Ine Tuteh Pharmantara
Banyak yang mengenal Nduaria karena pasar tradisional hariannya. Ada banyak jenis sayuran, banyak jenis buah yang bisa nikmati disana. Dengan mengeluarkan isi dompet beberapa ribu anda bisa membawa pulang jenis sayuran dan buah yang ada di Nduaria. Tentunya tidak sampe menguras isi dompet hehehehe. Terlihat jelas pasar tradisionalnya yang sudah dibangun sejak beberapa dekade lalu dipadati warga yang mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

Ine Tuteh Pharmantara
Nduaria juga menyimpan kekhasan budaya lokal warisan leluhurnya. Salah satu kampung yang pegelaran budayanya sangat meriah itu termasuk Nduaria. Pesta tandak “gawi” di “tubu kanga” mencapai berlapis – lapis manusia. Sangat memanjakan mata bagi yang berkunjung ke Nduaria bila bertepatan dengan pesta adatanya. Nduaria juga mempunyai kekhasan tersendiri yang masih berada diperut bumi, perlu digali untuk keberlangsungan sejarah Nduaria ke gerasi berikutnya. Dari tatanan budaya, Nduaria termasuk salah satu kampung yang mempunya komponen ritual hampir lengkap. Ada tubu, kanga, keda, sa’o nggua, sa’o nai pare. Unsur – unsur budaya yang ada di Nduaria menggambarkan kemandirian sejarah sejak beberapa dekade bahkan beberpa abad lalu.

Selain budaya, hampir semua wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengenal Nduaria sebagai komunitas petani sayur dan buah. Ada banyak jenis sayuran dan buah yang ditanam oleh masyarakat di Nduaria. Hampir sedaratan pulau flores menjadikan Nduaria sebagai lumbung sayur, lumbung buah. Letak tanah di puncak dengan ketinggian kira – kira 700 – 800 dpl sangat mendukung para petani disana untuk bercocok tanam. Sayur dan buah tidak mengenal musim. Tersedia full januari sampai desember. Banyak mobil pick up dari berbagai daerah berseliweran di jalan – jalan tani seputran Nduaria. 

Ine Tuteh Pharmantara
Nah, bagi anda yang melewati jalur lintas flores baik dari timur ke barat atau sebaliknya, istirahat dan mampirlah sebentar di Nduaria. Perjalanan anda seperti ada yang kurang bila tidak sempat mampir di pasar tradisional Nduaria. So, bagi anda yang pernah mampir disana, pasti punya kenangan unik. Tentunya punya kesan kalau Nduaria itu merupakan ciri khas Lio Ende umumnya. Dari dialek bahasa, tata krama, sikap dan etika pergaulan pasti ada keunikan tersendiri. 

Sampai ketemu di Nduaria 😉

#Wologai
#budayawologai
#ludgerwologai
#puskesmaspeibenga
#pasarnduaria
#nduaria

Share: Youtube

Nijo Pire

oleh : Ludger S


Mari berkunjung ke Kampung Wologai

Hutan Nijo Pire            Foto by Ludger S
Wisata alam yang tidak kalah indahnya, yang berada disekitar kampung Wologai diantaranya Nijo Pire. Nijo berarti buang ludah. Juga mengandung arti melafalkan mantra untuk penyembuhan oleh ata bhisa (dukun). Sedangkan pire berarti larangan yang mengandung makna jangan berbuat. Lokasinya sekitar 1 KM dari kampung adat Wologai. Begitu anda sampai di Wokonio (tempat galian pasir putih) anda akan memasuki pertigaan menuju Wologai, Detukeli, dan kampung daerah pantai utara lainnya. Tepat di tikungan gedung TK/Paud Bata Laki Wologai, dari jalan masuk bagian kiri, akan terlihat hutan yang tidak terlalu luas areanya.

Hutan Nijo Pire                   Foto by Ludger S
Konon menurut cerita dari tetua adat setempat, Nijo Pire merupakan pemukiman tua yang di tempat oleh seorang nenek bernama Ine Lanu. Masyarakat Wologai memahami Nijo Pire sebagai tempat sejarah keberadaan leluhur beberapa abad lalu. Diperkirakan seusia dengan kampung masa lampau Nuaria. 
Dua arti yang termuat pada nama Nijo Pire, yakni merupakan tempat yang dilarang untuk membuang ludah dan sebagai tempat yang dilarang untuk melakukan penyembuhan. Sampai sekarang, Nijo Pire merupakan tempat yang tidak sembarang didatangi oleh masyarakat Wologai. 
Kesan yang terasa jikalau berada di Nijo Pire, serasa di rimba raya. Padahal dekat dengan jalan raya.

Selain sejarah beradanya sebuah kampung tua, Nijo Pire menyimpan sejarah lainnya. Sejarah yang menerangkan kejadian memilukan. Beberapa tua adat menceritakan, dulu saat kampung adat masih dikampung tua Nuaria, saat mau mengerjakan Tubu Kanga, orang - orang pilihan mosalaki berencana mau mengambil Tubu (tiang batu yang dipancang di tengah - tengah kanga) di Nijo Pire. Saat mau mengangkat tubu, satu diantara masyarakat tersebut mati ditempat. Akhirnya batu tubu tersebut juga tidak diambil, diletakan ditempat semula. Orang Wologai meyakini kejadian tersebut merupakan peristiwa sedih karena alam dan leluhur tidak menginginkan batu tersebut diambil atau batu tubuh tidak boleh diambil dari Nijo Pire.

Hutan Nijo Pire         Foto by Ludger S





Share: Youtube

Logoweki

Oleh : Ludger S


Mari berkunjung ke Kampung Wologai



Muru Logo Weki      Foto by Yuven Hary
Kalau yang sering lewati jalur Ende -ke Maumere so pasti akan melewati tempat yang sangat indah, masih tampak zaman old serta terkesan mistic. Nama tempatnya Logoweki. Secara harafiah Logoweki mengandung makna sebuah tempat yang pernah ada kejadian seorang yang bernama Weki bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri ke jurang.

Muru Lowo Sobe        foto by Yuven Hary
Logoweki juga mengandung makna menjatuhkan diri ke jurang. Logo artinya buang diri, weki artinya badan atau seseorang yang bernama weki.

Kalau anda dari Ende menuju Maumere, tepatnya di KM ..... anda akan memasuki lembah yang cukup dalam. Perlahan anda akan melihat tebing dengan banyak bebatuan cadas yang tersusun rapih. Di Logoweki banyak terdapat batu yang berbentuk pipih / ceper. Zaman old, banyak wilayah dari Lio mengambil batu dari Logoweki untuk di jadikan batu kubur.

Muru Logo Weki        foto by Themmy 
Tepat di tikungan ada sungai Logoweki dengan jembatan yang dibangun dari zaman Belanda. Ada beberapa pohon beringin besar yang menambah kesan mistic. Berhentilah sejenak, masuk lebih kedalam lagi. Anda akan di suguhkan pemandangan luar biasa. 
Muru Logoweki

Ada tiga muru atau air terjun yang berada di Logoweki. Ketika kita masuk bagian kanan akan terlihat air terjun yang berasal dari sungai Lowosobe yang berhulu di gunung Wolodo. Kita masuk lebih dalam lagi, ada dua air terjun yang sangat dalam. Yang pertama masih bisa dijangkau. Lebih ujung lagi sudah dijangkau karena sangat tinggi tebingnya dan berada diantara bebatuan cadas atos yang sangat licin. Hanya orang - orang dengan ketrampilan khusus dan berani yang bisa menjangkau kesana.

Air terjun yang kadang memancarkan pelangi lokal ini sangat membuat pengunjung terlena. Airnya yang sangat sejuk, walaupun dekat dengan jalan raya anda tidak akan mendengar hiruk pikuk kendaraan, anda benar - benar terbawa ke suasana alam. Ada beberapa jenis burung yang selalu berkicau dan bersarang di sana.

Watu Lewu Le


Watu Lewa Le     foto by Yuven Hary
Saat anda memasuki Logoweki, pada bagian kiri ada sebuah pemandangan indah lainnya. Anda akan terkagum - kagum dan tidak percaya akan kekhasan alamnya. Watu Lewu Le, sebuah batu dengan ukuran sangat besar yang berada diatas ketinggian. Batu dengan diameter sekitar 10 m, seperti di letakan di dua batu penyangga. Batu besar bergoyang - goyang ketika ditiup angin. Takut, ngeri sekaligus takjub melihat kekhasan alamnya. Sesuai dengan namanya, Watu artinya batu, lewu artinya kolong, le artinya bergoyang - goyang. Di Watu Lewu Le ini pada saat tertentu tetua adat melakukan ritual sesajian terhadap berbagai macam jenis ular yang berada disana. Menurut cerita ada banyak jenis ular berada disana, ada yang sampai berkepala 7. Cukup dengan membawa seekor anak ayam yang baru menetas, sejumlah ular akan datang dan menghampiri anda untuk mendapatkan anak ayam tersebut. Hanya untuk orang yang bernyali yang bisa melakukan itu, kalau saya angkat tangan deh 😂

Nah, bagi yang suka berpetualang silahkan berkunjung ke Logoweki. Atau jikalau anda sedang dalam perjalan dari Ende ke Maumere, istirahatlah sejenak di Logowki. 



















Share: Youtube

Lepembusu Kelisoke

Oleh : Ludger S


Mari berkunjung ke Kampung Wologai


Kecamatan yang diresmikan sejak tahun 2010, dengan wilayah kerja terdiri 13 desa ; Nggumbelaka, Wologai Timur, Mukureku, Mukureku Sa Ate, Ndikosapu, Kuru, Kuru Sare, Tanalangi, Ndenggarongge, Lise Kuru, Taniwoda, Detuara dan Rutujeja. Pusat ibukota kecamatan berada di Peibenga desa Nggumbelaka. Jarak dari ibukota kabupaten 52 km dengan waktu tempuh 90 menit perjalanan. Dari jalur jalan raya Ende - Maumere, di KM 45 anda akan melihat simpang tiga Tengabo. 

Lepembusu Kelisoke merupakan puncak tertinggi di kabupaten Ende dengan ketinggian 800 - 1400m dpl. Sering disebut dengan "negeri diatas awan". Karena dibeberapa lokasi, saat kabut / halimun turun kita tidak akan melihat dataran rendah karena tertutup awan. Kita juga disuguhkan dengan indahnya puncak Kelimutu dari beberapa bukit disaat cerah. Keren memang, bisa melihat Kelimutu dari sisi pandangan sampingnya.

Nggumbelaka
Sebelum merger ke Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Nggumbelaka merupakan bagian dari kecamatan Detusoko. Ibukota desa berada di Peibenga. Satu kampung kecil menjadi bagian dari Nggumbelaka adalah Wololele. Di Peibenga ada kampung adat Peibenga, ada wisata alam Muru Dhe Kale dan puncak Wologai Ara. Beberapa embung dan embung mini juga menjadi tempat wisata yang sangat baagus untuk di kunjungi.

Wologai Timur
Merupakan desa yang merger dari kecamatan Detusoko. Wologai Timur juga merupakan satu - sautnya desa yang berada di jalur jalan lintas kabupaten. Ibukota desa berada di Sokolo'o. Di Wologai Timur, ada sebuah kampung adat Wolobewa. Ada Hutan adat, "Anak Kalo" dengan cerita legendaris masyarakat setempat anakalo. Ada view alam dari Keli Peto, ada embung Alo Bewa, ada air terjun Warileja, air terjun Muru Taga. 

Mukureku
Sama seperti Nggumbelaka dan Peibenga, desa Mukureku merupakan bagian dari kecamatan Detusoko sebelum dibentuk kecamatan Lepembusu Kelisoke. Ibukota desa berada di Mukureku. Di Mukureku kita akan mengunjungi kampung adat Mukureku. Ada juga view alam yang sangat indah dari puncak Lepembusu. Mukureku memang unik untuk dikunjungi. 


Mukureku Sa Ate
Merupakan desa yang mekar dari Mukureku sejak tahun 2010. Secara ulayat adat, Mukureku Sa Ate merupakan bagian dari Mukureku. Di wilayah ini ada satu dusun yang sangat jauh, letak dusunnya berada di desa Ndikosapu. Beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi, view alam dari kampung Detuelu, Wolowi'a. Beberapa embung dan embung mini juga bisa dijadikan wisata mancing buat pengemar mancing.


Ndikosapu
Merupakan daerah merger dari kecamatan Detukeli. Karena hubungan kekerabatan orang Ndikosapu kampung Pisa, Tana Au, Nuabaru sangat dekat dengan kampung Unggu. Sombolou Lasugolo menjadi kebanggan untuk orang Ndikosapu, Lepembusu Kelisoke bahkan Ende. Disana adalah gas bumi, yang menjadi kunjungan banyak wisata domestik maupun manca negara. Sayangnya... akses ke lokasi Sombolou Lasugolo belum memadai. Kita harus berjalan kaki melewati ngarai, jurang terjal. Yah... Wolombere menjadi tantangan tersendiri, harus bernyali besar untuk melewatinya.

Kuru
Merupakan daerah merger dari kecamatan Kelimutu. Ibukota desa berada di Nua Rate. Kuru memiliki beberapa kampung adat. Kampung adat Warundari, kampung adat Kedo dan kampung adat Faipanda. Ketiga kampung adat merupakan bagian dari persekutuan adat Moni.

Kuru Sare
Desa ini memang unik, ada 3 ulayat adat. Kampung Mokeobo bagian dari Moni, kampung Watukali merupakan bagian dari Tana Kune Watu Mara dan kampung Nuabaru bagian dari Lise Ratenggoji. Kuru Sare berdiri menjadi desa terpisah dari Kuru sejak tahun 2010. Kuru Sare merupakan daerah yang terdapat banyak rusa. 

Tanalangi
Desa dengan ibukota Paubewa, merupakan desa yang berada di lembah. Secara umum Tanalangi terdiri dari suku Lise Ratenggoji, sisanya merupakan bagian dari Faipanda Moni. Ada satu kampung Tanamite yang sangat sulit dijangkau.

Ndenggarongge
Hampir semua masyarakat Ndenggarongge adalah bagian dari adat Moni. Dari arah Ndenggarongge kita akan melihat puncak Kelimutu. View panorama alam dari Ndenggarongge memang sangat mempesona. Karena kita akan melihat sampai ke Kota Baru. 

Lise Kuru
Lise Kuru merupakan bagian dari adat Lise Ratenggoji. Ada beberapa kampung tradisional yang berada di Lise Kuru. Ada Langgaria, Wolola, Mbe'i Ndori dan Detuwaru. Salah satu tempat yang sangat indah view alamnya adalah bukit Mbotu Laka. Di Lise Kuru, terletak gunung Kelisoke. Disana terdapat kubur leluhurnya orang Lise.

Taniwoda
Desa yang sudah lama dibentuk. Zaman old, untuk mencapai daerah Taniwoda kita harus berjalan kaki seharian. Ada beberapa kampung terdapat di Taniwoda. Kampung Nua Wika, Saga Pare, Ratenggoji, Fatandopo dan Detuhi. Di kampung Ratenggoji dan kampung adat Fatandopo selalu dilaksanakan seremonial adat Po'o Robho bagi orang Lise umumnya. Dari kampung Saga Pare, kita akan melihat semua daerah Lepmbusu Kelisoke. 

Detuara
Salah satu desa terjauh yang berbatasan dengan desa Tiwu Sora Kota Baru. Masyarakat desa Detuara merupakan bagian dari adat Mbengu kabupaten Sikka. Beberapa kambung tradisional yakni, Detuara, Detulate, Wolonaka, Wolowaru, Deturia.

Rutujeja
Nah, desa ini menyabet gelar terluar, terjauh, terpencil. Ibukota desa berada di Wolofai. Masyarakat desa Rutujeja merupakan bagian dari Mbengu, sebagiannya dari Lise. Desa Rutujeja mempunyai kampung Wolofai, Birijo dan Wolo Oja. Karena berada di daratan tinggi, sebagian wilayah Lepembusu Kelisoke juga bisa di lihat dari Rutujeja. 
Share: Youtube

Wologai Nua Pu'u

Oleh Ludger S


Mari berkunjung ke Kampung Wologai


Wologai sebuah kampung adat yang terletak di desa Wologai Tengah kecamatan Detusoko kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kalau ada dalam rute perjalan dari Ende (pusatnya flores) menuju Maumere, di KM 42 ada cabang kiri meunju kecamtan Detukeli (Marilonga), 1.5 KM dari Jalan Negara anda memasuki kampung adat Wologai. Begitu memasuki area kampung, anda akan melihat beberapa pohon beringin tua berdiri kokoh seakan menyangga kampung yang menyimpan keunikannya tersendiri. 


Kampung Wologai membentuk lingkaran yang diapiti rumah - rumah adatnya. Anda akan memasuki gerbang kampung dengan menaiki tangga batu susunan. Pandangan anda akan tertuju pada lingkaran susunan batu yang paling atas dengan sebuah bangunan beratap tinggi. Itulah "Tubu Kanga dan Ke'da". Tubu Kangan merupakan tempat dilaksanakan tarian tandak saat "Nggua" atau seremonial syukuran tahunan. Ke'da merupakan sebuah bangunan seperti rumah, tanpa dinding. empat tiang penyangga berdiri kokoh menyangga atap bangunan. Ke'da merupakan tempat sakral yang hanya dimasuki oleh kaum lelaki. Ke'da juga merupakan tempat musyawarah para tetua adat atau "Mosalaki". Ke'da juga menyimpan barang pusaka lainnya seperti "Lamba Bapu" atau gendang seperti beduk yang terbuat dari kulit manusia.

Aitszzz....Anda harus berjalan melingkar dari arah kanan. Rumah kanan pertama pintu masuk "Sa'o Nua Guta / Wula Leja, berikutnya sa'o Panggo, berikutnya sa'o Wolo Ghale, berikut sa'o Weri Wawi, berikutnya sa'o Labo, depan sa'o Labo sa'o Lewa Bewa, berikutnya didepan Lewa Bewa terletak sa'o Bhisu Koja atau Sa'o Ria, berikutnya sa'o Sokoria, berikutnya sa'o Sato Jopu, berikutnya sa'o Langga Rapa, berikutnya sa'o Ana Lamba, berikutnya sa'o Ana Lopi / Sa'o Benga, berikutnya sa'o Renggi Woge, berikutnya sa'o Rini, berikutnya sa'o Wolo Me'na, berikutnya sa'o Bhena, berikutnya sa'o Nua Ro'a.
Ada bangunan lain yang ada dalam lingkaran. Didepan sa'o Nua Guta adalah Lewa Nake, tempat memasak daging khusus laki - laki. Di depan sa'o Ria / Bhisu Koja adalah bale Ndewi Boko (tempat istirahat para lelaki). Anda bisa masuk ketiap rumah yang ada. Setiap rumah / sa'o mempunyai hak masing - masing klan adat dengan mosalaki dan kaka longgo atau pendukungnya.

Sa'o Ria merupakan rumah utama simbol persekutuan adat Wologai. Banyak seremonial adat ataupun ritual adat dilaksanakan di sa'o Ria atau Bhisu Koja. Sa'o merangkul semua sa'o - sa'o lainnya. Lima rumah yang melaksanakan seremonial mandiri yakni, Wolo Ghale, Sokoria, Rini, Wolo Me'na, Nua Ro'a. Rumah adat lainnya dikenal dengan dengan sa'o nai pare atau rumah tempat kumpulkan beras sebelum diantar ke sa'o Bhisu Koja. Sa'o Bhisu Koja membawahi semua sa'o Nai Pare yang ada. 

Apa yang unik dari Wologai? Banyak hal lain yang akan anda dapati di Wologai. 
Masyrakatnya (dalam adat disebut ana kalo fai walu) yang masih dekat dengan kehidupan alam. Rumah - rumah dengan ukiran lokal yang menceritakan keadaan rumah masing - masing. Batu - batu alam yang tersusun rapih membentuk sebuah kampung dan tempat - tempat seremonialnya. Pohon - pohon beringin tua yang telah ada sejak 800 - 1000 tahun yang lalu. Serta banyak kekhasan lainnya. 

So...ada baiknya anda berkunjung ke Wologai lah biar gak bengong cuman diceritain orang lain wkwkwwkkwwkwk. 



Share: Youtube

Peran Blogger di Hari Soempah Pemoeda

Oleh : Ludger S



Spirit perjuangan dalam kebersamaan dengan kebhinekaan tetapi satu telah dirumuskan serta digemakan oleh pemuda bangsa terdahulu. 28 Oktober 1928, 90 tahun lalu tanpa memandang suku, ras dan agama para pemuda merumuskan “Pandji Perjuangan Pemuda” dalam rumusan “Sumpah Pemuda”. Ikrar Sumpah Pemuda yang dirumuskan pada kongres pemuda ke II, menggema dan membakar semangat juang para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu tekad akan satu , “Indonesia”. 
Para pemuda dalam Kongres Pemuda Indonesia II yang berlangsung pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928, mengambil keputusan sebagai berikut. :
1. Menerima lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
2. Menerima sang “Merah Putih” sebagai Bendera Indonesia.
3. Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu dengan nama Indonesia Muda (berwatak nasional dalam arti luas). 
4. Diikrarkannya “Sumpah Pemuda” oleh semua wakil pemuda yang hadir. Isi Ikrar Sumpah Pemuda
a. Kami putra dan putri Indonesia, mengakui bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
b. Kami putra dan putri Indonesia, mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia.
c. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia 


Baca juga : Sumpah Pemuda 

Sumpah Pemuda menjadi panji perjuangan pemuda dimasanya. Zaman now, sumpah pemuda menjadi kekuatan yang mengikat para pemuda Indonesia untuk mempertahnkan kesatuan NKRI “harga mati”. 90 tahun lalu Pemuda Indonesia telah menores sejarah perjuangan bangsa. Dari tahun ke tahun sejarah sumpah pemuda tetap dikenang dan dirayakan oleh segenap elemen bangsa. 
Muhamad Yamin, telah mengobarkan semangat juang para pemuda Indonesia lewat tulisannya yang disetujui oleh semua anggota kongres. Bagi saya beliau merupakan seorang penulis yang hebat, sangat luar biasa. Dalam waktu sekejap beliau dapat merumuskan ikrar yang sangat komunikan. Bolehlah kalau saya menyebutkan beliau sebagai komunikator ulung. 

Sumpah Pemuda menjadi sejarah bangsa. Sejarah akan perjuangan pemuda bangsa terdahulu yang telah menjadi dokumen bangsa. Bermula dari “Sumpah Pemuda” telah melahirkan banyak penulis – penulis lainnya yang mengurai secara khusus tentang Tanah Air, Bangsa dan Bahasa Indonesia baik dalam karya tulis, buku – buku dan bentuk tulisan lainnya. Satu tekad bahwa semangat sumpah pemuda harus tetap dijaga, dikobarkan dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi berikutnya. Peran para penulis menjadi sangat penting untuk meneruskan ke gerenasi berikutnya dalam bentuk warisan sejarah. Tak masalah beda karakter tulisan, beda bentuk tulisannya. Entah dalam bentuk buku, dalam bentuk karya ilmiah, dalam bentuk opini, dalam bentuk berita dan dalam bentuk tulisan lainnya. 

Baca juga tentang : Sumpah Pemuda

Teruslah menulis tentang Sumpah Pemuda dengan karater dan bentuk tulisan dari masing – masing penulis. Asal tidak merubah aslinya ya hahaha, hindari hoax. Saya berpendapat, warisan yang tak ternilai itu warisan ilmu pengetahuan. Karena  seluruh usaha untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kehidupan manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan, yang pasti itu adalah hasil dari sebuah tulisan oleh penulis.

Be A Writer

Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook

Gerunion Creator

Wikipedia

Hasil penelusuran

Adsense

Recent Posts

Pepatah Lio

  • Ni Sariphi Tau Wini, Tuke Sawole ngara du nggonde.
  • Lowo Jawu Ae Ngenda.
  • Ndange Beke dan Ngenda Beke.