The International Ecotourism Society pada tahun 1990, mendefenisikan Ekowisata adalah perjalanan bertanggung jawab ke kawasan alami untuk mengkonservasi lingkungan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat lokal”.
Pada Tahun 2015, The International Ecotourism Society kembali merumuskan suatu pengertian tentang Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggungjawab kedaerah - daerah alami, yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat setempat, melibatkan interpretasi serta pendidikan lingkungan hidup.
Dari defenisi diatas menjelaskan bahwa konsep ekowisata memadukan tiga komponen penting yakni, konservasi alam, Pemberdayaan Masyarakat Lokal serta meningkatkan kesadaran lingkungan hidup. Masyarakat diajak terlibat aktif dalam pelaksanaannya tidak hanya pengunjung.
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pengembangan Ekowisata
1. Keberlanjutan Ekowisata dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
Keberlanjutan ekowisata didukung oleh tiga aspek yang saling berkaitan yaitu aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sesuai dengan UU No. 10, 2009 tentang Kepariwisataan, kinerja pembangunan pariwisata tidak hanya dievaluasi berdasarkan kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga atas kontribusnya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan pengangguran dan kemiskinan, pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, pengembangan budaya, perbaikan atas citra bangsa, cinta tanah air, identitas nasional dan kesatuan dan persahabatan internasional.
2. Pengembangan Institusi Masyarakat Lokal dan Kemitraan
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga menjadi isu kunci ; pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang adil dalam pengembangan ekowisata
3. Ekonomi berbasis masyarakat
Salah satu penerapan ekonomi berbasis masyarakat adalah sistem akomodasi Homestay. Pemilik rumah dapat merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk ekowisata di mana seorang turis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak turis dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain, dan dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay sesuai dengan tradisi keramahan orang Indonesia.
4.Edukasi
Edukasi dalam kegiatan ekowisata dilakukan dengan memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Pusat Informasi wisata menjadi hal yang penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang turis yang bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan dari segi budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan pentas seni, kerajinan dan produk budaya lainnya.
5. Pengembangan dan penerapan site plan dan pengelolaan lokasi ekowisata
Daya dukung (carrying capacity) lokasi wisata perlu diperhatikan sebelum perkembanganya ekowisata berdampak negative terhadap alam dan budaya setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah: jumlah turis/tahun; lamanya kunjungan turis dan berapa sering lokasi yang “rentan” secara ekologis boleh dikunjungi. Zonasi kawasan wisata dan pengelolaannya adalah salah satu pendekatan yang bisa menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan kawasan ekowisata.
Kelima prinsip pengembangan ekowisata akan bisa diterapkan , apabila ada sinergi antar stake holder yang terlibat, baik dari pihak pemerintah, pihak pengelola ekowisata, wisatawan dan tentunya masyarakat lokal di sekitar kawasan ekowisata.
Tujuan Ekowisata Indonesia untuk (1) Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Meningkatkan partisipasi masyararakat dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat; (3) Menjadi model bagi pengembangan pariwisata lainnya, melalui penerapan kaidah-kaidah ekowisata.
Wisata Budaya ; Kampung Adat Wologai
Salah satu kampung adat di Kabupaten Ende, yang masih sangat terpelihara dengan norma - norma adatnya yang ditaati oleh semua masyarakatnya adalah "Kampung Adat Wologai". Kampung yang menceritakan keberadaannya dengan unsur - unsur budaya yang ada didalamnya. Banyak wisata yang berkunjung baik wisata mancanegara maupun wisata lokal Nusantara. Semua stakeholder baik pemerintah, swasta serta semua elemen bangsa telah melakukan banyak hal untuk pelestarian kampung adat ini.
Baca juga : The Exotic Traditional Wologai Village
Kampung adat lainnya yang dekat dekat dengan kampung adat Wologai adalah, kampung Faunaka, kampung Wolokota, kampung Wolobewa, kampung Nduaria, kampung Wolojita, kampung Wolondopo, kampung Mbotujita, kampung Nua Pu, kampung Kanganara, kampung Mukreku, kampung Peibenga.
Wisata Alam di Desa Wologai Tengah
Selain wisata budaya, berbagai keindahan alam yang menjadi pilihan diantaranya ada Lia Lela Nggewa, Logoweki, Wolodo, Watudoa, Lowopo'o, Muru Kune, hamparan sawah trap Ekoleta dan lainnya.
Lia Lela Nggewa terletak di bagian utara kampung adat Wologai, berada di sungai Lowo Keka. Lia Lela Nggewa adalah tempat bersarangnya burung walet ditengah kali diantara tebing batu yang terjal dan sempit. Tempat ini dikenal sangat mistic oleh masyarakat setempat.
Logoweki, baca di : Logoweki
Wolodo terkenal dengan pasar tradisional dengan sistim barter atau tukar menukar barang. Tempat yang sudah menjadi bagian dari hutan kenservasi ini menyimpan banyak kenangan bagi masyarakat Wologai bahkan masyarakat Ende umumnya. Untuk ketempat ini, anda diajak untuk trecking dari dusun restlemen ke danau Kelimutu bersama tim pemandu kelompok SPKP desa Wologai Tengah.
Baca Juga : Tekking to Lake Kelimutu
Ekowisata memanfaatkan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua menyetujui ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pada "pelestarian". Kemudian, lanjutkan untuk pertanggungan pada masyarakat lokal agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan. Sebagian dari aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang menjadi tujuan metatourisme. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan diketahui kejenuhan pasar. Pengembangan ekowisata di kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler (Turis Ekowisata) menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karena itu, beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus disampaikan. Jika seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ramah lingkungan dari pembangunan berbasis kerakyatan (berbasis masyarakat).