Oleh Ludger S.
Saat media baik elektronik maupun media sosial dan semakin banyak pihak membicarakan dan bergerak untuk mengembangkan minat baca masyarakat di berbagai daerah, maka salah satu media selain perpustakaan adalah adanya keberadaan Rumah Baca.
Dalam proses belajar mengajar di semua jenjang pendididkan baik TK,SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi maupun para peneliti tidak lepas dari perpustakaan maupun wadah lainnya. Dengan membaca mereka akan memperoleh informasi tentang bermacam-macam hal karena pada hakekatnya membaca adalah cara memperoleh pengetahuan dari masa ke masa.
Seperti yang terdapat pada kelompok SPKP Resetlemen di Desa Wologai, untuk melayani kepentingan penduduk yang tinggal di sekitarnya kelompok tersebut telah membentuk sebuah "Rumah Baca" untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan, umur dan lain sebagainya.
Dalam pengelompokan perpustakaan, Rumah Baca masyarakat tergolong dalam Perpustakaan Umun. Perpustakaan Umum (public library) menurut Reitz (2004) adalah ”A library or library system that provides unrestricted acces and services free of change to all the resident of a given community, distric, or goegraphic region, supported wholly or in part by publics funds”. Dalam pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebahagian dari dana masyarakat (pajak). Menyimak defenisi di atas, perpustakaan umum memiliki tugas yang sangat luas dalam hal penyedia akses informasi kepada masyarakat.
Mengingat pentingnya perpustakaan umum sebagai perpustakaan masyarkat umum, sehingga UNESCO (badan PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan) menyatakan perpustakaan umum sebagai media kehidupan bangsa. Pada tahun 1972 UNESCO mengeluarkan Manifesto perpustakaan umum yang menyatakan bahwa perpustakaan umum harus tebuka bagi semua orang tanpa membeda – bedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan, ras. Lebih rinci tujuan perpustakaan umum dalam manifesto Unesco (Sulistyo-Basuki, 1993):
Sejak awal sebuah perpustakaan didirikan, apa pun jenisnya telah disebutkan bahwa perpustakaan atau taman bacaan atau rumah baca masyarakat mempunyai kegiatan utama mengumpulkan semua sumber informasi dalam berbagi bentuk yakni tertulis (printed matter) terekam (recorded matter) atau dalam bentuk lain.
Kemudian semua informasi tersebut diproses, dikemas, dan disusun untuk disajikan kepada masyarakat yang diharapkan menjadi target dan sasaran akan menggunakan Rumah Baca tersebut. Oleh karena itu penyelenggaraan Rumah Baca tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan kandungan maksud dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diperlukan langkah-langkah strategis, kebijakan yang aplikatif dan terencana secara konseptual serta tindakan yang kongkrit.
Menurut Sutarno NS (2006 : 33) Sebuah Rumah Baca Masyarakat dibentuk atau dibangun dengan maksud:
- Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi, dalam arti aktif, taman bacaan masyarakat tersebut mempunyai kegiatan yang terus-menerus untuk menghimpun sebanyak mungkin sumber informasi untuk di koleksi.
- Sebagai tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka dengan metode atau sistem tertentu seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta kelengkapan lainnya, baik secara manual maupuan menggunakan sarana teknologi informasi, pembuatan perlengkapan lain agar semua koleksi mudah di gunakan.
- Menjadi tempat memelihara dan menyimpan. Artinya ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata, memlihara, merawat, agar koleksi rapi, bersih, awet, utuh, lengkap, mudah di akses, tidah mudah rusak, hilang, dan berkurang.
- Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian, preservasi serta kegiatan ilmiah lainya. Memberikan layaanan kepada pemakai, seperti membaca, meminjam, meneliti, dengan cara cepat, tepat, mudah dan murah.
- Membangun tempat informasi yang lengkap dan ”up to date” bagi pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku / sikap (attitude).
- Merupakan agen perubahan dan agen kebudayaan dari masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dalam konsep yang lebih hakiki eksistensi dan kemajuan taman bacaan masyarakat menjadi kebanggaan, dan simbol peradaban kehidupan umat manusia.
|
Kepala Balai TNK memberikan bantuan buku untuk Rumah Baca SPKP |
Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu, Persada Agussetia Sitepu, S.Hut, M.Si dalam sambutannya saat peresmian Rumah Baca SPKP Wologai 16 Maret 2018 yang lalu, menguraikan bebereapa tujuan utama yang harus diperhatikan oleh kelompok SPKP Desa Wologai Tengah dalam mengelola Rumah Baca :
- Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.
- Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama mengenai topik yang berguna bagi mereka yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
- Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.
- Bertindak selaku agen cultural , artinya perpustakaan umum pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
Kepala Balai juga menegaskan bahwa, kedepannya Rumah Baca SPKP Resetlemen Desa Wologai Tengah ini, bisa menjadi sumber ilmu untuk masyarakat disekitarnya. Kelompok diharap mampu mengisi bahan bacaan untuk memperbanyak sumber bacaan. Awal yang baik ini terus dikembangkan, sehingga suatu saat Rumah Baca SPKP menjadi contoh di desa sekitarnya bahkan menjadi lokasi studi banding bagi kelompok lain di seluruh wilayah Nusantara ini. Disambut dengan tepuk tanggan semua anggota kelompok, masyarakat, pendamping dan mitra SPKP yang hadir waktu peresmian tersebut, Kepala Balai TNK memberikan sumbangsih beberapa buku. Terima kasih Pak, sudah memberikan kami suport buku - buku sebagai bahan bacaan di Rumah Baca SPKP ini. Begitu kata Stephanus Wempi, ketua kelompok SPKP Resetlemen desa Wologai Tengah.
|
Pengguntingan Pita Persemian Rumah Baca SPKP Wologai Tengah |
Siapapun dan apapun profesinya, kita semua bisa dan diperkenankan untuk membuka atau mendirikan Rumah Baca di sekitar kita. So yang belum, jadilah donatur buku untuk kelompok - kelompok yang telah mendirikan Rumah Baca masyarakat.