Oleh Ludger S
Ende merupakan ibukota kabupaten Ende. Letakknya ditengah – tengah pulau flores, kota Ende sering disebut sebagai “cenrtal of flores”. Kota Ende terletak di pesisir pantai selatan pulau Flores. Gunung – gunung mengapit keberadaan kota Ende. Ada gunung Meja, gunung Wonggge, Gunung Iya dan beberapa gunung lainnya. Konon gunung – gunung tersebut menyimpan legenda tersendiri. Yuk kita simak cerita berikut ini.
Adalah Iya, seorang gadis dengan paras sangat cantik. Karena kecantikannya, banyak yang ingin memiliki Iya sebagai pacar juga sebagai teman hidup, istri.
Meja seorang pemuda tampan yang baik hati, sopan, sederhana dan banyak pembawaan positif lainnya yang ada pada pemuda Meja.
Wongge juga merupakan seorang pemuda tampan yang gagah berani. Wongge sangat temparamen, kasar, egois, pokoknya benar – benar flores, hahahahaha
Meja sangat menyukai Iya. Meja selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk menarik perhatian Iya. Selain Meja, banyak pemuda lain yang menyukai Iya. Diantaranya Wongge. Seperti pemuda lain, Wongge juga pasang aksi untuk menarik perhatian Iya sang bunga desa.
Hari berlalu, tahun berganti. Ternyata Iya lebih menyukai Meja ketimbang pemuda lainnya termasuk Wongge. Meja mengetahui kalau Iya telah memutuskan untuk memilih dirinya ketimbang pemuda yang lain. Meja mulai berani memadu kasih denga Iya secara terang – terangan. Banyak pemuda yang menaruh harapan pada Iya kecewa dengan keputusan Iya. Mereka semua sangat benci kepada Iya dan Meja.
Suatu ketika, Meja dan Iya sedang memadu kasih. Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka. Saling becanda ria, mengekspresikan perasaan jiwa mereka bahwa mereka sedang mabuk asmara. Mereka sepakat untuk membina rumah tangga baru, sebagai sepasang suami istri. Semakin hari, Meja dan Iya selalu bersama. Suatu ketika Wongge memergoki Iya dan Meja sedang memadu kasih. Wongge yang temperamen sangat marah. Perasaan kesal berkecamuk, emosi memuncak. Meja harus disingkirkan sebelum Meja menikah dengan Iya. Setibanya dirumah, Wongge tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya kacau mengingat kejadian siang tadi. Bagaimana tidak? Dengan mata kepala sendiri Wongge melihat betapa bahagianya Iya disamping Meja. Yah! Iya telah memilih Meja. Apa yang harus saya lakukan? Pikir Wongge.
Keesokan harinya, Wongge kembali melihat Iya lagi bersanding dengan Meja. Meja sangat menyayangi calon istrinya Iya. Melihat momen itu amarah Wongge memuncak. Naik sampai ubun – ubun kata orang Ende. Wongge cepat – cepat pulang kerumahnya untuk mengambil parangnya. Setibanya ditempat Iya dan Meja, mereka masih memadu asmara. Tanpa pikir panjang Wongge menerjang dan ingin menebas kepala Meja atau Iya. Meja melihat kejadian akhirnya Meja menghalau mengayomi Iya. Akhirnya parang Wonggge menghantam dan memutuskan kepala Meja. Kepala Meja putus dan terlempar ke muara Nanganesa. Kepala Meja menjadi sebuah pulau kecil yang dinamakan pulau “Koa”. Badan Meja tenggelam kedalas bumi, lehernya membentuk sebuah gunung, yang sekarang dikenal dengan gunung Meja. Setelah membunuh Meja, parang Wongge terlepas dan membentuk sebuah pulau yang bernama pulau Ende. Sedangkan Wongge sendiri menjadi sebuah gunung yang bernama gunung Wongge.
Akhirnya Iya meratapi kekasihnya dengan sangat sedih. Iya benar – benar kehilangan pujaan hati. Iya merangkul kekasih hatinya itu. Iya tidak mau terpisahkan dengan Meja. Akhirnya Iya menjadi sebuah gunung api. Gunung Iya terletak dibelakang gunung Meja.
Masyarakat Ende meyakini Iya akan sedih dan meratapi Meja sepanjang hayat. Ada waktu tertentu Iya akan sangat sedih akan kehilangan kekasihnya. Bila saat itu tiba, gunung api Iya akan meletus mengeluarkan lahar panas sebagai ungkapan kesedihannya.