berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Nakhoda Nusantara, Kapal Tua

Siapa yang tak kenal dengan komika asal NTT ini? 

Abdurrahim Arsyad yang lebih dikenal dengan panggilan Abdur. Lahir di LarantukaNusa Tenggara TimurIndonesia6 April 1988. Adalah seorang pelawak tunggal (komika) dan aktor Indonesia. Ia dikenal sebagai runner up Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keempat pada tahun 2014.

Dibawah ini salah satu kelucuan spontanitas karya Abdur yang mencengangkan Indonesai. 





Jaya Indonesia..
Sebagai anak nelayan dari Lamakera..
saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua..
yang berlayar tak tau arah..
arah nya ada,
hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca..
mungkin dia bisa membaca..
tapi tertutup hasrat membabi buta..
hasrat hidupi keluarga, saudara, kolega..
dan mungkin istri muda.

Indonesia itu memang seperti kapal tua..
dengan penumpang berbagai rupa..
ada dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga Papua..
bersatu dalam Nusantara.

Enam kali sudah kita ganti nahkoda,
tapi masih jauh dari kata sejahtera.
Dari dulu teman-teman, dari teriakan kata merdeka..
sampai sekarang, folbak donk kaka..

Nahkoda pertama, sang proklamator bersama Hatta..
membangun dengan semangat Pancasila..
dan terkenal di kalangan wanita..

ia pernah berkata..
mampu guncangkan dunia dengan sepuluh pemuda..
tapi itu kan kurang satu untuk tim sepakbola..
kalau begini kapan baru kita ikut piala dunia?

nahkoda kedua, 32 tahun berkuasa..
datang dengan program pembangunan beranama pelita..
bapak pembangunan bagi mereka..
bagi saya tidak ada bedanya.. tidak ada!!!
penumpang bersuara berakhir di penjara..
atau hilang di lautan tanpa berita..
beda dengan Dodit Mulyanto.. hanya modal biola saja
terkenal di Indonesia..

nahkoda ketiga, sang wakil yang naik tahta..
mewarisi pecah belahnya masa orba..
belum sempat menjelajah samudera..
Ia terhenti di tahun pertama..
dibanggakan di Eropa, dipermainkan di Indonesia..
Jerman dapat ilmunya..
kita dapat apa…?? …
antrian panjang nonton film nya.

nahkoda selanjutnya, Sang Kiai dengan hati terbuka.
Ia terhenti dalam sidang istimewah..
ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana..
potong bebek saja..
gitu aja kok repot.. kata Gusdur featuring Ursula..

nahkoda kelima,
nahkoda pertama seorang wanita..
dari tangan ibunya..
bendera pusaka tercipta..
kata bapaknya..
berikan aku sepuluh pemuda..
tapi apa daya..
itu diluar kemampuan ibu beranak tiga..
kalau mau sepuluh pemuda..
ambil saja dari followersnya Raditya Dika..
cemungud yah kaka..

nahkoda keenam bagian A..
kenapa bagian A..
sengaja biar tetap ada rima A..

dua pemilu mengungguli perolehan suara..
dua kali disumpah atas nama garuda..
tapi itu hanya awal cerita..
cerita panjangnya terpampang di banyak media..
lapindo, Munir, centuri, hambalang.. kami menolak lupa!

kini, ia telah hadir di sosial media..
mungkin bermaksud mengalahkan Raditya Dika..
setelah empat album yang berakhir entah seperti apa..
mungkin ia akan membuat film.. Malam Minggu Istana.

teman-teman, kini 2014 telah tiba..
saatnya kita kembali memilih nahkoda..
pastikan dia yang mengerti Bhinneka Tunggal Ika..
bukan boneka milik Amerika! Dia yang menerti suara kita..
suara kalau Indonesia bisa!
bukan suara ‘aitakata.. aiyaahya..’ atau folbek donk kaka..

Inilah cerita kapal tua kita..
ada yang tidak percaya?
ada?
sudah.. kalian percaya saja..
Share: Youtube

Peresmian Rumah Baca SPKP Desa Wologai Tengah

Oleh Ludger S. 


Saat media baik elektronik maupun media sosial dan semakin banyak pihak membicarakan dan bergerak untuk mengembangkan minat baca masyarakat di berbagai daerah, maka salah satu media selain perpustakaan adalah adanya keberadaan Rumah Baca.
Dalam proses belajar mengajar di semua jenjang pendididkan baik TK,SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi maupun para peneliti tidak lepas dari perpustakaan maupun wadah lainnya. Dengan membaca mereka akan memperoleh informasi tentang bermacam-macam hal karena pada hakekatnya membaca adalah cara memperoleh pengetahuan dari masa ke masa.
Seperti yang terdapat pada kelompok SPKP Resetlemen di Desa Wologai, untuk melayani kepentingan penduduk yang tinggal di sekitarnya kelompok tersebut telah membentuk sebuah "Rumah Baca" untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan, umur dan lain sebagainya.
Dalam pengelompokan perpustakaan, Rumah Baca masyarakat tergolong dalam Perpustakaan Umun. Perpustakaan Umum (public library) menurut Reitz (2004) adalah ”A library or library system that provides unrestricted acces and services free of change to all the resident of a given community, distric, or goegraphic region, supported wholly or in part by publics funds”. Dalam pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebahagian dari dana masyarakat (pajak). Menyimak defenisi di atas, perpustakaan umum memiliki tugas yang sangat luas dalam hal penyedia akses informasi kepada masyarakat.
Mengingat pentingnya perpustakaan umum sebagai perpustakaan masyarkat umum, sehingga UNESCO (badan PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan) menyatakan perpustakaan umum sebagai media kehidupan bangsa. Pada tahun 1972 UNESCO mengeluarkan Manifesto perpustakaan umum yang menyatakan bahwa perpustakaan umum harus tebuka bagi semua orang tanpa membeda – bedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan, ras. Lebih rinci tujuan perpustakaan umum dalam manifesto Unesco (Sulistyo-Basuki, 1993):
Sejak awal sebuah perpustakaan didirikan, apa pun jenisnya telah disebutkan bahwa perpustakaan atau taman bacaan atau rumah baca masyarakat mempunyai kegiatan utama mengumpulkan semua sumber informasi dalam berbagi bentuk yakni tertulis (printed matter) terekam (recorded matter) atau dalam bentuk lain.
Kemudian semua informasi tersebut diproses, dikemas, dan disusun untuk disajikan kepada masyarakat yang diharapkan menjadi target dan sasaran akan menggunakan Rumah Baca tersebut. Oleh karena itu penyelenggaraan Rumah Baca tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan kandungan maksud dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diperlukan langkah-langkah strategis, kebijakan yang aplikatif dan terencana secara konseptual serta tindakan yang kongkrit.
Menurut Sutarno NS (2006 : 33) Sebuah Rumah Baca Masyarakat dibentuk atau dibangun dengan maksud:
  1. Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi, dalam arti aktif, taman bacaan masyarakat tersebut mempunyai kegiatan yang terus-menerus untuk menghimpun sebanyak mungkin sumber informasi untuk di koleksi.
  2. Sebagai tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka dengan metode atau sistem tertentu seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta kelengkapan lainnya, baik secara manual maupuan menggunakan sarana teknologi informasi, pembuatan perlengkapan lain agar semua koleksi mudah di gunakan.
  3. Menjadi tempat memelihara dan menyimpan. Artinya ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata, memlihara, merawat, agar koleksi rapi, bersih, awet, utuh, lengkap, mudah di akses, tidah mudah rusak, hilang, dan berkurang.
  4. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian, preservasi serta kegiatan ilmiah lainya. Memberikan layaanan kepada pemakai, seperti membaca, meminjam, meneliti, dengan cara cepat, tepat, mudah dan murah.
  5. Membangun tempat informasi yang lengkap dan ”up to date” bagi pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku / sikap (attitude).
  6. Merupakan agen perubahan dan agen kebudayaan dari masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dalam konsep yang lebih hakiki eksistensi dan kemajuan taman bacaan masyarakat menjadi kebanggaan, dan simbol peradaban kehidupan umat manusia.
Kepala Balai TNK memberikan bantuan buku untuk Rumah Baca SPKP

Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu, Persada Agussetia Sitepu, S.Hut, M.Si dalam sambutannya saat peresmian Rumah Baca SPKP Wologai 16 Maret 2018 yang lalu, menguraikan bebereapa tujuan utama yang harus diperhatikan oleh kelompok SPKP Desa Wologai Tengah dalam mengelola Rumah Baca :
  1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.
  2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama mengenai topik yang berguna bagi mereka yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
  3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.
  4. Bertindak selaku agen cultural , artinya perpustakaan umum pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
Kepala Balai juga menegaskan bahwa, kedepannya Rumah Baca SPKP Resetlemen Desa Wologai Tengah ini, bisa menjadi sumber ilmu untuk masyarakat disekitarnya. Kelompok diharap mampu mengisi bahan bacaan untuk memperbanyak sumber bacaan. Awal yang baik ini terus dikembangkan, sehingga suatu saat Rumah Baca SPKP menjadi contoh di desa sekitarnya bahkan menjadi lokasi studi banding bagi kelompok lain di seluruh wilayah Nusantara ini. Disambut dengan tepuk tanggan semua anggota kelompok, masyarakat, pendamping dan mitra SPKP yang hadir waktu peresmian tersebut, Kepala Balai TNK memberikan sumbangsih beberapa buku. Terima kasih Pak, sudah memberikan kami suport buku - buku sebagai bahan bacaan di Rumah Baca SPKP ini. Begitu kata Stephanus Wempi, ketua kelompok SPKP Resetlemen desa Wologai Tengah. 
Pengguntingan Pita Persemian Rumah Baca SPKP Wologai Tengah

Siapapun dan apapun profesinya, kita semua bisa dan diperkenankan untuk membuka atau mendirikan Rumah Baca di sekitar kita. So yang belum, jadilah donatur buku untuk kelompok - kelompok yang telah mendirikan Rumah Baca masyarakat. 
Share: Youtube

Jughu, Gotong Royong Orang Lio

Oleh Ludger S. 


Kata jughu berarti kerja kelompok secara bersama - sama secara bergantian. Jughu dapat kita temukan dalam kegiatan, dhawe jughu, kema jughu. Dhawe adalah kegiatan mencabut rumput di ladang atau sawah. Dhawe jughu berarti kegiatan mencabut rumput di sawah atau ladang secara bersama - sama dalam bentuk kelompok kerja atau secara kekerabatan dengan cara bergantian dari kebun yang satu ke kebun keluarga lainnya. Kema artinya kerja. Kema jughu artinya kerja secara bersama - sama dalam bentuk kelompok atau secara kekerabatan. Kema jughu lebih mengarah pada pembangunan rumah, pembangunan pondok, pekerjaan irigasi tradisional dan pekerjaan lainnya.

Di Wologai, sepanjang tahun semua masyarakat sibuk bekerja sawah dan ladang. Selama musim panen ladang berupa kopi, kemiri, cengkeh semua "dhawe jughu" di ladang. Selama musim panen sawah semua "dhawe jughu" di sawah. Musim panen sawah dikenal dengan istilah "pare uja" dan "pare le'ja".  

Pare uja adalah musim panen yang ditanam musim kemarau dan panen musim hujan. 

Pare le'ja adalah musim panen yang ditanam musim hujan. Pare le'ja, panenan padi yang ditanam bulan januari sampai februari dan dipanen pada bulan juni sampai juli. 

Pare uja, panenan padi yang ditanam bulan juli agustus dan dipanen bulan november sampai desember. Selesai kerja sawah, masyarakat ramai - ramai jughu di ladang. Sawah, ladang, sawah, ladang, seterusnya menjadi kalender kerja para petani di Wologai. 

Apa yang khas dan unik dari menanam dan panen di Wologai? 

Kita sudah mengetahui "pare uja dan pare le'ja", dua musim panen sawah di Wologai. Saat panen pare uja semua masyarakat silahkan panen dan melakukan pembibitan padi. Tetapi saat musim "pare le'ja" masyarakat tidak boleh mendahului hak molalaki untuk panen dan pembibitan. Baik panen atau pembibitan harus didahului oleh mosalaki yang mempunyai peran untuk duluan panen dan duluan bibit. Siapa saja yang mendahului panen dari mosalaki yang berhak duluan panen dan duluan semai bibit padi dikenakan sanksi adat berupa "poi".

Apa yang akan dilakukan mosalaki?

Saat memulai pembibitan pare le'ja, ada mosalaki yang berperan sebagai "paki te'do". Dimana mosalaki tersebut yang akan melakukan semai bibit padi yang pertama. 
Saat musim panen tiba, "pare le'ja" ada mosalaki yang berperan sebagai "ngowi". Dimana mosalaki tersebut yang akan melakukan panen padi yang pertama dikebun siapa saja yang padinya sudah siap dipanen. 

Maaf untuk upacara adat "paki te'do dan ngowi" tidak dijelaskan disini. Yang penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut silahkan ke mosalaki yang bersangkutan.






Share: Youtube

Rumah Baca SPKP

Oleh Ludger S



Secara umum terbentuk SPKP bertujuan (1). dapat menekan laju kerusakan sumberdaya hutan, (2). Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan bisa menjadi  wahana pembelajaran masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada usaha yang digeluti menjadi lebih baik, (3). dapat memacu peran serta pria dan wanita dalam kegiatan penyuluhan dan pembangunan kehutanan secara serasi dan hormonis, (4). dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kelompok kelompok usaha produktif. 
SPKP memiliki prinsip : (1) melakukan konservasi alam, (2) meningkatkan pengetahuan anggota keompok dalam konsep pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok SPKP, (3) melestarikan lingkungan hidup.

Baca juga 👉 : SPKP Desa wologai Tengah 

Melihat prinsip SPKP kedua, meningkatkan pengetahuan anggota keompok dalam konsep pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok SPKP, telah digandakan fungsi sekretariat menjadi "Rumah Baca". Kerenkan? Keren memang 😅, sendiri yang jawab pertanyaannya. 

Rumah Baca yang tadinya adalah rumah warga bantuan pasca gempa 1992 yang tidak terurus. Atap, dinding, kompleks rumah tidak terurus. Sebagian dinding sudah banyak yang jebol. Dinding terbuat dari triplek 6 mm. Atapnya juga sudah banyak yang lubang dan sebagian malah sudah tidak ada seng. Mau bangun gedung baru, belum ada dana. Dengan semangat gotong royong dan prinsip harus bisa, ketua kelompok berdiskusi dengan semua anggota kelompok dan pendamping dari Balai TNK Pak Kuswoyo untuk rehab berat rumah warga untuk dijadikan Rumah Baca dan sekaligus sebagai sekretariat SPKP. Rumah dengan status pinjam pakai tersebut akhirnya bisa digunakan dengan beberapa proses rehab berat. Berikut sepenggal cerita ketua kelompok dengan admin Budaya Wologai :

Tahap Pertama, pembersihan Sekitar lokasi rumah dan pengukuran
Pada tahap pertama, melakukan pembersihan Sekitar lokasi rumah dan pengukuran. Semua anggota kelompok dikerahkan untuk pembersihan komplek rumah dari tanaman liar dan rerumputan semak. setelah pembersihan dilanjutkan dengan pengukuran luar rumah untuk mengetahui kebutuhan bahan lokal dan non lokal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan rehab berat. Inventarisasi bahan lokal yang ada seperti bambu yang bisa digunakan untuk dinding. Bahan non lokal seperti seng, paku dan tali - temali. 



Tahap Kedua, pembersihan ruangan, penataan Ruang Baca dan perbaikan atap.
Rumah bantuan darurat gempa 1992 umumnya bersifat loss. Ruang loss ini yang akan dimanfaatkan sebagai ruang baca dan pertemuan anggota kelompok. Sebagian seng atap sudah rapuh dan lubang. Harus diganti dengan yang baru. Yang masih bisa dipakai, jangan dilakukan pembongkaran. Mengingat rangka atap yang sudah rapuh, pekerjaan pembongkaran harus hati - hati agar tidak sampai jatuh atau merusak yang lainnya. Darimana harus mencari seng, paku, cat dan bahan non lokal lainnya? Kami berdiskusi dengan pendamping Balai TNK, pak Kuswoyo. Solusinya, kami harus berani mendekatkan diri pada pekerjaan fisik yang ada disekitar sekiranya ada sisa material non lokal. Alhasil, kami mendapatkan hibah beberapa lembar seng dan paku. 



Tahap Ketiga, perbaikan dinding luar dan melapisi bagian dalam dengan menggunakan rak telur
Ada kemudahan saat perbaikan dinding. Di sekitar dusun Resetlemen banyak bambu milik warga yang bisa kami dapatkan dengan cara meminta, tanpa harus membelinya. Desa dan dusun kami masih memiliki sosial masyarakat yang sangat tinggi. dari hasil pengukuran dan perkiraan kebutuhan awal kami harus menyiapkan bambu untuk dijadikan dinding kira - kira 200 lembar dengan ukuran 20 cm x 300 cm. Bahu - membahu anggota kelompok mengerjakan bambu cencang untuk dijadikan dinding (pelupuk). Semua dinding harus diganti dengan pelupuk baru. 
Satu hal yang menjadi ilmu baru buat semua anggota kelompok dan masyarakat desa Wologai Tengah tentang "Penggunaan Rak Telur" sebagai pelapis dinding bagian dalam. Ilmu ini didapat dari pendamping Pak Kuswoyo. Setelah mendapat pelatihan serta bimbingan dengan ketersediaan bahan yang ada akhirnya sebagian dinding bagian dalam dapat dilapisi dengan "rak telur".



Tahap Keempat, pengecatan diluar dinding rumah baca
dinding bambu atau pelupuk yang telah dipasang harus dicat biar nampak indah. Anggota kelompok ada yang memiliki kemampuan untuk melapisi dinding dengan lukisan kreatif. Setelah dicat dan dilukis sebagian dinding, ada rasa bangga dalam dari semua anggota akan hasil kerja yang telah dikerjakan.



Tahap Kelima, penataan rak dan buku bacaan
Setalah pekerjaan besar telah selesai dikerjakan, bagian dalam rumah harus ditata terutama penempatan rak buku sebagai wadah untuk penempatan buku - buku bacaan. Rak buku dirakit dari bahan lokal yang tersedia. Darimana harus mencari dan mendapatkan buku? Kata - kata pendamping SPKP dari Balai TNK "kalau orang baik pasti bertemu orang baik juga". Kata - kata ini menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Akhirnya Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK) Bapak Persada Agussetia Sitepu, S.Hut, M.Si, memberikan bantuan buku - buku bacaan yang menjadi milik kelompok SPKP. Beberapa judul buku yang diberikan berlaku untuk semua umur. Ada bacaan anak - anak, remaja dan orang dewasa. Ada pula sebagai panduan petani dalam berladang atau bersawah. 


Tahap Keenam, peresmian Rumah Baca
Akan diulas dalam session berikutnya 

Tahap Ketujuh, Aktivitas kegiatan anak - anak di Rumah Baca
Sejak tersedianya bahan bacaan, anak - anak dipersilahkan membaca buku yang ada dibawah panduan petugas kelompok SPKP. Ada meja duduk / lantai yang mempermudahkan jangkauan anak membaca. Tidak hanya peruntukkan untuk anak anggota kelompok SPKP tetapi semua anak yang yang punya minat membaca. Terlihat pada gambar dibawah ini, anak - anak begitu semangat belajar membaca di Rumah Baca SPKP Desa Wologai Tengah. Rumah Baca ini ada pendidikan informal. Memacu meningkatkan minat belajar dan membaca anak - anak di dusun Resetlemen serta anak - anak desa Wologai Tengah.


Tahap kedelapan, Rumah Baca juga sebagai Sekretariat SPKP
Pada saat - saat tertentu, Rumah Baca yang juga sekretariat SPKP Desa Wologai Tengah ini digunakan sebagai Ruang Pertemuan Kelompok, kegiatan pelatihan - pelatihan oleh mitra SPKP, serta kegiatan lainnya. 


Sangat kagum ketika saya berkunjung kesana. Begitu besar harapan mereka untuk sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Semangat gotong - royong menjadi suatu kekuatan besar dalam melaksanakan semua kegiatan mereka (kelompok SPKP). 
Untuk pemenuhan kebutuhan bahan bacaan, menurut ketua kelompok sdr Stephanus Wempi, masih banyak kekurangan. Bahan bacaan untuk petani dalam hal pembibitan, penanaman, pemupukan, panen, penjualan masih sangat terbatas. Semoga ada pihak donasi yang bersedia menghibahkan kami buku - buku sebagai bahan bacaan kami untuk meningkatkan pengetahun kelompok kami, SPKP, sambung Wempi. 

Kiranya para pembaca yang berkunjung ke "Budaya Wologai" dapat menjadi donasi buku bacaan di Rumah Baca SPKP Desa Wologai Tengah. 
Share: Youtube

SPKP Desa Wologai Tengah

Oleh : Ludger S


Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan atau yang disingkat SPKP adalah organisasi masyarakat di tingkat desa yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah berbagai pihak di wilayah desa dalam upaya melestarikan fungsi dan manfaat hutan dan lahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Penyuluhan kehutanan merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat yang tidak dapat dilakukan oleh penyuluh kehutanan saja tetapi harus dilakukan secara bersama antara penyuluh kehutanan dengan masyarakat. Masyarakat dapat berperan dalam kegiatan penyuluhan melalui Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan sehingga dapat mendorong peningkatan produktifitas dan kemandirian masyarakat melalui berbagi aktifitas produktif yang mereka lakukan. Melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan masyarakat di dusun Resettlement desa Wologai Tengah, diharapkan akan lebih berdaya sehingga dapat menggali dan meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya maupun potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Detusoko dan Kabupaten Ende menuju ke arah kemandirian yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya.

SPKP desa Wologai Tengah dibentuk oleh musyawarah desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa sejak tahun 2010. Sejak 2014 dipimpin oleh Stephanus Wempi.  SPKP beranggotakan 30 orang yang tersebar dusun Wologai dan dusun Resettlement desa Wologai Tengah. 

Kades Emilianus Linu
Kepala Desa Wologai Tengah bapak Emilianus Linu yang dihubungi via seluler menegaskan, dengan dibentuknya SPKP Desa Wologai Tengah diharapkan : (1). dapat menekan laju kerusakan sumberdaya hutan, (2). Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan bisa menjadi  wahana pembelajaran masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada usaha yang digeluti menjadi lebih baik, (3). Kehadiran sentra penyuluhan kehutanan pedesaan di Wologai Tengah harus dapat memacu peran serta pria dan wanita dalam kegiatan penyuluhan dan pembangunan kehutanan secara serasi dan hormonis, (4). Kehadiran sentra penyuluhan kehutanan pedesaan di Wologai Tengah, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kelompok kelompok usaha produktif yang telah ada.

Stephanus Wempi
Stephanus Wempi atau yang akrab disapa Wempi, sebagai ketua kelompok SPKP Desa Wologai Tengah menjelaskan dibawah kepemimpinannya sejak 2014, bersama anggota kelompok telah melaksanakan berbagai kegiatan diantaranya kerja kelompok. Sejak tahun 2017 bersampa pendamping dari Balai Taman Nasional Kelimutu, telah mengembangkan kegiatan kelompok dalam berbagai kegiatan yang pada prinsipnya : (1) melakukan konservasi alam, (2) meningkatkan kompetensi anggota keompok dalam konsep pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok SPKP, (3) melestarikan lingkungan hidup. Ke -3 prinsip tersebut dilaksanakan secara rutin dan terus menerus. Untuk tahun 2019, SPKP Desa wologai Tengah akan berkonsentrasi pada kegiatan :

Penataan area wisata Embung Boelanboong

Embung Boelanboong menjadi salah satu wisata alam dengan view alam yang sangat indah. Kita bisa melihat kampung Adat Wologai dari sisi selatan. Ada puncak gunung Lepembusu. Hamparan Waruobo, padang Wolo Ekoleta, Puncak Wolodo, Kampung Adat Wolobewa. Di area Embung Boelanboong, pengunjung dapat menikmati kesejukan alam Resettlement dengan memancing di embung, bisa bersenda gurau di pondok atau lopo yang disediakan, bisa ber-selfi di area seputaran embung. Kami menyiapkan kedai - kedai kopi asli Wologai, makanan lokal berupa "uwi kaju" (singkong), "ndora" (petatas) dan berbagai jenis pangan lokal dalam olahan tradisional, "jelas Wempi". 
Tahun 2019 ini, kami akan menata lokasi embung Boelanboong ini dengan berbagai jenis tamanan bunga. Kegiatan lainnya adalah penataan areal parkiran kendaraan pengunjung yang aman dan nyaman. Penataan pagar alami di sekeliling embung Boelanboong. Sementara ini masih lanjut dengan pengerjaan setapak keliling embung, sehingga pengunjung bisa menikmati embung dari semua sisi. Pengerjaan setapak ini selain disuport oleh pihak Balai Taman Nasional Kelimutu, tenaga kerja adalah swdaya anggota kelompok. 

  • Penanaman pohon di areal kehutanan dan camping ground serta pemberantasan Kerinyu

Bersama pendamping dari Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK) pak Kuswoyo dan tim lainnya, kami telah melaksanakan penanaman pohon baru di area kehutanan, pembersihan kerinyu, pembersihan jalur tracking. Kegiatan ini kami lakukan secara rutin dan terus menerus, sambung Wempi.
  • Kerja Kelompok
Kami  kelompok SPKP Desa Wologai Tengah, semua berprofesi sebagai Petani. Selain kegiatan kelompok kami juga berkebun dan bersawah. Mata pencaharian kami adalah kebun ladang dan sawah. Jadi, sebagai bentuk kesetiakawanan kami terhadap sesama anggota kelompok, kami juga mengembangkan kerja kelompok di kebun anggota kelompok secara bergilir dari anggota satu ke anggota lainnya dengan paruh waktu. Jadi sistimnya dalam sehari, kerja kelompok di kebun si A 2 jam, terus pindah lagi ke kebun si B 2 jam. Kerja kelompok tidak full sehari seperti kelompok tani lainnya.




  • Peningkatan Kapasitas Anggota Kelompok dalam Pelatiahan - Pelatihan 
Telah dijelaskan diatas, bahwa SPKP Desa Wologai Tengah beranggota para petani dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda - beda. Jadi pengembangan ilmu dan peningkatan SDM kelompok sangat bermafaat bagi kami semua. Selama ini yang mendampingi kami dari Balai TNK, pak Kuswoyo. Berbagai ilmu kami dapatkan dari beliau. Sebagai mitra dan pendamping SPKP, beberapa hal yang sangat kami rasakan itu semangat kerja, semangat berkelompok, bagaimana kami bisa berswadaya. Mitra kami yang baru dimulai adalah DMO (Destination Management Organisation) dari Dinas Pariwisata kabupaten Ende. Dengan mitra kami telah berdiskusi tentang peningkatan kapasitas anggota kelompok dalam bentuk - bentuk pelatihan - pelatihan singkat langsung dilapangan. Ngantuk kalau pelatihan formal dalam gedung berhari - hari hahahahaha, canda Wempi.




  • Pendampingan Tracking dari Dusun Resettlement ke Danau Kelimutu 
Tentang pendampingan jakur tracking ini benar - benar sesuatu yang harus kami belajar banyak. Bersama mitra dari Balai TNK, beberapa tim telah kami dampingi dalam kegiatan tracking ke danau Kelimutu. Dalam waktu dekat akan ada kegiatan pelatihan penanganan gawat darurat tim tracking. Bersama mitra dari Balai TNK, kami juga akan membuat suatu panduan tracking dalam bentuk Buku Saku Tracking atau lainnya. Fasilitas tracking yang ada dikelompok kami berupa tenda camping sebanyak 5 buah dengan kapasitas 2 orang / tenda, juga kebutuhan dasar tracking lainnya. Karena tracking melalui memasuki area kehutanan, kami juga telah menandatangani MOU atau Perjanjian Kerjasama dengan Kepala Balai TNK untuk 10 tahun kedepan dan bisa diperpanjang. Yah, untuk MOU / PKS ini saya mewakili anggota kelompok mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai TNK yang telah memeberi kami peluang besar untuk mengembangkan kegiatan tracking ini. Bulan Februari ini, kami akan menentukan berapa biaya perpaket kegiatan tracking. Dari biaya yang ditetapkan sudah mengurai secara jelas dan terperinci apa saja yang didapat oleh pengunjung sebagai tim tracking. 

  • Sekretariat SPKP dan Rumah Baca
Kelompok SPKP Desa Wologai Tengah, sudah memiliki Sekretariat yang sekaligus bermanfaat sebagai Rumah Baca. Beberapa Buku tersedia di Rumah Baca. Jadi selain digunakan untuk pertemuan kelompok, kami juga dapat menimba ilmu di sekrretariat kami. 


Wempi menambahkan, dalam bulan Januari dan Februari 2019 bersama mitra SPKP dari Balai TNK dan DMO Flores akan dilaksanakan kegiatan - kegiatan : 

1. Pelatihan Kuliner akan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2019.
2. Pelatihan Guide Lokal
3. Pelatihan Penguatan Kelembagaan Kelompok
4. Pelatihan Manajemen Keuangan Kelompok













Share: Youtube

Si Tukang Sapu, Penemu Whatsapp

Oleh : Ludger S

Di zaman now, media sosial sangat dekat dengan semua lapisan masyarakat. Ada facebook, instagram, google+, twitter, linkedin, wechat, line dan whatsapp. Semua menggunakan, semua mengenal dengan baik. Pernahkah anda mengenal Jon Koum dan Brian Acton? Koum dan Brion adalah penemu whatsapp.

Ketika tahun 1992, Jan Koum yang masih berusia 16 tahun tiba di Mountain View, Amerika Serikat. Didampingi oleh ibunya, Koum merupakan imigran yang memutuskan hijrah dari Kiev, Ukraina, dengan mimpi meraih kehidupan yang lebih baik.
Di AS, mereka mengalami masa-masa sulit. Keluarga Koum tinggal di apartemen kecil dengan dua kamar tidur hasil bantuan pemerintah. Mereka terpaksa bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan karena tak punya uang.

Foto: Duo pendiri WhatsApp Jan Koum (kiri) dan Brian Acton
Koum pun bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara ibunya mengambil profesi baru sebagai baby sitter.

Ayah Koum tak ikut bermigrasi. Pria yang bekerja di sektor konstruksi ini memilih tinggal di Ukraina. Begitu terpisah, Koum mengaku tak bisa sering-sering menghubungi sang ayah karena mahalnya biaya telepon. "Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…" ujar Koum berandai-andai dalam wawancara dengan Wired.

Bersekolah

Saat masih tinggal di Ukraina, keluarga Koum hidup di sebuah desa di luar ibu kota Kiev. Dia pergi menuntut ilmu di sebuah sekolah yang keadaannya begitu memprihatinkan sampai-sampai tak punya kamar kecil.

"Bayangkan suhu di luar minus 20 derajat celsius, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk ke kamar kecil… Saya baru punya komputer saat umur 19 tahun, tetapi pernah memiliki sempoa," kenang Koum. Sesampainya di rumah, Koum kecil terpaksa bergelap-gelap karena tak ada sambungan listrik ataupun air panas.

Begitu pindah ke Amerika dan mulai bersekolah di sana, keluarga Koum adalah satu-satunya di kelas yang tidak memiliki mobil. Jadilah Koum terpaksa bangun lebih pagi untuk mengejar bus. Sang ibu menjejali koper yang dibawa dari negeri asal dengan pulpen dan buku tulis cetakan Uni Soviet untuk menghemat biaya peralatan sekolah.

Datang dari negeri seberang, Koum ketika itu tak pandai berbahasa Inggris. Koum beberapa kali terlibat masalah karena "membalas anak lain yang mengganggu". Untung, dia terbantu dengan postur badan yang tinggi menjulang mencapai 188 cm. "Hidup di Ukraina tak mudah dan membuat saya tangguh secara fisik dan mental," katanya lagi.

Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai. "Prestasi saya buruk, ditambah lagi dengan rasa bosan."

Maka, dia pun memutuskan drop out, lalu mulai bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket, setelah itu di toko elektronik, internet provider, hingga perusahaan audit. Sampai kemudian pada 1997 Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo. Enam bulan setelahnya, Koum mulai bekerja di Yahoo.

Mendirikan WhatsApp

Koum menjalin persahabatan dengan Acton, yang banyak membantu Koum ketika sempat hidup sebatang kara setelah ibunya meninggal pada tahun 2000. Sang ayah telah lebih dulu wafat pada 1997. "Dia (Acton) sering mengajak saya ke rumahnya," tutur Koum.

Menghabiskan sembilan tahun bekerja di Yahoo, termasuk Yahoo Shopping, Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus diurus dan bertebaran di mana-mana.

"Selalu ada perdebatan untuk menempatkan lebih banyak lagi iklan dan logo di laman situs. Apa urusan pengguna dengan itu semua? Saya jadi tak nyaman. Iklan bukan satu-satunya solusi monetisasi untuk semua orang. Sebuah layanan harus benar-benar berupa layanan murni, pelanggan adalah pengguna," ujar Koum.

Acton rupanya merasakan hal serupa. Koum dan Acton kemudian memutuskan keluar dari Yahoo pada hari yang sama, yaitu 31 Oktober 2007. Koum ketika itu berusia 31 tahun dan telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia bertekad bahwa bisnisnya ini tak akan direcoki oleh iklan yang mengganggu.

Koum dan Acton pisah jalan, tetapi masih sering bertemu untuk mendiskusikan rencana bisnis. Keduanya sempat mencoba melamar di Facebook dan sama-sama ditolak.

Pada 2009, setelah membeli sebuah iPhone, Koum menyadari bahwa toko aplikasi App Store yang baru berumur tujuh bulan akan melahirkan industri baru yang berisi pengembang-pengembang aplikasi.

Koum mendapat ide untuk membuat aplikasi yang bisa menampilkan update status seseorang di daftar kontak ponsel, misalnya ketika hampir kehabisan baterai atau sedang sibuk.

Nama yang muncul di benak Koum adalah "WhatsApp" karena terdengar mirip dengan kalimat "what's up" yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar.

Dia pun mewujudkan ide ini dengan dibantu oleh Alex Fishman, seorang teman asal Rusia yang dekat dengan komunitas Rusia di kota San Jose. Pada 24 Februari 2009, dia mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California.


Tumbuh besar

WhatsApp versi pertama benar-benar dipakai sekadar untuk update status di ponsel. Pemakainya kebanyakan hanya teman-teman Koum dari Rusia. "Lalu, pada suatu ketika, ia berubah fungsi jadi aplikasi pesan instan. Kami mulai memakainya untuk menanyakan kabar masing-masing dan menjawabnya," ucap Fishman, sebagaimana dikutip oleh Forbes.

Koum pun tersadar bahwa dia secara tak sengaja telah menciptakan layanan pengiriman pesan. "Bisa berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan, dengan perangkat yang selalu Anda bawa, adalah hal yang luar biasa," kata Koum. 

Ketika itu, satu-satunya layanan messaging gratis lain yang tersedia adalah BlackBerry Messenger. Namun, aplikasi ini hanya bisa digunakan di ponsel BlackBerry. Google G-Talk dan Skype juga ada, tetapi WhatsApp menawarkan keunikan tersendiri di mana mekanisme login dilakukan melalui nomor ponsel pengguna. 

Koum merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen messaging. Jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak jadi 250.000 orang. Dia kemudian menemui Acton yang masih menganggur. Acton bargabung dengan WhatsApp dan membantu mencarikan modal dari teman-teman eks-Yahoo. 

Kendati sempat mengalami kesulitan keuangan, WhatsApp terus tumbuh dan mulai menghasilkan pendapatan dari biaya langganan yang ditarik dari pengguna. 

Kini, WhatsApp telah menjelma jadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta. Setiap hari, sebanyak 18 miliar pesan dikirim melalui jaringannya. Semua itu ditangani dengan jumlah karyawan hanya 50 orang.

Warisan Soviet

Pengalaman hidup Koum ternyata punya pengaruh besar dalam membentuk layanan WhatsApp. Pria ini menghabiskan masa kecil di Ukraina yang masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Di negeri tersebut, percakapan warga selalu dimata-matai oleh pemerintah. "Itulah tempat yang saya tinggalkan untuk menuju ke sini (AS), di mana ada demokrasi dan kebebasan berbicara," ujar Koum.

Sehubungan dengan kemungkinan penyadapan oleh NSA, Koum mengatakan bahwa privasi pengguna WhatsApp sangat dijaga. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan semacam Facebook dan Yahoo, Koum mengatakan bahwa WhatsApp tak didorong oleh iklan. "Jadi, kami tak perlu mengumpulkan data pribadi pengguna," katanya.

Soal kebebasan dari iklan ini ternyata juga ada hubungannya dengan masa lalu Koum. 

"Tak ada yang lebih personal dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman dan keluarga, dan menginterupsi itu semua dengan iklan bukanlah solusi yang tepat," ujar Koum. "Lagi pula, saya tumbuh di sebuah dunia yang tidak mengenal iklan. Tak ada iklan di Uni Soviet yang komunis," imbuhnya
Sejak dulu, Koum dan Acton selalu konsisten menjaga layanan perusahaan itu agar tetap sederhana dan berfokus pada pengiriman pesan serta bebas iklan. 

Sikap ini tecermin dari secarik kertas di ruang kantor Koum, berisikan semboyan singkat yang ditulis oleh Acton: "Tanpa Iklan! Tanpa Permainan! Tanpa Gimmick!". Di sampingnya tergeletak sepasang walkie-talkie yang dipakai Koum untuk mencari tahu bagaimana caranya menyederhanakan pesan instan berbasis suara.

Kini, WhatsApp telah dibeli Facebook dengan nilai 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 miliar). Kekayaan Koum yang memiliki 45 persen saham WhatsApp diperkirakan melonjak jadi 6,8 miliar dollar AS.  

Kendati demikian, dia tak melupakan masa lalu. Koum menandatangani perjanjian bernilai triliunan rupiah dengan Facebook itu di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan bersama-sama warga kurang mampu lainnya.

sumber: kompas.com
Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook