Oleh : Ludger S
Kata Masehi (disingkat M)
dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal
dari bahasa Arab (المسيØ), yang berarti
"yang membasuh," "mengusap" atau "membelai."
(lihat pula Al-Masih).
Kata ini dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab dipakai untuk istilah bahasa Ibrani "Mesiah"
atau "Mesias"
yang artinya "Yang diurapi".
Dalam bahasa Latin penanggalan
ini disebut "Anno Domini" (disingkat AD yang
berarti "Tahun Tuhan") yang dipakai luas di dunia. Dalam bahasa
Inggris pada zaman modern muncul istilah Common Era yang
disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"),
sedangkan waktu sebelum tahun 1 dipakai istilah "Before Christ"
yang disingkat BC (artinya sebelum kelahiran
Kristus) atau Before Common Era yang disingkat
"BCE" (Sebelum Era Umum).
Awal tahun Masehi merujuk
kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih (Yesus Kristus atau dalam bahasa Ibrani: "Yesua ha-Masiah") karena itu kalender ini
dinamakan menurut Yesus atau Masihiyah (Mesias). Kebalikannya,
istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sebagian
besar orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa
merujuk kepada konotasi Kristen tersebut.
Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8. Penghitungan kalender ini dimulai oleh seorang biarawan
bernama Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek") dan mula-mula
dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma.
Indonesia
Di Indonesia selain tahun Masehi
yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal tahun
Hijriyah/tahun islam dan tahun Imlek/tahun
Tionghoa/tahun Jawa.
Wologai
Secara umum
orang Wologai menyebutnya ; leja = hari, wula = bulan, kiwa = tahun. Sudah diuraiakan
pada tulisan terdahulu “bulan dalam bahasa Lio” telah diuraikan nama – nama bulan
dalam bahasa Lio.
Bara atau
oktober. Adat Syukuran atas panenan “Nggua Ria” telah dilaksanakan pada bulan “Jelu
Jena” september. Sesuai tradisi lokal di Wologai, setelah “nggua” semua
masyarakat kembali melaksanakan rutinitas harian mereka sebagai petani sawah
ladang. Bara menjadi persiapan musim tanam. Kebun – kebun ladang disiangin siap
ditanam dengan berbagai jenis tanaman pangan lokal. Padi ladang, jewawut, petatas,
ubi kayu dan jenis lainnya setelah datangnya hujan yang biasanya datang pada “wula
kebe pale ae”.
Seremonial adat
yang harus dilaksanakan oleh mosalaki memasuki “wula bara” tau uma ria, paki
tedo. Seremonial ini akan dijelaskan pada kesempatan berikutnya.
Referensi :