berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Mosalaki

Oleh : Ludger S

Sering menjadi topik diskusi yang menarik dikalangan generasi penerus tentang “Mosalaki”. Tak jarang masing-masing mengurai “mosalaki” dalam dua suku kata “mosa dan laki” dengan arti jantan besar, ada yang mengartikan laki-laki tangguh dan banyak arti-arti lainnya. Kalau saya tidak membenarkan atau menyalahkan pendapat-pendapat tersebut hehehehhee.  Tapi apa sering juga anda mendengar “atalaki”?

Bapak Paulus Lengga
Mosalaki menjadi simbol keberadaan adat budaya di Lio umumnya. Mosalaki bertanggungjawab terhadap hak ulayat, menjalankan seremonial dengan ritual adat yang diwariskan oleh leluhur. Mosalaki juga sangat berperan penting dalam kehidupan sehari – hari dibeberapa kampung yang masih terjaga adat dan budayanya. Bahkan banyak kasus sosial yang dapat diselesaikan oleh Mosalaki.
Dalam pembangunan di wilayahnya mosalaki sangat berperan penting untuk pembebasan lahan, pelaksanaan pembangunan serta menjadi pengawas pembangunan.

MOSALAKI

Berasal dari kata “Mosa” yang berarti laki – laki / jantan dan “laki” yang berarti laki “tuan” yang lebih memaknai pemangku bukan boss. Jadi mosalaki dapat didefenisikan pemangku adat laki – laki. Dibeberapa ulayat adat mosalaki dikelompokkan sesuai tugas dan fungsinya masing – masing dibawah koordinasi “mosalaki pu’u.
Catatan penting : awal terbentuknya kampung adat semua mosalaki yang adat adalah seayah dan seibu, seayah lain ibu. Semua adalah saudara. Yang membedakan adalah wasiat warisan seremonial sesuai dengan urutan tertua ke yang termuda. Dari kakak, adik selanjutnya anak terakhir. Masing – masing menjalankan peran sesuai warisan yang telah diamanatkan. Konflik yang sering terjadi pada umumnya karena kekuasaan.

Pengangkatan dan penobatan mosalaki

Pengangkatan Mosalaki

Sebuah rumah adat sebut saja “sa’o sadhe” mempunyai mosalaki bernama Nggumbe. Diusianya yang sudah uzur Nggumbe sudah tidak bisa melakukan aktifitas seperti usia produktif. Nggumbe hanya ditempat tidur, aktivitasnya hanya untuk pemenuhan sebagian kebutuhan biologis dasar ; makan, minum, wc. Sadar akan keterbatasannya Nggumbe melimpahkan tugasnya kepada adik, anak atau keponakan anak saudara/inya. Akhirnya Nggumbe dipanggil Tuhan. Meninggal. Dalam tatanan adat, meninggal mosalaki disebut, “wunu kaju mesu” atau daun kayu jatuh, “rada lele ba’e” atau dahan beringin jatuh. Sedangkan istilah meninggal umumnya, “mutu gu ia pai”.
Semua keluarga besar Nggumbe berduka. Sebelum upacara penguburan, semua anggota keluarga bermusyawarah untuk menentukkan siapa yang menemani mosalaki lainnya yang datang saat penguburan. Tidak wajib anak kandung Nggumbe yang menjadi mosalaki pengganti. Tidak wajib yang sebelumnya ditunjuk Nggumbe untuk melaksanakan seremonial adat. Musyawarah keluarga menjadi hal terpenting untuk menentukan siapa pengganti. Apabila saat penguburan belum dilakukan kesepekatan maka sementara diwakilkan kepada salah seorang adik atau saudara laki Nggumbe.
Selanjutnya yang terpilih atau pengganti sementara akan duduk bersama dengan mosalaki lainnya baik dalam satu rumah beda “tungku” atau mosalaki dalam sekampung. Sebut saja “Mbele”. Saat acara “ka wi’a” atau makan perpisahan dengan Nggumbe, Mbele melaksanakan seremonial “me’ra duri” atau duduk berdampingan dengan mosalaki lain.
Apakah Mbele sudah sah menjadi mosalaki sa’o sadhe? Belum!!!. Mbele belum dikatakan sebagai mosalaki sa’o sadhe yang syah. Mbele masih menjadi pelaksana tugas sementara. Semua anggota keluarga dikumpulkan untuk menentukan siapa yang akan menerima dan meneruskan Nggumbe.
Sebagai penentu makan dilakukan Seremonial “So Bhoka Au Bui Feo”. Ritual “so bhoka au bui feo” dilaksanakan setelah beberapa nama dimufakatkan. Bisa lebih dari 2 orang. Apabila hasil “so bhoka au bui feo” tidak tepat di Mbele maka digantikan kepada orang lain yang so bhoka au bui feo monge. Sebut saja Nggumbe digantikan oleh “Seda”.
           
Penobatan Mosalaki
           
Selanjutnya Seda menjadi pengganti Nggumbe. Apakah Seda sudah syah? Belum!!! Seda dinyatakan syah apabila sudah dilakukan ritual, “ra / pe’ra nia” atau membasuh dahi dengan darah. Ritual ini dilakukan menjelang “gawi sia” atau malam tarian gawi sebelum dilaksanakan “poto keu uwi”. Setelah penobatan Seda syah menjadi pengganti Nggumbe.

Mengenal Mosalaki dari tugas dan fungsinya.

Pada prinsipnya mosalaki mempunyai tugas, “tau susu nggua nama bapu”. Susu nggua ma’e du’u nama bapu ma’e dute. Artinya ?????? heheehehehehe silahkan bertanya.

Mosalaki pu’u
Mosalaki ria bewa
Mosalaki pati pu
Mosalaki pu maru
Mosalaki pidhi wiwi lapi lema
Mosalaki keso besi rero mbelo
Mosalaki duri dui padi kedo
Mosalaki koe kolu
Mosalaki wesa koro mberi
Mosalaki kago kao
Mosalaki tuke sani
Mosalaki dai kopo
Dan lainnya

Mosalaki Pu’u.

Sebagian besar mengenal mosalaki pu’u (utama). Disetiap ulayat adat  Mosalaki Pu'u mempunyai arti, peranan, tugas serta fungsi tersendiri. Tergantung pada kepemilikan tanah ulayat. Peran mosalaki ditanah ulayat persekutuan lebih kearah koordinasi. Hak – hak atas tanah ulayat menjadi hak persekutuan dengan musyawarah mosalaki sebagai keputusan tertinggi. Sedangkan mosalaki pu’u dengan tanah ulayat adalah hak tunggal, mosalaki pu’u menjadi pemegang kekuasaan tertinggi atas hak ulayatnya. Segala keputusan, kebijakan tergantung pada mosalaki pu’u nya.
Mosalaki pu’u diulayat adat yang terbentuk karena persekutuan berbeda dengan mosalaki pu’u diulayat adat kepemilikan tanah ulayat. 




Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook

Gerunion Creator

Wikipedia

Hasil penelusuran

Adsense

Recent Posts

Pepatah Lio

  • Ni Sariphi Tau Wini, Tuke Sawole ngara du nggonde.
  • Lowo Jawu Ae Ngenda.
  • Ndange Beke dan Ngenda Beke.