Oleh Ludger S
Sejak dilaksanakannya
acara “poto keu uwi” (masukan pinang dan jenis umbian) kerumah adat utama (sa’o
ria/sa’o bhisu koja) dan lima rumah adat
lainnya yang mempunyai “keu uwi” selanjutnya
dilaksanakan acara “wa’u tosa”. Secara harafiah ungkapan “wa’u tosa” berasal
dari kata wa’u (turun) dan tosa (bersihkan tapi lebih kepada bersihkan beras
hasil tumbuk).
Jadi seremonial “wa’u tosa” adalah upacara simbolik pembersihan diri dengan melaksanakan menumbuk
padi menjadi beras oleh “ine ria fai ngga’e” dan ata ine di sa’o ria berjumlah tiga orang. Setelah Wa’u tosa dilkasanakannya
acara “ia keu” dimana setelah ia keu akan dilaksanakan “gawi sia”.
Wa'u tosa ; mosalaki menyerahkan alu |
Beberapa “ine dan ine ria fai ngga’e” keluar dari rumah adat utama
dengan mengenakan baju hitam khas baju adat Lio umumnya didahului oleh mosalaki
pu’u, ketempat akan dilaksanakan “wa’u tosa” disebelah kanan rumah adat.
Ditempat itu sudah disedikan lesung untuk menumbuk padi.
Yang sangat menarik dari seremonial “wa’u tosa” adalah
padi yang ditumbuk hingga menjadi beras hanya dengan cara menyentuh bukan
dengan cara hentakkan keras, dan akhirnya padi tersebut menjadi beras juga
hasilnya,….