-
Budaya Lio Ende slide 1 title
Susu nggua maE duU nama bapu maE dute - www.gerunioncreator.web.id.
-
Budaya Lio Ende slide 2 title
PaA loka rewu rera leka duA bapu ata mata - www.gerunioncreator.web.id.
-
Budaya Lio Ende slide 3 title
Roe sai ote we piki menga eo monge - www.gerunioncreator.web.id.
-
Budaya Lio Ende slide 4 title
Nggoe menga no wiwi lamba menga no lema - www.gerunioncreator.web.id.
-
Budaya Lio Ende slide 5 title
Ni saripi tau wini tuke sawole ngara du nggonde - www.gerunioncreator.web.id.
Lidah Mertua Tajam Tapi Bermanfaat
Pokdarwis Desa Wologai Tengah
- Pemerintah sesuai dengan tugas dan kewenangannya menjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator dam pembuat peraturan (regulator) dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan.
- Kalangan Swasta (pelaku usaha/ industri pariwisata) dengan sumber daya, modal dan jejaring yang dimilikinya menjalankan peran dan fungsinya sebagai pengembang dan atau pelaksana pembangunan kegiatan kepariwisataan;
- Masyarakat dengan sumber daya yang dimiliki, baik berupa adat, tradisi dan budaya serta kapasitasnya, berperan sebagai tuan rumah (host), namun juga sekaligus memiliki kesempatan sebagai pelaku pengembangan kepariwisataan sesuai kemampuan yang dimilikinya.
- Aman
- Tertib
- Bersih
- Sejuk
- Indah
- Ramah
- Kenangan
Silvester Rabu, Ketua Pokdarwis Wologai Tengah |
So...yang penasaran silahkan berkunjung ke Kampung Adat Wologai, atau hubungi saudara
Suasana depan cafe Maro Kopi |
Persis dibawah "Fau Lele" letak cafe Maro Kopi |
Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Budaya Warisan Leluhur
Oleh : Ludger S
Bapak Bangsa Indonesia Soekarno mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” – Soekarno”. Kata Bijak Soekarno diatas mengartikan bahwa pemuda merupakan bibit – bibit atau calon calon yang akan mampu membuat negara ini terus berkembang menjadi negara yang besar. negara yang bisa dihormati oleh negara lainnya. Kata-kata Soekarna tentang 10 pemuda itu merupakan kata kata yang sangat terkenal dan merupakan bagian dari sejarah Indonesia.
Sesungguhnya, “ Seorang pemuda ibarat matahari yang tengah memancarkan cahaya terang dan cahaya yang paling panas” . Dari ungakapan ini kita dapat mengatakan, bahwa masa muda adalah masa kekuatan atau masa keemasan. Namun Saat ini kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa kita lihat, bahwa pemuda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.
A. Budaya dan Kearifan Lokal
Secara umum budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seniserta bahasa. Kearifan Lokal secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Ciri-cirinya adalah:
- mampu bertahan terhadap budaya luar,
- memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
- memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
- memunyai kemampuan mengendalikan,
- mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
B. “Nggua Bapu” sebagai unsur kearifan lokal
“Nggua Bapu” bisa diartikan pesta adat dengan seremonial dan susunan acaranya. Arti yang sama dengan Nggua Bapu, disebagian wilayah mengenal “Mbama” di seputaran Lise, Joka Ju di seputaran Lio bagian selatan, dan sebagainya lainnya. Dalam bahasa Lio amanah yang menjadi pegangan turun menurun dari generasi ke generasi “susu ma’e du’u nama ma’e dute, susu nggua ma’e du’u raka tana noko nama bapu ma’e dute raka watu konggo”. atau “ laksanakan seremonial adat jangan berhenti, lakukan seremonial adat sampai tanah kurus batu mengecil”. Petuah ini mengajak semua generasi penerus “nggua bapu” untuk melaksanakan seremonial sampai kiamat.
Dalam seremonial “nggua bapu” semua “ana kalo fai walu” atau masyarakat adat diajak untuk selalu mengingat kembali beberapa hal :
- Ngga’e : Tuhan : yang menjadikan alam semesta. Ini terlihat dalam ungkapan – ungkapan dalam melakukan seremonial adat “Ngga’e eo we’ti tana ne’na watu” atau Tuhan yang menciptakan tanah dan batu.
- Du’a : Penguasa yang diwujudnyatakan dalam benda-benda pusaka (tetapi tidak semua benda pusaka dapat disebut du’a). Kata du’a sering dilafalkan dalam pelaksanaan seremonial “du’a gheta lulu wula”atau penguasa dibelakang bulan. Secara lurus dapat diartikan seperti diatas. Maksud dari ucapan ini menerangkan penguasa yang jauh dari jamahan masyarakat umum, hanya dijamah oleh orang yang berhak disaat-saat melaksanakan seremonial adat. Lantunan syair dan doa khusus sering didahulukan untuk menghargai “du’a”.
- Tana : tanah merupakan tempat berpijak semua makluk dibumi. Ucapan “koe kolu paki te’do” atau “gali isi pacul tanam” merupakan ucapan yang sering dilafalkan saat permulaan musim tanam. ................. Mempunyai watak TANAH, yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Artinya, Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai penyubur kehidupan rakyatnya dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya.
- Watu : batu, perumpaan tentang sesuatu kekuatan yang hakiki. “tu’a ngere su’a maku ngere watu”. Ungkapan ini sering dilafalkan saat anak-anak sedang sakit juga ketika sedang dalam masa peperangan.
- Liru : Langit. Dalam sejarah peradaban “liru” menjadi catatan sejarah, “nebu liru me’nga sa siku, tana menga sa paga”. P’se lika momo ngara liru mera”. Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai keluasan yang tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan pengendalian diri yang kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam.
- Wula : bulan. Mempunyai watak BULAN, yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan harapan sejuk yang indah mempesona. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya sanggup dan dapat memberikan dorongan serta mampu membangkitkan semangat rakyatnya, ketika rakyat sedang menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di belakang.
- Leja : matahari. Mempunyai watak MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala kehidupan, yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya untuk membangun negara dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan karsanya.
- Angi : angin. Mempunyai watak ANGIN, yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa membedakan daratan tinggi dan daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, hingga secara langsung mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya.
- Medi Sia : Bintang. Mempunyai watak BINTANG, yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.
- Api : api. Mempunyai watak API, yaitu api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
- Pu’u kaju : Mempunyai watak TUMBUHAN, yaitu tumbuhan/tanaman memberikan hasil yang bermamfaat dan rela dirinya dipetik baik daun,dan buahnya maupun bunganya demi kepentingan mahluk lainnya
- Ae mesi :Lautan. Mempunyai watak SAMUDERA, yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai permukaan yang rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua rakyatnya pada derajat dan martabat yang sama di hatinya. Dengan demikian ia dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya
- Sa’o : rumah. Mempunyai watak RUMAH, yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh baik siang maupun malam. Artinya, Seorang pemimpin harus memayungi dan melindungi seluruh rakyatnya
Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks keberlanjutan budaya apabila pemuda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya daerahnya maka budaya tersebut akan mati. Namun jika pemudanya memilki kecintaan dan mau ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya budaya tersebut akan tetap ada disetiap generasi. Pemuda juga harus menjadi aktor terdepan dalam memajukan budaya daerah, sehingga budaya asing yang masuk yang ke daerah tidak merusak atau mematikan budaya daerah tersebut.
Besarnya pengaruh budaya asing terhadap budaya daerah ini yang membuat para pemuda yang peduli terhadap budaya daerahnya harus bekerja keras dan memfilter setiap budaya yang masuk ke daerah. Jangan sampai pemuda lengah dan bahkan mengikuti budaya budaya yang bertentangan dengan budaya daerahnya.
Setidaknya ada beberapa peran pemuda dalam memajukan budaya daerah, diantaranya:
a. Memperkuat Akidah
Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh para pemuda untuk meneruskan nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasih ini juga akan menetukan seberapa kuat character suatu bangsa. Bila para pemudanya sudah tidak memiliki jatidiri yang kuat maka budaya asing pun akan mudah dengan leluasanya menggeser budaya suatu daerah.dan sebaliknya jika suatu daerah memiliki jatidiri yang kuat maka akan sangat sulit budaya asing untuk bisa masuk, apalagi mengantikan buadaya daerah tersebut. Maka dari itu pemuda seharusnya lebih menguatkan jatidiri dan kecintaanya pada suatu budaya yang akan mereka warisi nantinya.
b. Meningkatkan Intelektualitas
Intelektualitas menjadi sesuatu yang di anggap penting karena melalui intelektualitas ini para pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah di mana mereka tinggal dan melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi nilai nilai suatu budaya. Keluasan ilmu pengetahuan juga bisa dijadikan sebagai jalan untuk mebangun negeri ini , sehingga dengan keluasan ilmu tersebut para pemuda bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat dan menjadi pilter masuknya budaya asing ke daerah masing-masing.
Penyebaran budaya asing yang semakin hari semakin memprihatinkan saat ini, yang mulai mengikis nilai-nilai budaya daerah seharusnya menjadi perhatian yang serius bagi kalangan intelektual muda. Kecenderungan kepada budaya asing yang melanda generasi muda indonesia mestinya bisa di tanggulangi dengan ilmu dan pembelajaran budaya daerah yang mengadung nilai-nilai luhur dimasanya termasuk penerapan muatan lokal di tingkat pendidikan.
c. Pemuda sebagai aset masa depan
Sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah. Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian besar sudah tergeserkan oleh nilai budaya asing yang secara nyata bertentangan dengan budaya dasar daerah kita.
Pemuda sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hamper punah, sehingga kebudayaan yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi. Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya daerah tersebut.
Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya.
Sehingga apa yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi penerusnya kelak.
d. Kesadaran Melestarikan Budaya
Sesungguhnya, “Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, demikian ungkpan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri. Konsisi seperti ini bisa kita lihat begitu banyak anak muda kita yang lebih hapal lagu lagu barat ketimbang lagu daerah seperti lagu Ongkona Bone, Ininnawa sabbarae, dan lain sebagainya, Nah disinilah peran penting para pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.
Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat motivasi dari berbagai pihak
Pegadaian Ende ada di Kampung Adat Wologai
Luanching Pokdarwis desa Wologai Tengah
8 Des 2018, bertempat di kantor desa Wologai Tengah, dilaksanakan Launching Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata desa Wologai Tengah. Hadir pada kesempatan itu Kepala Desa (Kades) Wologai Tengah Emilianus Linu dan jajarannya, kepengurusan serta anggota Pokdarwis, tokoh adat, tokoh masyarakat, undangan lainnya, mewakili Universitas Flores (Unflor) Ende oleh Yohanes Yakobus Werang Kean atau yang akrab disapa Anno Kean dan Stenly dari Pegadai Ende.
Emilianus Linu Kepala Desa Wologai Tengah |
Yohanes Yakobus Werang Kean berswiter putih |
Tracking to Kelimutu Lake
Iya, Meja dan Wongge
Mario's Trip to Tiwusora Lake
Menggunakan sepeda motor jenis Verza, bekal makan dan minum, camera, perlengkapan P3K, dikemas dalam ransel siap go...go...go.... Di pandu oleh Berto Roga Langga yang juga sopir di Puskesmas Peibenga mulai hiking. Istirahat sejenak di Mbotu Laka Beke, kiran - kira 20 menit perjalanan dari Peibenga. Mbotu Laka Beke yang terletak persis di bawah gunung Kelisoke mempunyai view alam yang sangat luar biasa. Yang takut ketinggian sebaiknya jangan coba menelusuri Mbotu Laka Beke. Setelah mengabadikan beberapa moment perjalanan dilanjut sesuai jalur hikingnya, Mbe'i Ndori - Nuawika - Saga Pare - Ratenggoji - Detuara - Detulate - Detunaka - Diriani - "Tiwusora".
Memasuki wilayah Tiwusora tepatnya di perkampungan Diriani, kebetulan berpapasan dengan petani yang kebetulan lewat, menanyakan letak "Tiwusora". Setelah melewati jalur tradisional tapi bisa dilewati sepeda motor bagi yang berani, sampai juga ke Tiwusora. Sebuah danau yang sangat natural. Sangat sejuk, banyak jenis pohon besar yang tumbuh di sekitar danau. Airnya yang sangat jernih, bening, dapat memantulkan hasil bidikan camera diatas permukaan. Selanjutnya tentang "Tiwusora" dibahas pada kesempatan berikutnya.
Mbotu Laka Beke |
Perjalanan dilanjutkan ke Deturia. Sebuah hamparan padang yang sangat luas dengan pemandangan alam yang sangat luar biasa.
Tiwusora |
Tiwusora |
Berto di Tiwusora |
Berto di Tiwusora |
Lokasi Deturia |
Lokasi Deturia |
Lokasi Deturia |
Lokasi Deturia |
Semua foto diatas, koleksi pribadi dr Yohanes Mario Ramli
#wologai
#ludgerwologai
#budayawologai
#puskesmaspeibenga