berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Wurumana

Oleh : Ludger S


Di kabupaten Ende, ada tiga suku besar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan. Suku Ende yang tersebar di kecamatan Ende Timur, Ende Tengah, Ende Selatan, Ende, Pulau Ende, dan sebagian kecamatan Nanganda. Suku Nage yang tersebar dikecamatan Maukaro, sebagian Nangapanda.  Suku Lio yang tersebar di kecamatan Detusoko, Detukeli, Ndona, Maurole, Wewaria, Kotabaru, Kelimutu, Ndona Timur, Wolojita, Maubasa dan Lio Timur. 
Dari ketiga suku tersebut diatas, mengenal dengan baik serta memahami apa itu wurumana. Saya akan menguraikan wurumana menurut suku Lio. 

Apa itu wurumana?

Secara harafiah "wurumana" terdiri dari kata "wuru" dan "mana". Wuru artinya kekerabatan dalam ikatan kekeluargaan sedangkan mana mengandung arti banyak orang. Kata "wurumana" berarti kekerabatan dalam ikatan kekeluargaan yang dilaksanakan oleh banyak orang dan secara terus menerus. Kata wurumana sering kia dengarkan dalam ungkapan "wuru pu mana olo" yang berarti kekerabatan yang telah terjadi sejak lama. Wuru ma'e du'u nama ma'e dute" yang berarti kekerabatan yang TIDAK BOLEH dihentikan atau harus dilanjutkan. Sejak beberapa generasi terdahulu. Ada ungkapan "pu'u wuru pati mana" yang berarti kekerabatan yang baru dimulai. Kekerabatan yang terjadi karena adanya ikatan perkawinan antar klan. 

Pada dasarnya, pelaksanaan wurumana didahului dengan suatu ikatan perkawinan. Orang Lio mengartikan wurumana sebagai hantaran barang sebagai simbol kekerabatan antara klan atau keluarga yang sedang melaksanakan hajatan. Dalam wurumana, secara umum kita mengenal pihak laki - laki, pihak perempuan, keluarga terdekat atau saudara sepihak dan kerabat sekampung. Pihak laki - laki adalah pihak yang akan membawakan jenis hewan yang menjadi hantaran wurumana. Pihak perempuan akan mengantar beras, padi dan pakaian. Saudara serumah atau klan akan membantu berupa beras, pakaian, hewan, uang dan keperluan lainnya. Saudara sekampung membantu beras, gula dan jenis barang lainnya.

Sejak Kapan Wurumana berlangsung?

Proses kehidupan secara terus menerus dari kelahiran hingga kematian. Sejak ada kehidupan, suku Lio telah mengenal "Wurumana". Orang Lio meyakini sejak ada perkawinan maka ada kelahiran dan kematian atau berkembangbiak. Awal mula dengan adanya perkawinan maka ada Wurumana. Dalam bahasa Lio dikenal dengan sebutan, "tangi pe'i p'ne kai" atau telah dipasang tangga dan pintu telah dibukakan. Dalam khiasan ini ada kata "tangi atau tangga" ini dikarenakan orang Lio tinggal dirumah adat yang berbentuk kolong. Harus ada tangga untuk memasuki rumah. 

Di Lio, wurumana dilaksanakan berdasarkan status dalam keluarga. Ada baiknya kita menguraikan status dalam keluarga yang sehingga tepat dalam wurumana. 
1. Babo : bapak dari ayah dan ibu atau kakek
2. Mamo : mama dari ayah dan ibu atau nenek
3. Eda : saudara laki dari ibu atau paman / om
4. Eba : saudari dari bapak juga istri dari eda atau tante
5. Ine lo'o : adik dari ibu
6. Ine du'a : kakak dari ibu
7. Ema lo'o : adik dari bapak
8. Ema du'a : kakak dari bapak.
9. Weta : saudari
10. Eja : ipar untuk laki - laki. Eja juga untuk besan 
11. Ipa : ipar untuk perempuan.

Jenis - jenis Wurumana

Secara umum terdapat dua jenis wurumana. Yang pertama "Regu Pata" dan "Ngawu (wea) Eko".

Regu Pata. 
Regu berarti barang bawaan dan pata menyatakan lembaran kain. Reku diukur dengan mbola (bakul dari ancaman lontar yang dilapisi irisan kulit bambo jenis aur). Bakul tersebut diisi dengan padi atau beras. Regu Pata berarti beras atau padi yang diisi dengan mbola atau bakul yang diatasnya ditambahkan dengan pata (kain sarung lokal berupa ragi atau lawo atau luka). Pata disesuaikan. Apabila yang sedang dalam hajatan seorang laki - laki maka pata yang ditambahkan diatas beras atau padi berupa ragi (kain sarung laki - laki), luka (selendang), lesu (destar), lambu (baju untuk laki - laki). Kalau yang sedang hajatan perempuan maka pata yang ditambahkan diatas baku padi atau beras berupa lawo (kain sarung untuk perempuan), lambu (baju perempuan). Regy pata dikenal juga sebutan "pare lolo".

Ngawu (wea), Eko, Doka
Ngawu atau wea adalah emas yang dibuat dalam bentuk dan ukuran tertentu khas lokal di Lio. Sedangkan eko berarti ekor. dalam hal ini eko diartikan dengan hewan. Karena dalam sebutannya selalu dalam pertanyaan, eko pija atau berapa ekor. 
Ngawu atau wea atau emas lokal ditakar dengan sebutan ome. Seperti ome mbulu artinya 10 gram. Ome mbulu rua artinya 20 gram. Sedang yang dibawah 10 gram disebut dengan istilah "riti, peso manu". 
Untuk eko atau ekor berupa hewan berupa hewan yang ada di wilayah Lio seperti kamba (kerbau), sapi (sapi), lembu (domba), rongo (kambing), manu (ayam), lako (anjing), wawi (babi). Untuk yang beragama Islam sesuai dengan ajaran agamanya. 

Kapan dilaksanakan wurumana?

1. Kelahiran
2. Pernikahan
3. Kematian
4. Pembangunan rumah
5. Potong / gunting rambut
6. Menebus utang piutang
7. Penobatan mosalaki / tua adat
8. Penyelesaian sengketa atau masalah


Untuk memahami lebih lanjut tentang wurumana saya ajak untuk menyimak anekdot berikut ini. 

Dikampung Wologai rumah adat sa'o Sadhe dipimpin oleh mosalaki Ngenda. Bisa laku Ngenda beristrikan Mbere dari rumah adat sa'o Wolo. Mbere mempunyai saudara laki yang juga mosalaki bernama Laki. Dari perkawinan Ngenda dan Mbere, lahirlah dua putra bernama Lopi dan Laka serta dua putri bernama Ndiro dan Nitu. Dalam kesehariannya mereka dipanggil Lopi Ngenda, Laka Ngenda, Ndiro Ngenda dan Nitu Ngenda. 

Suatu saat, anak ame Laki yang juga eja atau ipar dari Ngenda, nara dari Mbere, eda atau paman dari Lopi, Laka, Ndiro dan Nitu akan menikahkan putra sulungnya bernama Tibo. Ngenda akan wurumana dengan membawa jenis hewan berupa babi atau sapi atau kerbau kepada ejanya Laki. Kalau anak - anak Ngenda ada yang sudah menikah, mereka juga akan membawa atau wurumana sama seperti bapaknya Ngenda. Sebagai balasan, Laki akan mengantar balik atau wurumana berupa "pare lolo" berupa padi dengan ukuran mbola atau bakul dengan sarung atau kain tenun lokal berupa lembaran, ragi (sarung laki - laki), lawo (sarung untuk perempuan) dan baju. Hantaran balik akan dibawakan keluarga laki setelah selesai hajatan pernikahan anaknya. Yang mengantar hewan adalah laki - laki. Yang mengantar pare lolo adalah perempuan. 

Share: Youtube

The Last Lecture


Pesan Pengidap Kanker Ganas Yang Mencuri Perhatian Dunia.

Banyak profesor menyampaikan ceramah berjudul Kuliah Terakhir.? Mereka diminta untuk memikirkan kematian mereka dan merenungkan hal-hal apa saja yang paling berarti bagi mereka. Sementara mereka berbicara, hadirin mau tak mau memikirkan pertanyaan yang sama, yaitu kearifan apa yang akan kita tanamkan kepada dunia jika kita tahu ini kesempatan terakhir kita? Jika kita harus mati besok, apa yang kita inginkan sebagai pusaka atau warisan kita?

Ketika Randy Pausch seorang profesor ilmu komputer di Carnegie Melon diminta memberikan ceramah semacam ini, dia tidak perlu berkhayal bahwa itu adalah ceramahnya yang terakhir. Karena, tidak lama sebelumnya, dia didiagnosa menderita kanker yang mematikan, sementara hidupnya sudah dipastikan hanya tinggal beberapa bulan lagi. Mengejutkannya, kuliah yang dia sampaikan justru bukan tentang kematian. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, kuliah inilah yang mengubah seluruh sisi kehidupannya dan memberi dampak positif terhadap hadirin yang mendengarkannya. Lalu apa sebenarnya isi kuliahnya? Dalam buku ini, Randy Pausch menggabungkan humor, inspirasi, serta kecerdasan yang membuat kuliahnya begitu fenomenal, dan memberi wajah atas kuliah itu dengan penampilan yang teguh.

Inilah buku yang akan terus dinikmati bersama selama beberapa generasi mendatang. Randy Pausch, seorang profesor di bidang Ilmu Komputer, Ilmu Komputer Interaksi Manusia, dan bidang Desain di Universitas Carnegie Mellon. Sejak tahun 1988 hingga 1997, dia mengajar di Universitas Viginia, dan memenangkan penghargaan guru dan peneliti.

Dia juga bekerja bagi perusahaan Adobe, Google, Electronic Arts ( EA) , dan Walt Disney. Dia tinggal di Virginia bersama istrinya dan tiga orang anaknya. Jefrey Zaslow, seorang kolumnis bagi Wall Street Journal, yang menghadiri Kuliah Terakhir yang ditulisnya hingga mendapatkan sorotan dunia. Dia tinggal di kota Detroit bersama anak dan istrinya.

Dikutip dari Buku Karya Ausberg 49 tahun buku yang berjudul "THE LAST LECTURE" (Kuliah Terakhir)y ang menjadi salah satu buku best-seller pada tahun 2007.


KUNCI UNTUK MEMBUAT HIDUP ANDA LEBIH BAIK terdiri atas  
_Personality,
_Community and 
_Life.

Berikut penjelasannya:

A.  PERSONALITY:

1. Jangan membandingkan hidup Anda dengan orang lain karena Anda tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan rasakan.

2. Jangan berpikir negatif akan hal-hal yang berada di luar kendali Anda, melainkan salurkan energi Anda menuju kehidupan yang Anda jalani saat ini, secara positif

3. Jangan bekerja terlalu keras, jangan lewati batasan Anda.

4. Jangan paksa diri Anda untuk selalu perfect, tidak ada satu orang pun yang sempurna.

5. Jangan membuang waktu Anda yang berharga untuk gosip.

6. Bermimpilah saat anda bangun (bukan saat tertidur).

7. Iri hati membuang-buang waktu, Anda sudah memiliki semua kebutuhan Anda.

8. Lupakan masa lalu. Jangan mengungkit kesalahan saudara , pasangan dan teman Anda pada masa lalu. Hal itu akan merusak kebahagiaan Anda saat ini.

9. Hidup terlalu singkat untuk membenci siapa pun itu. 
Jangan pernah membenci.

10. Berdamailah dengan masa lalu Anda agar hal tersebut tidak mengganggu masa kini Anda.

11. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda kecuali Anda.

12. Sadari bahwa hidup adalah sekolah, dan Anda berada di sini sebagai pelajar. 
Masalah adalah bagian daripada kurikulum yang datang dan pergi seperti kelas aljabar (matematika) tetapi, pelajaran yang Anda dapat berlangsung seumur hidup.

13. Senyumlah dan tertawalah sesering mungkin agar Anda lebih dapat menikmati hidup ini

14. Anda tidak dapat selalu unggul dalam perbedaan pendapat. Belajarlah menerima kekalahan dan bertoleransilah

B. COCOMMUNITY

15. Hubungi keluarga Anda sesering mungkin

16. Setiap hari berikan sesuatu yang baik kepada orang lain.

17. Ampuni setiap orang untuk segala hal

18. Habiskan waktu dengan orang-orang di atas umur 70 dan di bawah 6 tahun.

19. Coba untuk membuat paling sedikit 3 orang tersenyum setiap hari.

20. Apa yang orang lain pikirkan tentang Anda bukanlah urusan Anda.
Itu urusan mereka.
Jangan pikirkan hal tsb.

21. Pekerjaan Anda tidak akan menjaga Anda pada saat Anda sakit, tetapi keluarga dan teman Anda. Tetaplah berhubungan baik dgn mereka dan lingkungan Anda.

C. LIFE:

22. Jadikan Tuhan sebagai yang pertama dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan Anda.

23. Tuhan menyembuhkan segala sesuatu.

24. Lakukan hal yang benar.

25. Sebaik/ seburuk apapun sebuah situasi, hal tersebut akan berubah.

26. Tidak peduli bagaimana perasaan Anda, bangun, berpakaian, dan beraktivitaslah !.

27. Yang terbaik belumlah tiba, tapi nikmati saja yg ada.

28. Buang segala sesuatu yang tidak berguna, tidak indah, atau mendukakan.

29. Ketika Anda bangun di pagi hari, berterima kasihlah pada Tuhan untuk itu.

30. Jika Anda mengenal Tuhan, Anda akan selalu bersukacita. So, be happy.


Mati tidak menunggu Tua.
Mati tidak menunggu sakit.
Nikmati hidup....
Share: Youtube

Woa Rewo, Hoaks

Oleh : Ludger S


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'hoaks' adalah 'berita bohong.' Dalam Oxford English dictionary, 'hoax' didefinisikan sebagai 'malicious deception' atau 'kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat'.
Orang Lio khususnya di Wologai mengenal serta memahami kata "woa rewo yang berarti bohong". Woa rewo terdiri dari dua suku kata, woa dan rewo. Woa artinya bohong, rewo artinya sembarang. Woa rewo artinya informasi atau berita yang tidak benar atau berita sembarangan. 
Dalam keseharian, kata woa sering diungkapkan kepada seseorang yang berujar tidak benar. Bercerita tidak benar. 

Kata woa juga menegaskan ketidakpuasan terhadap suatu situasi tertentu. Misalnya ada suatu peristiwa pembelisan atau mahar pada suatu generasi tertentu antar klan adat. Dari pembelisan tersebut diriwayatkan bahwa seorang ibu telah ditebus belisnya sehingga menjadi anggota klan dirumah suaminya. Cerita pembelisan tersebut diriwayatkan oleh anggota klan suami dari ibu tersebut di suatu kesempatan dirumah klan si ibu. Karena tidak puas dengan apa yang diceritakan, keluarga dari klan si ibu membantah dan mengatakan "woa rewo". Beda versi dari apa yang diceritakan masing - masing klan. 

Kata woa rewo juga sering menyebabkan terjadinya sesuatu konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika seseorang sedang menceritakan sesuatu kejadian yang benar - benar terjadi, tetapi disanggah dengan ungkapan woa rewo oleh lawan bicaranya. Ini menyulut amarah yang menyebabkan konflik. 
Selain kata woa, woa rewo ada kata baje atau baje roja yang hampir sama artinya.
Share: Youtube

Selamat Jalan Mama Klara Mbu


10 Des 2018, awal gejala diketahui. Pagi - pagi mata mama kelihatan sangat kuning. Mama harus segera diperiksa lengkap. Begitu kata dr. Yohanes Mario yang akrab disapa dokter Mario. Kata mama, tidak usah diperiksa, telepon Yuven Hary saja, biar Yuven yang suntik dan pasti sembuh. Mama pasti sembuh, tetapi alangkah baiknya kalau diperiksa lengkap dulu biar diketahui secara pasti apa penyakit mama, sambungku. Dari perbincangan singkat, akhirnya mama setuju untuk diperiksa lengkap. Hari itu juga, mama dan Osta ke Ende. 
Mama dibawa ke dr.Aries,Sp.PD. Dr Aries mengirim permintaan pemeriksaan Laboratorium ke RSUD Ende. Hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Ende, menerangkan kalau mama ada gangguan di hati, atau sirosis hepatis maligna. Mama dikasih resep tenofovix. Tetapi obat tersebut tidak ada di Ende. Coba hubungi beberapa apotik di Maumere juga tidak ada. Mama harus minum obat, akhirnya kembali ke dr Aries, minta ganti obat sejenisnya. Dokter menggantikannya dengan obat ricovir, ada obat di apotik kimia farma tetapi stocknya sisa 15 tablet. Tepatnya tanggal 15 des 2018, mama mulai minum obat yang ada sambil tunggu tambahan stoknya. 


23 Desember 2018, keadaan mama makin drop, mama mengeluh sangat capai, bawaan ngantuk, mau berdiri saja susah. Tanta Tina menyarankan segera ke Rumah Sakit untuk pemulihan stamina dan pengobatan lanjutan. Saya punya pertimbangan lain dari pengalaman sebelumnya, akhirnya saya minta persetujuan bapak, Dita, Osta dan Ovin untuk merawat mama di RS.St.Antonius Jopu. Minggu 23 Des 2018 mama masuk RS Jopu sekitar pukul 23.00. Mama di rawat ruangan St.Paulus 3. Pagi - pagi 24 Des 2018, suster membawa mama Ekaristi. Mama berusaha untuk bangun tetapi tidak mampu. Akhirnya dibantu Dita, mama bisa menerima komuni. Mama makin drop. 


Tanggal 25 Des 2018, dokter Heru menyarankan mama harus di rujuk ke RSUD TC.Hillers untuk pengobatan selanjutnya, terutama untuk di USG. Oleh suster, perayaan Natal 2018, mama menerima Komuni di tempat tidur. Semangat mama kelihatan saat suster menyapa mama untuk menerima komuni, mama berusaha bangun tapi tidak kuat. Dita bantu biar mama duduk untuk menerima komuni. 
Mama makin drop keadaannya. Kadang bicara tidak sambung. Semua keluarga harus diinformasikan. Sejak dirawat di RS Jopu, Ano, Udis, Kae Sensi, Kae Nuel, Suster Rensi, Romi, Mikel, Saver, Ruben, Grasi, diberitahu. 


Pukul 16.15 mama dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere. Ovin, Agus dan Udis kembali ke Wologai. Yang ikut ke Maumere Bapak, Dita, saya, Osta, Rega dan Berto. Kae Sensi segera dihubungi. Tiba di UGD Maumere pukul 23.10. Segera mama ditindaklanjuti. Langsung diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium. Hasil labor masih sangat tinggi SGPT, SGOT, billirubinnya. Kae Sensi sekeluarga tiba setelah mama tiba di UGD. Keadaan mama sangat lemah. Mama bicara tidak sambung. Mama katakan, Nue tu aku da ghele Lute we. Aku no ana ku Lute we. Berulang kali mama katakan itu. Ketika ketemu kak Sensi, seakan sadar mama katakan, kau mai oe. No Eti, ine ne? Miu ma'e mbi'a mbera. Kae Sensi tidak kuat, akhirnya keluar dari UGD. Setelah itu kembali minta, Nue tu aku da ghele Lute we. 

Jam 02 lewat 26 Des 2018, mama masuk ruangan VIP Mawar. Jam 08.15 kembali diambil darah dan urine. Mama sudah tidak sadar. Mama dipasang oksigen dan kateter. Saya melihat mama sudah sangat tidak respon dengan semua apa yang kita tanyakan. Saya hubungi suster untuk minyak suci mama. Hubungi kae Sensi. Telp Romo Anis lagi di Nduaria. Hubungi Romo Yonas lagi cuti di Ekoleta. Tidak ada Romo yang bisa dihubungi. Tanggal 27 Des 2018, oleh suster Rensi hubungi Romo Yonas. Akhirnya Romo Yonas menyampaikan ada Romo Sevrin Nuwa, O.Carm. Jam 09.15 mama mendapatkan sakramen Minyak Suci. Untuk tanda salib saja Dita yang bantu. Saat visite dokter menjelaskan ada jenis pemeriksaan yang tidak bisa dilakukan oleh RSUD TC Hillers, harus dilakukan di laboratorium luar. Dokter menyarankan ke laboratorium Mahardhika. Saya ke Mahardhika, ternyata harus dikirim ke Surabaya. Petugas laboratorium mengambil darah dan mengirimkannya ke Surabaya. 

Tanggal 28 Des 2018, mama sudah menunjukan sakratul maut. Napas tidak beraturan. Dokter yang merawat menjelaskan keadaan mama. Jam 08.50, mama menghembuskan napas. Mama meninggalkan bapak, 4 orang anak, 6 cucu dan semua keluarga. Semua saudara dihubungi. Kae Sensi sekeluarga segera ke Rumah Sakit. Setelah melepaskan semua infus, oksigen, kateter, mama dibawa ke ruangan pemulasan jenazah.

Selamat Jalan mama Klara Mbu, jadilah pendoa bagi kami semua di dunia ini. 
Share: Youtube

UGD RS TC Hillers Dihantam Evergreen

Oleh : Ludger S




Rabu, 26 Desember 2018 sekitar pukul 23.15, pohon evergreen di area parkiran UGD RSUD TC Hillers Maumere of Flores (mof) tumbang menghantam tanah. Pohon yang tumbuh di antara warung makan depan UGD tersebut menyenggol sebuah warung disampingnya. Tidak ada korban baik manusia maupun kendaraan yang menjadi korban tumbangnya evergreen tersebut. Seorang saksi mata menjelaskan sebelum evergreen tumbang beberapa mobil dan sepeda motor terlihat parkir dibawah rindangannya. Saat bunyi gedebuk semua berhamburan keluar, ternyata sudah tidak ada kendaraan yang parkir dibawah pohon evergreen tersebut. 

Pagi - pagi benar banyak yang mengerumuni pohon tersebut. Serasa ada hiburan untuk ditontoni. Salah er seorang warga Danga kabupaten Nagekeo yang mendampingi adiknya yang kecelakaan lalu lintas dan di rawat di RS tersebut nampak mengurut dada dan berkata syukurrrrr, semalam pickup miliknya sudah dipindahkan. Beberapa keluarga pasien lainnya juga mengatakan hal yang sama. Seorang bapak sempat berkomentar, begini nih kalau menanam pohon bukan dari anakan yang disemai dan didahului dengan pembibitan tetapi ditanam dari stek batangan. Tidak ada ibu akar yang menjadi kekuatan kedalam tanah. 
Pengunjung lainnya yang bernama Rega Tarewazi mengatakan, hujan terlalu lama dan tanah menjadi lembek sehingga pohon tidak kuat dan tumbang. 
Kalau saya sih dengerin saja apa komentar mereka. Biar ada catatan, hahahaha
Share: Youtube

Wapi Fun : Sarafua

oleh : Ludger S


Cerita rakyat "Waru Pire Fau Nunu" (Wapi Fun).





Episode "SARAFUA" 

Ndange dan saudaranya Ngenda adalah anak dari seorang mosalaki bernama Beke. Mereka berdua adalah anak kesayangan Beke, karena kepada mereka berdualah semua warisan leluhur akan diteruskan. Beke memiliki satu kebiasaan mengkonsumsi sambal "sarafua". Suatu ketika...


Nak.... Persediaan sambal sarafua bapakmu besok pagi habis. Hari ini kamu ke padang Wolo Ekoleta mencari bebapa sarafua. Iya bapak, jawab Ndange dan Ngenda kompak.

Matahari mulai menanjak menyinari alam sekitar Wologai. Ndange dan Ngenda menelusuri jalan setapak menuju Wolo Ekoleta. Sambil bermain, Ndange dan Ngenda mengamati diantara rindangan pohon kalau - kalau ada "sarafua". Sambil makan jambu yang tumbuh liar di seputaran Wolo Ekoleta. Tiba - tiba, "kak, itu sarafua" kata Ngenda. 

Owh iya... Lumayan besar dan banyak isinya, timpal Ndange. Kira - kira 15 cm diameternya. Dik, kamu tunggu disini, biar kakakmu ini yang menjoloknya. Ndange segera mengambil bambu jolokan yang telah mereka siapkan. Jangan lupa ya dik, saat kakak menjolok sarafua adik lakukan apa yang sudah bapak ajarkan. Perlahan Ndange mendekat ke sebuah pohon jambu liar yang lumayan tinggi. Sambil melangkah Ndange berucap dalam desisan susuku...susuku...susuku....seraya memegang puting susunya. Ngenda berdiam ditempat tetapi sambil mendesiskan kata - kata yang sama sambil memegang puting susunya.

Susuku...susuku...susuku...perlahan Ndange mulai mengarahkan bambu jolok ke pangkal sarafua. Ndange menggoyangkan sarafua untuk mengusir tawon yang masih dalam sarafua. Disaat semua tawon beterbangan, Ndange mendorong tangkai sarafua hingga terlepas. Sarafua jatuh ketanah. Tetap mendesiskan kata susuku, Ndange mendekat sarafua untuk mengambilnya. Ndange berhasil, dik...sa sara (satu sarang) sudah kita dapatkan. Segera diserahkan ke adiknya untuk dimasukan ke dalam "rembi" atau tas anyaman. Selanjutnya mereka mencari sarafua ke tempat lainnya. Kakak beradik mencarinya hingga matahari mencondong ke barat. 15 sarafua sudah ada dalam rembi. 

Mereka bergegas pulang. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang nenek yang juga masih kerabat mereka. Nalu nama nenek itu. Orang sekampung memanggilnya nene Nalu. Ndange....Ngenda...dari mana kamu berdua? Tanya nene Nalu. Kami mencari sarafua, jawab mereka. Sudah ada sarafua yang kamu dapatkan? Iya nek! Jawab kakak beradik kompak. Lanjut nene Nalu, boleh saya meminta satu? Ndange dan Ngenda saling menatap seakan membutuhkan jawaban boleh atau tidak? Ndange menjawab, boleh nek. Ndange mengambil satu dari rembi yang dipakainya. 

Sambil menerima pemberian Ndange, Nene Nalu berkata, simo gemi". Mereka segera berpamitan ke tempat tujuan mereka masing - masing. Sesampainya di rumah, Ndange dan Ngenda tidak bertemu siapa - siapa. Rumah sepi. Beberapa saat kemudian ema Beke, ine Mbere dan adik mereka Laka muncul dari belakang rumah. Rupanya mereka dari "maro moke" (tempat memasak tuak lokal atau moke). Ndange dan Ngenda segera menyambut kedatangan bapak, ibu dan adik mereka. Bapak, kami sudah pulang dari Wolo Ekoleta. 

Kami dapat sarafua 15 sarang. Tapi dalam perjalanan pulang, nene Nalu meminta 1 sarafua. Kamu memberinya atau....? Belum selesai Ame Beke bertanya Ngenda menjawab, kami berikan 1 sarafua pada nene Nalu. Ame Beke tersenyum, bangga terhadap putra - putranya.

Share: Youtube

Mama Remo & Mama Klara Part1 : Anyaman Wati

oleh : Ludger S

"Wati" tempat menyimpan berbagai keperluan dapur. Menyimpan bawang, menyimpan sirih pinang, menyimpan beras dan lain sebagainya. Tidak diketahui secara pasti apa nama bahasa Indonesia-nya. Orang Lio menyebutnya dengan nama "wati'. 
Mama Maria Remo (Remo) dan Mama Klara Mbu (Bupu) adalah 2 nenek yang selalu meluangkan waktu untuk menganyam berbagai jenis perabot rumah tangga. Wati, Mbola, Kiko, Mbola Doko, Ripe, Te'e (tikar), Nggala de-menyel-el. Mereka mau mengajarkan ke anak - anak dan cucu mereka untuk mengikuti jejak menganyam berbagai tempat untuk menyimpan keperluan dapur. 


Menganyam Wati

Kreasi menganyam wati diwariskan leluhur dari generasi ke generasi. Menjadi ciri khas bagi ibu - ibu di Wologai, mengisi waktu senggang dengan menganyam wati. Sepulang dari kebun, hari minggu atau waktu senggang lainnya. Satu hal yang harus diingat, malam hari tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan anyam - menganyam. Wati merupakan salah satu jenis anyaman lokal yang wajib ada selain untuk keperluan sehari - hari juga untuk memenuhi kewajiban adat istiradat. Karena sudah ditentukan dengan sebutan "pare wati" atau beras yang ditakar dengan wati yang telah ditentukan.  Sa wati atau satu wati pare isi (beras) yang menjadi kewajiban adat disetiap klan diperkirakan 1,5 kg. Saat seremonial "rase pare" semua anggota klan dalam satu rumah adat diwajibkan membawa beras dengan wati. 


Proses pembuatan wati memakan waktu paling lama 1 minggu. Wati terbuat dari lontar, yang telah dikeringkan, dirumbai dengan ukuran 0.3 cm hingga 1 cm. Tergantung besarnya ukuran wati yang mau dianyam. Orang Wologai mendapatkan lontar dari kerabat keluarga yang tinggal seputaran Wewaria, Maurole, Kotabaru, Maumere, Maukaro dan wilayah utara pulau Flores lainnya. Jenis - jenis wati tergantung selera. 




Share: Youtube

Wallpaper













Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook

Gerunion Creator

Wikipedia

Hasil penelusuran

Adsense

Recent Posts

Pepatah Lio

  • Ni Sariphi Tau Wini, Tuke Sawole ngara du nggonde.
  • Lowo Jawu Ae Ngenda.
  • Ndange Beke dan Ngenda Beke.