Apa itu wurumana?
Secara harafiah "wurumana" terdiri dari kata "wuru" dan "mana". Wuru artinya kekerabatan dalam ikatan kekeluargaan sedangkan mana mengandung arti banyak orang. Kata "wurumana" berarti kekerabatan dalam ikatan kekeluargaan yang dilaksanakan oleh banyak orang dan secara terus menerus. Kata wurumana sering kia dengarkan dalam ungkapan "wuru pu mana olo" yang berarti kekerabatan yang telah terjadi sejak lama. Wuru ma'e du'u nama ma'e dute" yang berarti kekerabatan yang TIDAK BOLEH dihentikan atau harus dilanjutkan. Sejak beberapa generasi terdahulu. Ada ungkapan "pu'u wuru pati mana" yang berarti kekerabatan yang baru dimulai. Kekerabatan yang terjadi karena adanya ikatan perkawinan antar klan.
Pada dasarnya, pelaksanaan wurumana didahului dengan suatu ikatan perkawinan. Orang Lio mengartikan wurumana sebagai hantaran barang sebagai simbol kekerabatan antara klan atau keluarga yang sedang melaksanakan hajatan. Dalam wurumana, secara umum kita mengenal pihak laki - laki, pihak perempuan, keluarga terdekat atau saudara sepihak dan kerabat sekampung. Pihak laki - laki adalah pihak yang akan membawakan jenis hewan yang menjadi hantaran wurumana. Pihak perempuan akan mengantar beras, padi dan pakaian. Saudara serumah atau klan akan membantu berupa beras, pakaian, hewan, uang dan keperluan lainnya. Saudara sekampung membantu beras, gula dan jenis barang lainnya.
Sejak Kapan Wurumana berlangsung?
Proses kehidupan secara terus menerus dari kelahiran hingga kematian. Sejak ada kehidupan, suku Lio telah mengenal "Wurumana". Orang Lio meyakini sejak ada perkawinan maka ada kelahiran dan kematian atau berkembangbiak. Awal mula dengan adanya perkawinan maka ada Wurumana. Dalam bahasa Lio dikenal dengan sebutan, "tangi pe'i p'ne kai" atau telah dipasang tangga dan pintu telah dibukakan. Dalam khiasan ini ada kata "tangi atau tangga" ini dikarenakan orang Lio tinggal dirumah adat yang berbentuk kolong. Harus ada tangga untuk memasuki rumah.
1. Babo : bapak dari ayah dan ibu atau kakek
2. Mamo : mama dari ayah dan ibu atau nenek
3. Eda : saudara laki dari ibu atau paman / om
Kapan dilaksanakan wurumana?
2. Pernikahan
Baca juga : Perkawinan Adat Lio di Wologai
Untuk memahami lebih lanjut tentang wurumana saya ajak untuk menyimak anekdot berikut ini.
Dikampung Wologai rumah adat sa'o Sadhe dipimpin oleh mosalaki Ngenda. Bisa laku Ngenda beristrikan Mbere dari rumah adat sa'o Wolo. Mbere mempunyai saudara laki yang juga mosalaki bernama Laki. Dari perkawinan Ngenda dan Mbere, lahirlah dua putra bernama Lopi dan Laka serta dua putri bernama Ndiro dan Nitu. Dalam kesehariannya mereka dipanggil Lopi Ngenda, Laka Ngenda, Ndiro Ngenda dan Nitu Ngenda.
Suatu saat, anak ame Laki yang juga eja atau ipar dari Ngenda, nara dari Mbere, eda atau paman dari Lopi, Laka, Ndiro dan Nitu akan menikahkan putra sulungnya bernama Tibo. Ngenda akan wurumana dengan membawa jenis hewan berupa babi atau sapi atau kerbau kepada ejanya Laki. Kalau anak - anak Ngenda ada yang sudah menikah, mereka juga akan membawa atau wurumana sama seperti bapaknya Ngenda. Sebagai balasan, Laki akan mengantar balik atau wurumana berupa "pare lolo" berupa padi dengan ukuran mbola atau bakul dengan sarung atau kain tenun lokal berupa lembaran, ragi (sarung laki - laki), lawo (sarung untuk perempuan) dan baju. Hantaran balik akan dibawakan keluarga laki setelah selesai hajatan pernikahan anaknya. Yang mengantar hewan adalah laki - laki. Yang mengantar pare lolo adalah perempuan.