“Kopo tau gao kasa tau nggengge, tau dai singi enga langi” itulah Wolokota. Toko muda Wolokota Yohanis Kaki (kunjungi facebooknya) mengungkapkan sepenggal cerita astafet dari leluhurnya. Anis sapaan kesehariannya yang juga sebagai guru pada SDK Wologai, mengatakan sejak beberapa tahun silam, Wolokota tidak melaksanakan “nggua” atau seremonial adat.
Wolokota merupakan bagian dari Wologai. Spirit keberadaan “Kopo tau gao kasa tau nggengge, tau dai singi enga langi” bermakna menjaga batas ulayat Wologai. Kopo berarti lingkaran, kasa berarti pagar. Kopo kasa berarti lingkaran yang diberi pagar. Ungkapan Kopo Kasa bermakna menerima hak atas batas lokasi tanah ulayat dengan batas yang telah ditentukan. Kopo Kasa masih memiliki tanggungjawab tertentu kepada pemberi hak.
Apa makna “tau dai singi enga langi”? Singi berarti pinggir, langi berarti batas. Tau dai singi enga langi bermakna untuk menjaga pinggir (singi) tanah ulayat yang berbatasan langsung dengan ulayat lainnya. Masing – masing batas tanah ulayat diberikan kepada Kopo Kasa yang berbeda.
Anka Santun |
Beberapa generasi penerus Wolokota secara terbuka mengatakan ingin melaksanakan kembali seremonial adat warisan leluhurnya.
Toko muda lainnya, Marselinus Minggu mengungkapkan hal yang sama. Mereka semua merindukan nua Wolokota kembali dengan sebutan, bebu ngere mbiri seru, kea ngere weka nuka”.
Saya salut dengan semangat mereka. Harapannya segera terlaksana apa yang mereka rindukan.