berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

Nijo Pire

oleh : Ludger S


Mari berkunjung ke Kampung Wologai

Hutan Nijo Pire            Foto by Ludger S
Wisata alam yang tidak kalah indahnya, yang berada disekitar kampung Wologai diantaranya Nijo Pire. Nijo berarti buang ludah. Juga mengandung arti melafalkan mantra untuk penyembuhan oleh ata bhisa (dukun). Sedangkan pire berarti larangan yang mengandung makna jangan berbuat. Lokasinya sekitar 1 KM dari kampung adat Wologai. Begitu anda sampai di Wokonio (tempat galian pasir putih) anda akan memasuki pertigaan menuju Wologai, Detukeli, dan kampung daerah pantai utara lainnya. Tepat di tikungan gedung TK/Paud Bata Laki Wologai, dari jalan masuk bagian kiri, akan terlihat hutan yang tidak terlalu luas areanya.

Hutan Nijo Pire                   Foto by Ludger S
Konon menurut cerita dari tetua adat setempat, Nijo Pire merupakan pemukiman tua yang di tempat oleh seorang nenek bernama Ine Lanu. Masyarakat Wologai memahami Nijo Pire sebagai tempat sejarah keberadaan leluhur beberapa abad lalu. Diperkirakan seusia dengan kampung masa lampau Nuaria. 
Dua arti yang termuat pada nama Nijo Pire, yakni merupakan tempat yang dilarang untuk membuang ludah dan sebagai tempat yang dilarang untuk melakukan penyembuhan. Sampai sekarang, Nijo Pire merupakan tempat yang tidak sembarang didatangi oleh masyarakat Wologai. 
Kesan yang terasa jikalau berada di Nijo Pire, serasa di rimba raya. Padahal dekat dengan jalan raya.

Selain sejarah beradanya sebuah kampung tua, Nijo Pire menyimpan sejarah lainnya. Sejarah yang menerangkan kejadian memilukan. Beberapa tua adat menceritakan, dulu saat kampung adat masih dikampung tua Nuaria, saat mau mengerjakan Tubu Kanga, orang - orang pilihan mosalaki berencana mau mengambil Tubu (tiang batu yang dipancang di tengah - tengah kanga) di Nijo Pire. Saat mau mengangkat tubu, satu diantara masyarakat tersebut mati ditempat. Akhirnya batu tubu tersebut juga tidak diambil, diletakan ditempat semula. Orang Wologai meyakini kejadian tersebut merupakan peristiwa sedih karena alam dan leluhur tidak menginginkan batu tersebut diambil atau batu tubuh tidak boleh diambil dari Nijo Pire.

Hutan Nijo Pire         Foto by Ludger S





Share: Youtube

4 komentar:

  1. Kearifan lokal yang masih terjaga, semoga kita para anak cucu dapat mengambil pelajaran, mempelajarinya untuk bekal kehidupan. Terima kasih artikelnya 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak Bisot, mempertahankan itu susah. Semoga bisa bertahan terhadap pengaruh modernisasi. Thanks utk suportnya

      Hapus
  2. Alhamdulillah ada om Ludger yang senantiasa menulis tentang budaya, tradisi, warisan nenek moyang. saya mau nulis soal Pere Konde, Om, masih cari informasinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Legenda yg sangat menyatuh dgn orang Lio umumnya. Gerbang peristirahatan terakhir utk beberapa kampung di Lio terutama dari bagian selatan.

      Hapus

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook