berbagi kemesraan tentang keanekaragaman budaya Nusantara

UGD RS TC Hillers Dihantam Evergreen

Oleh : Ludger S




Rabu, 26 Desember 2018 sekitar pukul 23.15, pohon evergreen di area parkiran UGD RSUD TC Hillers Maumere of Flores (mof) tumbang menghantam tanah. Pohon yang tumbuh di antara warung makan depan UGD tersebut menyenggol sebuah warung disampingnya. Tidak ada korban baik manusia maupun kendaraan yang menjadi korban tumbangnya evergreen tersebut. Seorang saksi mata menjelaskan sebelum evergreen tumbang beberapa mobil dan sepeda motor terlihat parkir dibawah rindangannya. Saat bunyi gedebuk semua berhamburan keluar, ternyata sudah tidak ada kendaraan yang parkir dibawah pohon evergreen tersebut. 

Pagi - pagi benar banyak yang mengerumuni pohon tersebut. Serasa ada hiburan untuk ditontoni. Salah er seorang warga Danga kabupaten Nagekeo yang mendampingi adiknya yang kecelakaan lalu lintas dan di rawat di RS tersebut nampak mengurut dada dan berkata syukurrrrr, semalam pickup miliknya sudah dipindahkan. Beberapa keluarga pasien lainnya juga mengatakan hal yang sama. Seorang bapak sempat berkomentar, begini nih kalau menanam pohon bukan dari anakan yang disemai dan didahului dengan pembibitan tetapi ditanam dari stek batangan. Tidak ada ibu akar yang menjadi kekuatan kedalam tanah. 
Pengunjung lainnya yang bernama Rega Tarewazi mengatakan, hujan terlalu lama dan tanah menjadi lembek sehingga pohon tidak kuat dan tumbang. 
Kalau saya sih dengerin saja apa komentar mereka. Biar ada catatan, hahahaha
Share: Youtube

Wapi Fun : Sarafua

oleh : Ludger S


Cerita rakyat "Waru Pire Fau Nunu" (Wapi Fun).





Episode "SARAFUA" 

Ndange dan saudaranya Ngenda adalah anak dari seorang mosalaki bernama Beke. Mereka berdua adalah anak kesayangan Beke, karena kepada mereka berdualah semua warisan leluhur akan diteruskan. Beke memiliki satu kebiasaan mengkonsumsi sambal "sarafua". Suatu ketika...


Nak.... Persediaan sambal sarafua bapakmu besok pagi habis. Hari ini kamu ke padang Wolo Ekoleta mencari bebapa sarafua. Iya bapak, jawab Ndange dan Ngenda kompak.

Matahari mulai menanjak menyinari alam sekitar Wologai. Ndange dan Ngenda menelusuri jalan setapak menuju Wolo Ekoleta. Sambil bermain, Ndange dan Ngenda mengamati diantara rindangan pohon kalau - kalau ada "sarafua". Sambil makan jambu yang tumbuh liar di seputaran Wolo Ekoleta. Tiba - tiba, "kak, itu sarafua" kata Ngenda. 

Owh iya... Lumayan besar dan banyak isinya, timpal Ndange. Kira - kira 15 cm diameternya. Dik, kamu tunggu disini, biar kakakmu ini yang menjoloknya. Ndange segera mengambil bambu jolokan yang telah mereka siapkan. Jangan lupa ya dik, saat kakak menjolok sarafua adik lakukan apa yang sudah bapak ajarkan. Perlahan Ndange mendekat ke sebuah pohon jambu liar yang lumayan tinggi. Sambil melangkah Ndange berucap dalam desisan susuku...susuku...susuku....seraya memegang puting susunya. Ngenda berdiam ditempat tetapi sambil mendesiskan kata - kata yang sama sambil memegang puting susunya.

Susuku...susuku...susuku...perlahan Ndange mulai mengarahkan bambu jolok ke pangkal sarafua. Ndange menggoyangkan sarafua untuk mengusir tawon yang masih dalam sarafua. Disaat semua tawon beterbangan, Ndange mendorong tangkai sarafua hingga terlepas. Sarafua jatuh ketanah. Tetap mendesiskan kata susuku, Ndange mendekat sarafua untuk mengambilnya. Ndange berhasil, dik...sa sara (satu sarang) sudah kita dapatkan. Segera diserahkan ke adiknya untuk dimasukan ke dalam "rembi" atau tas anyaman. Selanjutnya mereka mencari sarafua ke tempat lainnya. Kakak beradik mencarinya hingga matahari mencondong ke barat. 15 sarafua sudah ada dalam rembi. 

Mereka bergegas pulang. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang nenek yang juga masih kerabat mereka. Nalu nama nenek itu. Orang sekampung memanggilnya nene Nalu. Ndange....Ngenda...dari mana kamu berdua? Tanya nene Nalu. Kami mencari sarafua, jawab mereka. Sudah ada sarafua yang kamu dapatkan? Iya nek! Jawab kakak beradik kompak. Lanjut nene Nalu, boleh saya meminta satu? Ndange dan Ngenda saling menatap seakan membutuhkan jawaban boleh atau tidak? Ndange menjawab, boleh nek. Ndange mengambil satu dari rembi yang dipakainya. 

Sambil menerima pemberian Ndange, Nene Nalu berkata, simo gemi". Mereka segera berpamitan ke tempat tujuan mereka masing - masing. Sesampainya di rumah, Ndange dan Ngenda tidak bertemu siapa - siapa. Rumah sepi. Beberapa saat kemudian ema Beke, ine Mbere dan adik mereka Laka muncul dari belakang rumah. Rupanya mereka dari "maro moke" (tempat memasak tuak lokal atau moke). Ndange dan Ngenda segera menyambut kedatangan bapak, ibu dan adik mereka. Bapak, kami sudah pulang dari Wolo Ekoleta. 

Kami dapat sarafua 15 sarang. Tapi dalam perjalanan pulang, nene Nalu meminta 1 sarafua. Kamu memberinya atau....? Belum selesai Ame Beke bertanya Ngenda menjawab, kami berikan 1 sarafua pada nene Nalu. Ame Beke tersenyum, bangga terhadap putra - putranya.

Share: Youtube

Mama Remo & Mama Klara Part1 : Anyaman Wati

oleh : Ludger S

"Wati" tempat menyimpan berbagai keperluan dapur. Menyimpan bawang, menyimpan sirih pinang, menyimpan beras dan lain sebagainya. Tidak diketahui secara pasti apa nama bahasa Indonesia-nya. Orang Lio menyebutnya dengan nama "wati'. 
Mama Maria Remo (Remo) dan Mama Klara Mbu (Bupu) adalah 2 nenek yang selalu meluangkan waktu untuk menganyam berbagai jenis perabot rumah tangga. Wati, Mbola, Kiko, Mbola Doko, Ripe, Te'e (tikar), Nggala de-menyel-el. Mereka mau mengajarkan ke anak - anak dan cucu mereka untuk mengikuti jejak menganyam berbagai tempat untuk menyimpan keperluan dapur. 


Menganyam Wati

Kreasi menganyam wati diwariskan leluhur dari generasi ke generasi. Menjadi ciri khas bagi ibu - ibu di Wologai, mengisi waktu senggang dengan menganyam wati. Sepulang dari kebun, hari minggu atau waktu senggang lainnya. Satu hal yang harus diingat, malam hari tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan anyam - menganyam. Wati merupakan salah satu jenis anyaman lokal yang wajib ada selain untuk keperluan sehari - hari juga untuk memenuhi kewajiban adat istiradat. Karena sudah ditentukan dengan sebutan "pare wati" atau beras yang ditakar dengan wati yang telah ditentukan.  Sa wati atau satu wati pare isi (beras) yang menjadi kewajiban adat disetiap klan diperkirakan 1,5 kg. Saat seremonial "rase pare" semua anggota klan dalam satu rumah adat diwajibkan membawa beras dengan wati. 


Proses pembuatan wati memakan waktu paling lama 1 minggu. Wati terbuat dari lontar, yang telah dikeringkan, dirumbai dengan ukuran 0.3 cm hingga 1 cm. Tergantung besarnya ukuran wati yang mau dianyam. Orang Wologai mendapatkan lontar dari kerabat keluarga yang tinggal seputaran Wewaria, Maurole, Kotabaru, Maumere, Maukaro dan wilayah utara pulau Flores lainnya. Jenis - jenis wati tergantung selera. 




Share: Youtube

Wallpaper













Share: Youtube

Lidah Mertua Tajam Tapi Bermanfaat


Sansevieria Trifasciata Prain atau Lidah Mertua memang tak sepopuler Aloe Vera atau Lidah Buaya. Mungkin karena buaya yang sering digadangkan dengan "buaya darat". Tanaman lidah mertua berasal dari negara Afrika kemudian menyebar ke kawasan Asia. Tanaman ini memiliki banyak manfaatnya yang tak kalah hebat dengan lidah buaya. Istilah nama “lidah mertua” ini berasal dari bahasa Inggris, yakni “Mother-In-Law Tongue” karena bentuknya yang tajam, yang diasumsikan setajam perkataan ibu mertua. Di beberapa negara, tanaman yang berasal dari benua Afrika ini disebut dengan nama lain, misal tanaman pedang-pedangan, pohon ular, lidah jin, lidah setan, bowspring, Hu Wei Lan, lidah biawak, atau tali busur rami. Bahasa ilmiah rumpun tumbuhan ini adalah Sansevieria, diambil untuk menghormati Raimondo di Sangro (1710-1771) putra San Severo di Italia. Ciri-ciri fisik tanaman lidah mertua ini mempunyai daun yang keras, memanjang dengan ujungnya yang lancip mirip pedang. Fungsi dan kegunaan dari tanaman lidah mertua bagi sebagian masyarakat digunakan sebagai tanaman hias di depan rumah atau di pekarangan. 
Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang tergolong dalam genus Dracaena dari keluarga Ruscaceae. Selain sebagai tanaman hias untuk mempercantik pagar dan taman, Lidah Mertua juga memiliki sejumlah khasiat dalam dunia kesehatan dan pengobatan herbal tradisional. Tanaman yang dapat tumbuh setinggi 75 cm ini dari hasil riset yang dilakukan NASA dan ALCA diketahui berperan penting untuk mengurangi polusi udara. Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Ciri dan Spesies Tanaman Lidah Mertua

Tanaman ini diperkirakan memiliki lebih dari 70 jenis spesies, diantaranya Sansevieria cylindrica, Sansevieria ehrenbergii, Sansevieria hyacinthoides, Sansevieria trifasciata, dan Sansevieria metallica. Jenis Sansevieria adalah tanaman lidah mertua yang paling banyak disemai atau dibudidayakan. Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing. Ada beragam jenis warna yang menjadi ciri khas daun Sansevieria, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag. Tanaman lidah mertua tidak memiliki batang. Ia bisa tumbuh setinggi 4 kaki dan lebar 2.75 inci. Bunganya bewarna putih kehijauan.

Kandungan dan Khasiat Manfaat Tanaman Lidah Mertua

Bagian utama yang dimanfaatkan dalam dunia kesehatan adalah daunnya. Daun lidah mertua bersifat sejuk, berkhasiat antibiotik, dan rasanya masam pahit. Daunnya mengandung abamagenin, kardenolin, saponin dan polifenol. Beberapa nutrisi yang terkandung meliputi: alkaloids, anthocyanins, carbohydrate, flavonoids, glycosides, phenol, phytosterol, protein, sapogenin, saponins, tannins, dan terpenoids. Seperti tanaman Golden Photos (epipremnum aureum) dan tanaman jagung (dracaena fragrans), spesies lidah mertua dipercaya bertindak sebagai pembersih udara dan pembersih toksin.
Sebuah jurnal juga menyatakan bahwa lidah mertua menghasilkan oksigen di malam hari, sehingga cocok sebagai tanaman hiasan di dalam kamar. Nah selain itu, tanaman lidah mertua juga memiliki segudang manfaat lain, baik medis maupun non medis. Tanaman ini dapat menjadi bahan sebagai analgesic, antiallergic, antiasthmatic, antibaceterial, antidiabetic, antiinflammatory, antioxidant, antipyretic, antitumorigenic, cytotoxic, detoxicant, emollient, expectorant, febrifuge, insectidal, purgative, dan tonic. Namun, beberapa hal yang dipaparkan berikut ini masih belum 100% dijamin keakuratannya.

1. Mengurangi Sick Building Syndrome

Tanaman lidah mertua memiliki peran untuk mengurangi gejala sick building syndrome, yaitu situasi dimana penghuni suatu gedung (bangunan) mengeluhkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan periode yang dihabiskan selama tinggal di bangunan tersebut, dimana ruangan yang dihuni oleh orang orang memiliki kandungan karbon dioksida (CO2), nikotin, dan efek penggunaan AC yang tinggi. Nah, dengan menaruh tanaman lidah mertua di dalam ruangan itu, maka akan terserap zat zat yang tidak berguna tadi.

2. Membantu Menyerap Radiasi

Beberapa laporan ilmiah juga mengungkapkan data bahwa tanaman lidah mertua berperan aktif untuk menyerap gelombang radiasi yang ditimbulkan oleh barang-barang elektronik, seperti televisi dan ponsel. Nah, letakkan tanaman ini dalam pot lalu taruh di samping televisi atau di area meja tamu atau ruang keluarga yang bisa menambah nilai point of view.

3. Untuk Aroma Terapi

Sansiviera juga dapat kita manfaatkan sebagai media aroma terapi . Saat menjelang sore hari, biasanya bunga bunga lidah mertua akan bermekaran yang mengeluarkan bau khas yang menenangkan. Pesona dan aromanya bagi beberapa orang sering dipakai sebagai media aroma terapi yang dinilai ampuh untuk mengurangi dan meredakan stress.

4. Untuk Bahan Kriya Anyaman

Salah satu manfaat yang bisa dipetik dari tanaman lidah mertua adalah untuk bahan kriya anyaan. Masyarakat Jepang telah lama menggunakannya untuk membuat kain. Serat yang dihasilkan dari daun tanaman ini cukup baik, kuat, serta lembut.

5. Penghias Taman dan Pagar

Manfaat yang paling umum diperoleh dari budidaya tanaman lidah mertua adalah dipakai sebagai pagar rumah dan mempercantik taman. Karakteristik daun yang keras dan berujung lancip dapat membuat pagar rumah lebih kokok dan indah. Tak heran ini akan menambah keunikan pemandangan rumah anda.

6. Kaya akan Produksi Oksigen (O2)

Seperti yang dipaparkan di atas, tanaman Sansiviera mampu menghasilkan oksigen tinggi. Kandungan klorofilnya yang melimpah akan membantunya mempercepat melakukan proses fotosintesis. Dengan ini akan menjadikan tingkat oksigen yang dikeluarkan oleh tanaman lidah mertua makin tinggi. Jika anda tinggal di kawasan yang tingkat polusi udaranya cukup tinggi, maka tanaman ini sangat dianjurkan.

7. Penyerap Polusi

manfaat lidah mertua
Beberapa riset menunjukkan bahwa tanaman lidah mertua, terutama jenis sansevieria laurentii memiliki peran bagus dalam menetralisir beragam polutan dan radikal bebas di udara. Setidaknya 107 jenis polutan bisa diserap dan diolah untuk dikeluarkan dalam bentuk oksigen. Sangat dianjurkan sebagai penghias ruang tamu, terutama untuk menyerap polutan rokok jika ada anggota keluarga anda yang merokok. Seperti yang kita ketahui bahwa polutan dapat menjadi salah satu penyebab kanker paling mematikan.

8. Tonik Rambut

Sama seperti spesies tumbuhan lidah lainnya, cairan gel tanaman lidah mertua juga bisa dimanfaatkan untuk melebatkan rambut dengan cara mengusapkan gel-nya di kepala dan biarkan selama beberapa menit sebelum dibilas dengan sampho dan air bersih.

9. Feng Shui Positif

Karena daunnya tumbuh vertikal, Lidah mertua dianggap baik sebagai tujuan Feng Shui . Ada yang percaya bahwa meletakkan pohon Lidah mertua dekat anak-anak (seperti di dalam kamar belajar) membantu mengurangi gangguan makhluk halus, sementara ada yang menyarankan meletakkan pot pohon Lidah mertua dekat dengan toilet agar menahan getaran parit (drain-down vibrations).

10. Antikanker pada Sel Kanker

Sebuah kajian menunjukkan bahwa ekstrak methanolic dari daun Sansevieria roxburgiana sebanyak 125 μg/ml tidak menjadi toksin bagi sel-sel normal, sebaliknya menjadi antikanker aktif dan antiproliferative terhadap sel-sel kanker. Namun kajian ini masih perlu dibuktikan lebih jelas lagi.

11. Perawatan Sakit Telinga

Daun lidah mertua yang dipanaskan kemudian jusnya diteteskan pada telinga dapat bermanfaat untuk mengurangi sakit telinga.

12. Obat Sakit Gigi

Khasiat gel lidah mertua juga bisa digunakan untuk mengobati sakit gigi. Siapkan beberapa tetes gel daun lidah mertua untuk diteteskan pada bagian gigi yang sakit.

13. Membasmi Kutu Rambut

Jus yang dihasilkan dari akar atau rizoma tanaman lidah mertua ini dapat berperan aktif untuk mengusir kutu-kutu rambut.

14. Mengurangi Penyakit Dalam

Tanaman lidah mertua bisa bermanfaat untuk mengatasi tekanan darah tinggi, diare, radang saluran pernapasan, radang usus, dan gastritis. Caranya, cuci bersih 27 gram akar lidah mertua kering. Kemudian rebus dalam 3 gelas air hingga tersisa satu gelas saja. Saring air rebusan tersebut, lalu minum dua kali sehari masing-masing setengah gelas.

15. Untuk Mengatasi Influenza dan Batuk

Cuci bersih 25 lembar daun lidah mertua, lalu rebus ke dalam tiga gelas air hingga tersisa satu gelas. Ketika dingin saring rebusan tersebut lalu minum dua kali sehari masing-masing setengah gelas.

16. Menurunkan Resiko Diabetes

Sansevieria ternyata juga berkhasiat dalam mengatasi penyakit degenerative parah sepeti diabetes yang menyebabkan pantangan untuk mengkonsumsi makanan manis karena kadar gula dalam darah sudah tinggi. Untuk membantu menetralkan dengan menggunakan ramuan daun lidah mertua yang sudah direbus. Caranya tak jauh beda dengan pengobatan influenza dan batuk.

17. Anti Peradangan

Bagi anda luka tergores karena duri atau terjatuh dari sepeda, bisa memanfaatkan getah atau gel lidah mertua untuk menutupi luka dan mencegah peradangan. Selain itu, gigitan ular dengan tingkat racun rendah juga bisa memanfaatkan gel ini sementara waktu sebelum ditangani oleh tim medis.

18. Mengurangi Kusta dan Jerawat

Lidah mertua, terutama spesies sansevieria trifasciata dapat membantu mengurangi penyebaran kusta dan pembengkakan jerawat di kulit anda. Gel lidah mertua yang bersifat anti bakteri dan anti inflamasi akan meredakan masalah kulit tersebut.

19. Membantu Menyembuhkan Sakit Kepala

Menggunakan tanaman lidah mertua yang dibakar dapat memberi efek untuk mengurangi rasa sakit kepala. Meskipun tergolong penyakit ringan, namun hal ini menjadi gangguan saat menjalani aktivitas.

20. Membantu Mengobati Sakit Perut dan Wasir

Tanamana lidah mertua ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi sakit perut dan wasir. Seperti yang kita ketahui, wasir adalah salah satu penyakit yang menyebabkan susah menjalani buang air besar. Untuk membantu melancarkan proses pembuangannya yakni dengan menggunakan lidah mertua. Sebab tanaman ini kaya akan serat yang membantu untuk memperbaiki pencernaan.
Nah, demikianlah beberapa uraian terkait manfaat yang bisa kita petik dari tanaman lidah mertua. Bagi anda yang ingin menanam pohon pagar ini, harus memperbanyaknya dengan metode pembelahan rumpun atau lewat stek daun.

Cara Menanam Lidah Mertua

Pecahkan rumpun tanaman lidah mertua ke rumpun kecil yang memiliki beberapa helai daun. Tanam dalam medium tanaman baru. Siram medium tanaman dan letakkannya di tempat teduh. Tanaman ini bisa ditanam dalam berbagai jenis campuran tanah asalkan air tidak tergenang dan mudah mengalir keluar. Dari segi perawatannya memang cukup mudah. Tanaman lidah mertua cocok dalam berbagai kondisi baik di tempat teduh atau cahaya langsung matahari. Jangan siram air terlalu banyak di dalam medium tanah kerana akan mengakibatkan perdu pokoknya menjadi masam dan akarnya membusuk secara perlahan lahan.
Share: Youtube

Pokdarwis Desa Wologai Tengah

Oleh Ludger S


Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang memiliki peran dan kontribusi penting dalam pengembangan kepariwisataan di daerahnya. Keberadaan Pokdarwis tersebut perlu terus didukung dan dibina sehingga dapat berperan lebih efektif dalam turut menggerakkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan disekitar destinasi pariwisata. Kegiatan pembangunan kepariwisataan, sebagaimana halnya pembangunan di sektor lainnya, pada hakekatnya melibatkan peran dari seluruh pemangku kepentingan yang ada dan terkait. 

Download ðŸ‘‰ : Pedoman Pokdarwis  

Pemangku kepentingan yang dimaksud meliputi 3 (tiga) pihak yaitu: Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, dengan segenap peran dan fungsinya masing- masing. Jabaran peran dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan tersebut secara lebih jelas adalah sebagai berikut : 
  1. Pemerintah sesuai dengan tugas dan kewenangannya menjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator dam pembuat peraturan (regulator) dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan. 
  1. Kalangan Swasta (pelaku usaha/ industri pariwisata) dengan sumber daya, modal dan jejaring yang dimilikinya menjalankan peran dan fungsinya sebagai pengembang dan atau pelaksana pembangunan kegiatan kepariwisataan;  
  1. Masyarakat dengan sumber daya yang dimiliki, baik berupa adat, tradisi dan budaya serta kapasitasnya, berperan sebagai tuan rumah (host), namun juga sekaligus memiliki kesempatan sebagai pelaku pengembangan kepariwisataan sesuai kemampuan yang dimilikinya. 
Sapta Pesona 
Sebagaimana disinggung di atas adalah : “7 (tujuh) unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan disuatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung”. Ketujuh unsur Sapta Pesona yang dimaksud di atas adalah : 
  1. Aman 
  2. Tertib 
  3. Bersih
  4. Sejuk 
  5. Indah 
  6. Ramah
  7. Kenangan 
Terwujudnya ketujuh unsur Sapta Pesona dalam pengembangan kepariwisataan didaerah akan bermuara pada Meningkatnya minat kunjungan wisatawan ke destinasi, Tumbuhnya iklim usaha kepariwisataan yang prospektif Pedoman Kelompok Sadar Wisata, Meningkatnya lapangan pekerjaan dan peluang pendapatan, serta dampak ekonomi multi ganda pariwisata bagi masyarakat. 

Silvester Rabu,
Ketua Pokdarwis Wologai Tengah
Ketua Pokdarwis desa Wologai Tengah bapak Silvester Rabu atau yang sering disapa Edo, saat Launcing Pokdarwis desa Wologai Tengah 8 Desember 2018 mengatakan sejak bulan Mei 2017 telah dibentuk Pokdarwis desa Wologai Tengah. Sebagai ketua, saya merasa Pokdarwis desa Wologai Tengah belum nampak kegiatan inovatif. Selama ini bersama Lutheran Word Relief (LWR) melakukan pendampingan untuk pengelolaan kopi. LWR juga telah membantu kami dengan Cafe Maro Kopi. LWR bersama Unflor Ende, telah mendampingi petani kopi, tidak hanya anggota Pokdarwis tetapi semua masyarakat Wologai Tengah. Banyak hal yang kami dapat dari pendampingan Unflor dan LWR. Bagaimana mengelola kopi yang baik dan tetap menjaga mutu kopi. Kedepannya selama setahun kami akan didampingi Unflor Ende dalam kegiatan Abdimas. Besar harapan kami, dengan pendampingan dari pihak Unflor Ende, semakin baik Pokdarwis desa Wologai Tengah. Sehingga, masyarakat dapat merasakan langsung dampak baiknya dari kegiatan Pokdarwis. Sebagai ketua, mewakili semua anggota Pokdarwis saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan kelompok kami. Ada pemerintah desa setempat, Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Perum Pegadaian Ende, Unflor Ende dan semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu atas semua dukungan, pencerahan, pendampingan serta sumbangan yang telah diberikan kepada kami. Semoa Tuhan Yang Maha Kuasa dan leluhur dapat membalas semua kebaikan mereka. 

So...yang penasaran silahkan berkunjung ke Kampung Adat Wologai, atau hubungi saudara

Silvester Rabu / Edo di +62812-4620-6386

Suasana depan cafe Maro Kopi
Persis dibawah "Fau Lele" letak cafe Maro Kopi








Share: Youtube

Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Budaya Warisan Leluhur

Oleh : Ludger S

Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Budaya Warisan Leluhur

Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda saat ini, adalah sebuah realita yaitu mulai menurunnya rasa kecintaan dan rasa keinginan yang dimilki oleh generasi muda untuk memajukan budaya daerah yang merupakan warisan leluhurnya sendiri. Dalam tulisan sebelumnya saya menyebutkan “Penyakit Dekadensi Moral” kini menyerang generasi tanpa kendali. Kondisi seperti ini bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari di mana generasi muda sebagai cikal bakal harapan masa depan, kian akan pudar. Kondisi seperti ini apabia dibiarkan, cepat atau lambat akan berdampak luas dalam kehidupan masa depan baik generasi tua maupun muda. Kurangnya kesadaran untuk memahami budayanya sendiri akan berdampak besar, yakni hilangnya jatidiri. Fenomena ini akan menjadi bahaya laten bagi kita semua. Pemuda adalah harapan masa depan, calon pemimpin masa depan, olehnya itu  di pundak generasi mudalah nasib suatu bangsa dipertaruhkan . Suatu bangsa apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar.

Bapak Bangsa Indonesia Soekarno mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” – Soekarno”. Kata Bijak Soekarno diatas mengartikan bahwa pemuda merupakan bibit – bibit atau calon calon yang akan mampu membuat negara ini terus berkembang menjadi negara yang besar. negara yang bisa dihormati oleh negara lainnya. Kata-kata Soekarna tentang 10 pemuda itu merupakan kata kata yang sangat terkenal dan merupakan bagian dari sejarah Indonesia. 

Sesungguhnya, “ Seorang pemuda ibarat matahari yang tengah memancarkan cahaya terang dan cahaya yang paling panas” . Dari ungakapan ini  kita dapat mengatakan, bahwa masa muda  adalah masa kekuatan atau masa keemasan. Namun Saat ini kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan  melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa kita lihat, bahwa pemuda lebih  suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab. 

A. Budaya dan Kearifan Lokal

Secara umum budaya diartikan sebagai hal-hal yang  berkaitan dengan budi dan akal manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaianbangunan, dan karya seniserta bahasa. Kearifan Lokal  secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Ciri-cirinya adalah:

  1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
  2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
  3. memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
  4. memunyai kemampuan mengendalikan,
  5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Dengan demikian budaya dan kearifan lokal adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain.

B. “Nggua Bapu” sebagai unsur kearifan lokal

“Nggua  Bapu” bisa diartikan pesta adat dengan seremonial dan susunan acaranya. Arti yang sama dengan Nggua Bapu, disebagian wilayah mengenal “Mbama” di seputaran Lise, Joka Ju di seputaran Lio bagian selatan, dan sebagainya lainnya. Dalam bahasa Lio amanah yang menjadi pegangan turun menurun dari generasi ke generasi “susu ma’e du’u nama ma’e dute, susu nggua ma’e du’u raka tana noko nama bapu ma’e dute raka watu konggo”. atau “ laksanakan seremonial adat jangan berhenti, lakukan seremonial adat sampai tanah kurus batu mengecil”. Petuah ini mengajak semua generasi penerus “nggua bapu” untuk melaksanakan seremonial sampai kiamat.

Dalam seremonial “nggua bapu” semua “ana kalo fai walu” atau masyarakat adat diajak untuk selalu mengingat kembali beberapa hal : 

  1. Ngga’e : Tuhan : yang menjadikan alam semesta. Ini terlihat dalam ungkapan – ungkapan dalam melakukan seremonial adat “Ngga’e eo we’ti tana ne’na watu” atau Tuhan yang menciptakan tanah dan batu. 
  2. Du’a : Penguasa yang diwujudnyatakan dalam benda-benda pusaka (tetapi tidak semua benda pusaka dapat disebut du’a). Kata du’a sering dilafalkan dalam pelaksanaan seremonial “du’a gheta lulu wula”atau penguasa dibelakang bulan. Secara lurus dapat diartikan seperti diatas. Maksud dari ucapan ini menerangkan penguasa yang jauh dari jamahan masyarakat umum, hanya dijamah oleh orang yang berhak disaat-saat melaksanakan seremonial adat. Lantunan syair dan doa khusus sering didahulukan untuk menghargai “du’a”.
  3. Tana : tanah merupakan tempat berpijak semua makluk dibumi. Ucapan “koe kolu paki te’do” atau “gali isi pacul tanam” merupakan ucapan yang sering dilafalkan saat permulaan musim tanam. ................. Mempunyai watak TANAH, yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Artinya, Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai penyubur kehidupan rakyatnya dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya.
  4. Watu : batu, perumpaan tentang sesuatu kekuatan yang hakiki. “tu’a ngere su’a maku ngere watu”. Ungkapan ini sering dilafalkan saat anak-anak sedang sakit juga ketika sedang dalam masa peperangan.
  5. Liru : Langit. Dalam sejarah peradaban “liru” menjadi catatan sejarah, “nebu liru me’nga sa siku, tana menga sa paga”. P’se lika momo ngara liru mera”. Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai keluasan yang tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan pengendalian diri yang kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam. 
  6. Wula : bulan. Mempunyai watak BULAN, yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan harapan sejuk yang indah mempesona. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya sanggup dan dapat memberikan dorongan serta mampu membangkitkan semangat rakyatnya, ketika rakyat sedang menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di belakang. 
  7. Leja : matahari. Mempunyai watak MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala kehidupan, yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya untuk membangun negara dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan karsanya. 
  8. Angi : angin. Mempunyai watak ANGIN, yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa membedakan daratan tinggi dan daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, hingga secara langsung mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya. 
  9. Medi Sia : Bintang. Mempunyai watak BINTANG, yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan. 
  10. Api : api. Mempunyai watak API, yaitu api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu. 
  11. Pu’u kaju : Mempunyai watak TUMBUHAN, yaitu tumbuhan/tanaman memberikan hasil yang bermamfaat dan rela dirinya dipetik baik daun,dan buahnya maupun bunganya demi kepentingan mahluk lainnya 
  12. Ae mesi :Lautan. Mempunyai watak SAMUDERA, yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai permukaan yang rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Artinya, Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua rakyatnya pada derajat dan martabat yang sama di hatinya. Dengan demikian ia dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya 
  13. Sa’o : rumah. Mempunyai watak RUMAH, yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh baik siang maupun malam. Artinya, Seorang pemimpin harus memayungi dan melindungi seluruh rakyatnya
C.     Peran pemuda dalam kebudayaan dan Kearifan Lokal

Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks keberlanjutan budaya apabila pemuda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya daerahnya maka budaya tersebut akan mati. Namun jika pemudanya memilki kecintaan dan mau ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya budaya tersebut akan tetap ada disetiap generasi. Pemuda juga harus menjadi aktor terdepan dalam memajukan budaya daerah, sehingga budaya asing yang masuk yang  ke daerah  tidak merusak atau mematikan budaya daerah tersebut. 

Besarnya pengaruh budaya asing terhadap budaya daerah ini yang membuat para pemuda yang peduli terhadap budaya daerahnya harus bekerja keras dan memfilter setiap budaya yang masuk ke daerah. Jangan sampai pemuda lengah dan bahkan mengikuti budaya budaya yang bertentangan dengan budaya daerahnya. 

Setidaknya ada beberapa peran pemuda dalam memajukan budaya daerah, diantaranya:

a. Memperkuat Akidah 

Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh para pemuda untuk meneruskan nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasih ini juga akan menetukan seberapa kuat character suatu bangsa. Bila para pemudanya sudah tidak memiliki jatidiri yang kuat maka budaya asing pun akan mudah dengan leluasanya menggeser budaya suatu daerah.dan sebaliknya jika suatu daerah memiliki jatidiri yang kuat maka akan sangat sulit budaya asing untuk bisa masuk, apalagi mengantikan buadaya daerah tersebut. Maka dari itu pemuda seharusnya lebih menguatkan jatidiri dan kecintaanya pada suatu budaya yang akan mereka warisi nantinya.

b. Meningkatkan Intelektualitas

Intelektualitas menjadi sesuatu yang di anggap penting karena melalui intelektualitas ini para pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah di mana mereka tinggal dan melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi nilai nilai suatu budaya. Keluasan ilmu pengetahuan juga bisa dijadikan sebagai jalan untuk mebangun negeri ini , sehingga dengan keluasan ilmu tersebut para pemuda bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat dan menjadi pilter masuknya budaya asing ke daerah masing-masing. 

Penyebaran budaya asing yang semakin hari semakin memprihatinkan saat ini, yang mulai mengikis nilai-nilai budaya daerah seharusnya menjadi perhatian yang serius bagi kalangan intelektual muda. Kecenderungan kepada  budaya  asing yang melanda generasi muda indonesia mestinya bisa di tanggulangi dengan ilmu dan pembelajaran budaya daerah yang mengadung nilai-nilai  luhur dimasanya termasuk penerapan muatan lokal di tingkat pendidikan.

c. Pemuda sebagai aset masa depan 

Sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda  untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah. Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian besar sudah tergeserkan oleh nilai budaya asing yang secara nyata bertentangan dengan budaya dasar daerah kita. 

Pemuda sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hamper punah, sehingga kebudayaan  yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi. Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya daerah tersebut. 

Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya. 

Sehingga apa yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi penerusnya kelak.

d. Kesadaran Melestarikan Budaya

Sesungguhnya, “Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, demikian ungkpan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri. Konsisi seperti ini bisa kita lihat begitu banyak anak muda kita yang lebih hapal lagu lagu barat ketimbang lagu daerah seperti lagu Ongkona Bone, Ininnawa sabbarae,  dan lain sebagainya, Nah disinilah peran penting para pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini. 

Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat motivasi dari berbagai pihak



Share: Youtube

Informasi Covid-19

Total Tayangan Halaman

Popular

Facebook